Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) metode TGT
Penelitian Tindakan Kelas
Gambar : dok.pribadi
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Iman Kepada Qada dan Qadar Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VI SDN Banyu Landas”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Iman Kepada Qada dan Qadar Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VI SDN Banyu Landas.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Iman Kepada Qada dan Qadar Siswa Kelas VI SDN Banyu Landas.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran TGT
BAB I
PENDAHULUAN
-
- Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas VI SDN Banyu Landas, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.
Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :
- Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Agama Islam masih rendah,
- Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
- Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Islam hanya sebagai hafalan saja.
Dengan belajar secara menghapal membuat konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Iman kepada Qada dan qadar adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VI SDN Banyu Landas“.
-
- Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar siswa Kelas VI SDN Banyu Landas?”
-
- Tujuan Penelitian
Meningkatkan hasil belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT siswa Kelas VI SDN Banyu Landas.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Iman kepada Qada dan qadar.
- Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Iman kepada Qada dan qadar sehingga pelajaran Materi Iman kepada Qada dan qadar menjadi lebih sederhana.
- Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
-
- Kajian Teori
- Pengertian Hasil Belajar
- Kajian Teori
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :
- Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
- Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.
- Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:
- Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
- Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.
- Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
- Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
- Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
- Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
- Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai
dengan ciri-ciri tersebut di atas.
-
-
- Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
-
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.
Posamentter (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperativelearning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Muhammad Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga siswa akan berdiskusi, dan mengungkapkan ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami konsep dan keterampilan yang dipelajarinya, Guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu benar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif dan dapat mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang lain, saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain
Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula.
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap akfivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakanpembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelorpok kecil. Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik). adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.
Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003: 21) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajarran Kooperatif
Fase ke- |
Indikator |
Tingkah Laku Guru |
1 |
Menyampaikan tujuan dan memotivasisiswa |
Gurumenyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebutdan memotivasi siswa belajar. |
2 |
Menyampaikan informasi
|
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. |
3 |
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar |
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. |
4 |
Membimbing kelompok bekerja dan belajar |
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. |
5 |
Evaluasi |
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. |
6 |
Memberikan penghargaan |
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. |
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
- merumuskan tujuan pembelajaran,
- menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar,
- menentukan tempat duduk siswa,
- merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif,
- menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif,
- menjelaskan tugas akademik,
- menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama,
- menyusun akuntabilitas individual,
- menyusun kerja sama antar kelompok,
- menjelaskan kriteria keberhasilan,
- menjetaskan perilaku siswa yang diharapkan,
- memantau perilaku siswa,
- memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas,
- melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,
- menutup pelajaran,
- Menilai kerja sama antar anggota kelompok.
Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong royong.
Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw
Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing.
Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing.
Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya datam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.
Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok team recognition).
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Siswa Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa yang berkemampuan lebih dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
- Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orangpeserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang lama.
Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca coaldan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menangundian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.
Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yangdiambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasilpekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.
Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
3) Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh kelompok tersebut.
Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan |
Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh |
Top Scorer |
40 |
High Middle Scorer |
30 |
Low Middle Scorer |
20 |
Low Scorer |
10 |
Taber 2.3 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain dengan |
Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh |
Top Scorer |
60 |
Middle Scorer |
40 |
Low Scorer |
20 |
(Sumber : Slavin, 1995:90)
Dengan keterangan sebagai berikut :
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor rendah), Low Scorer (skor terendah).
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:
- Mengajar (teach)
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegtiatan yang harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
- Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam mer jawab.
- Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
- Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategorti rerata poin sebagai berikut.
Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rerata Kelompok) |
Predikat |
30 sampai 39 |
Tim Kurang Baik |
40 sampai 44 |
Tim Baik |
45 sampai 49 |
Tim Baik Sekali |
50 ke atas |
Tim Istimewa |
(Sumber: Slavin, 1995)
-
-
- Iman kepada Qada dan Qadar
-
Suatu pagi ketika Imran hendak pergi ke sekolah, ia melewati rumah Pak Dibyo. Suasana rumah itu tidak seperti biasanya, banyak orang berkumpul, berpakaian hitam-hitam dengan muka yang kelihatan sedih, bahkan di dalam rumah terdengar suara tangis.
Ternyata keluarga Pak Dibyo telah kehilangan salah satu anggota keluarganya. Mas Budi, anak pertama Pak Dibyo, telah meninggal dunia. Ia mengalami kecelakaan motor saat hendak pergi bekerja. Padahal, Mas Budi masih berusia muda, bahkan sebentar lagi ia berencana akan menikah.
Demikianlah, kematian merupakan salah satu dari qada dan qadar Allah SWT. Apabila Allah telah berkehendak mencabut nyawa seseorang, tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya baik itu anak muda, orangtua, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun.
Apa yang dimaksud dengan qada dan qadar Allah? Bagaimana cara kita beriman kepada qada da qadar Allah? Untuk mengetahuinya, Yuk kita ikuti pelajaran ini!
- Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Oleh karena itu, kita harus percaya adanya qada dan qadar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
- Pengertian Qada
Qada menurut bahasa berarti keputusan atau ketetapan. Sedangkan menurut istilah keputusan atau ketetapan Allah SWT terhadap semua makhluk-Nya yang telah ditetapkan sejak zaman Azali.
Qada merupakan urusan Allah SWT. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menimpa manusia baik itu berupa kelahiran, kematian, rezeki, jodoh, dan musibah, semua itu merupakan ketentuan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:
Ma asaba mimmusibatin fil ‘ardi wala fi anfusikum illa fi kitabimmin qabli annabra aha inna zalika alallahi yasirun
“Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. Al-Hadid:22)
Ayat di atas menunjukan kepada kita bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah SWT dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya. Segala sesuatu yang akan terjadi terhadap makhluknya telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfu z). Ketetapan itu tidak ada yang mengetahui sebelum terjadi.
- Pengertian Qadar
Qadar menurut bahasa adalah ukuran atau ketentuan. Menurut istilah qadar adalah ketentuan Allah yang telah terjadi terhadap semua makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:
Inna kulla syai’in khalaqnahu biqadirin
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran”
(Q.S. Al-Qamar: 49)
Berdasarkkan ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah SW T itu senantiasa ditentukan dengan ukuran tertentu. Misalnya si A ukuran rezekinya sekian, si B umurnya sekian tahun, hujan di daerah A ukurannya sekian dan sebagainya. Begitu juga dengan kehidupan di muka bumi ini, misalnya matahari terbit dari timur, tenggelam ke arah barat, benda jatuh ke bawah dan tanaman tumbuh ke atas. Semua itu adalah ketentuan dari Allah SWT yang dapat kita sebut dengan sunnatullah atau kehendak Allah.
- Hubungan antara Qada dan Qadar
Qada artinnya keputusan atau ketetapan Allah terhadap semua makhluk atas segala sesuatu yang akan terjadi baik di dunia maupun diakhirat kelak, sedangkan qadar adalah segala ketentuan Allah yang telah terjadi.
Manusia tidak ada yang mengetahui qada dan qadar atas dirinya. Qada dan qadar disebut juga dengan takdir. Adapun takdir itu adakalanya baik, adakalanya buruk. Namun kita sebagai seorang muslim harus yakin, bahwa apa pun yang ditakdirkan Allah SWT pasti mengandung hikmah.
Ada dua macam takdir yang terjadi pada diri manusia yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq. Takdir mubram adalah ketentuan dari Allah SWT yang tidak dapat diubah oleh manusia, seperti bayi lahir laki-laki atau perempuan, kematian, terjadinya Hari Kiamat dan sebagainya. Adapun takdir mu’allaq adalah ketentuan Allah yang mungkin dapat diubah oleh manusia dengan jalan ikhtiar dan berdoa, misalnya orang yang bodoh dapat menjadi pandai apabila rajin belajar, orang miskin dapat menjadi kaya apabila rajin berusaha dan bekerja keras. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
- Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
Dengan beriman kepada qada dan qadar, seorang muslim tidak akan putus asa atas segala cobaan dan musibah yang menimpa. Mereka akan selalu bersyukur atas segala nikmat yang diterima dan berusaha menerima segala cobaan dan ujian yang menimpa. Adapun hikmah dari beriman kepada qada dan qadar sebagai berikut:
- Perlunya berusaha dalam kehidupan
Dalam menghadapi hidup, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk mencapai yang terbaik. Suatu kenikmatan dari Allah tidak datang begitu saja tanpa adanya usaha (ikhtiar). Kita tidak pantas berputus asa, karena pada hakikatnya Allah tidak akan merubah nasib kecuali kita sendiri mau berusaha untuk merubahnya.
- Sabar menghadapi cobaan
Sebelum mendapatkan sesuatu yang kita cita-citakan, pasti akan bannyak cobaan dan rintangan yang kita lalui. Semakin tinggi derajad seseorang, semakin tinggi pula ujian dan cobaan yang Allah berikan kepadanya. Dengan beriman kepada qada dan qadar, kita akan sabar dan tabah menerima cobaan dan ujian yang Allah berikan. Kita tidak akan menyalahkan orang lain, karena kita sadar bahwa semua kejadian datang dari Allah SWT.
Apakah kamu mempunyai cita-cita? Sudahkah kamu berusaha mencapainya? Jika kamu menemui kegagalan, bukan berarti Allah membencimu, tapi Allah ingin melihat kamu berusaha lebih keras lagi. Jangan lupa pula untuk berdoa kepada Allah, agar semua yang dicita-citakan dapat tercapai.
BAB III
METODE PENELITIAN
-
- Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Banyu Landas Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada di luar kota sekitar 15 km dari kota Kabupaten. SDN Banyu Landas Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang cukup memadahi. Dengan jumlah guru sebanyak 10 orang Guru PNS, 2 orang Guru PHL, 1 Orang PNS Tenaga Kependidikan serta 1 orang PHL Tenaga administrasi.
-
- Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VI SDN Banyu Landas, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 5 orang, yang terdiri dari 4 siswa laki – laki dan 1 siswa perempuan.
-
- Prosedur Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Pebruari sampai dengan April 2017. Penelitian ini pada materi Materi Iman kepada Qada dan qadar diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 3 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.
- Siklus I
Pada siklus ini membahas Materi Iman kepada Qada dan qadar.
- Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.
- Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
- Guru menjelaskan materi Materi Iman kepada Qada dan qadar secara klasikal.
- Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 2 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
- Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
- Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.
- Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :
- Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
- Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
- Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I.
-
- Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :
-
- Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang
kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.
b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari:
- Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
- Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
- Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
- Teknik Analisa Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :
1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan
Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Iman kepada Qada dan qadar dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:
P=FN x 100%
Dimana : P = Prosentase
F = frekuensi tiap aktifitas
N = Jumlah seluruh aktifitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi kondisi Awal
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Iman kepada Qada dan qadar. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
-
- Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Rabu 8 Pebruari 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
-
- Observasi
Partisipasi siswa Kelas VI SDN Banyu Landas ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas VI SDN Banyu Landas dalam kegiatan belajar mengajar Agama islam. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan ceramah dengan jumlah 5 terdapat 3 siswa atau 60% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 40% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 69,0. Data dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Ahmat Yogi |
70 |
Tuntas |
2 |
Arifin |
65 |
Tidak Tuntas |
3 |
M. Arifin Ilham |
70 |
Tuntas |
4 |
M. Raihan Nabil |
60 |
Tidak Tuntas |
5 |
Norhidayah |
80 |
Tuntas |
|
Jumlah |
345 |
|
|
Rata-rata |
69 |
|
|
Ketuntasan Klasikal |
60% |
|
-
- Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Iman kepada Qada dan qadar dengan menerapkan metode ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 69,0 dan secara klasikal sebesar 60%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Iman kepada Qada dan qadar.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Iman kepada Qada dan qadar. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Iman kepada Qada dan qadar khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Materi Iman kepada Qada dan qadar. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
-
- Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 22 Pebruari 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 2 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
-
- Observasi
- Hasil Belajar Siswa
- Observasi
Partisipasi siswa Kelas VI SDN Banyu Landas ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas VI SDN Banyu Landas dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan jumlah siswa 5 orang, terdapat 4 siswa atau 80% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 20% yang tidak tuntas dengan nilai rerata sebesar 77,0 . Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Ahmat Yogi |
80 |
Tuntas |
2 |
Arifin |
70 |
Tuntas |
3 |
M. Arifin Ilham |
80 |
Tuntas |
4 |
M. Raihan Nabil |
65 |
Tidak Tuntas |
5 |
Norhidayah |
90 |
Tuntas |
|
Jumlah |
385 |
|
|
Rata-rata |
77 |
|
|
Ketuntasan Klasikal |
80% |
|
-
-
- Aktifitas Siswa
-
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Materi Iman kepada Qada dan qadar pada siklus 1 adalah rata–rata 2,75 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 5 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Iman kepada Qada dan qadar, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
No. |
Uraian |
Tanggapan Siswa |
|||
Senang |
Tidak Senang |
||||
F |
% |
F |
% |
||
1. |
Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ? |
5 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Senang |
Tidak Senang |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
2. |
Bagaimana perasaan kamu terhadap :
|
5 4 4 5 |
100 80 80 100 |
0 1 1 0 |
0 20 20 0 |
|
|
Mudah |
Sulit |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
3. |
Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini |
5 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Bermanfaat |
Tidak Bermanfaat |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
4. |
Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ? |
5 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Baru |
Tidak Baru |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
5. |
Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? |
9 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Ya |
Tidak |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
6. |
Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT? |
9 |
100 |
0 |
0 |
Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
N=Jumlah: 5 orang
-
-
- Aktifitas Guru
-
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam materi pelajaran Iman kepada Qada dan qadar pada siklus I sebesar 3,25 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT
No. |
Aspek yang diamati |
Skor pengamatan |
|
Siklus I |
Keterangan |
||
1. 2. 3. 4. |
Pesiapan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Suasana Kelas |
3,50 3,00 3,00 3,50 |
Baik Baik Baik Baik |
Rata – Rata |
3,25 |
Baik |
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
- Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Iman kepada Qada dan qadar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Iman kepada Qada dan qadar.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Iman kepada Qada dan qadar. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Iman kepada Qada dan qadar khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
3. Deskripsi siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Iman kepada Qada dan qadar. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 8 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 2 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
3.Observasi
- Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas VI SDN Banyu Landas ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas VI SDN Banyu Landas dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan jumlah 5 siswa, terdapat 5 siswa atau 100% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 0 Siswa atau 0% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 85,0. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II.
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Ahmat Yogi |
90 |
Tuntas |
2 |
Arifin |
80 |
Tidak Tuntas |
3 |
M. Arifin Ilham |
85 |
Tuntas |
4 |
M. Raihan Nabil |
70 |
Tuntas |
5 |
Norhidayah |
100 |
Tuntas |
|
Jumlah |
425 |
|
|
Rata-rata |
85 |
|
|
Ketuntasan Klasikal |
100% |
|
Keterangan :
F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
N = Jumlah: 5 orang
- Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam materi pelajaran Iman kepada Qada dan qadar pada siklus I sebesar 3,25 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
No. |
Aspek yang diamati |
Skor pengamatan |
|
Siklus II |
Keterangan |
||
1. 2. 3. 4. |
Pesiapan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Suasana Kelas |
3,50 3,00 3,00 3,50 |
Baik Baik Baik Baik |
Rata – Rata |
3,25 |
Baik |
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
4.Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Iman kepada Qada dan qadar dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Iman kepada Qada dan qadar.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Iman kepada Qada dan qadar. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Iman kepada Qada dan qadar khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VI SDN Banyu Landas untuk Materi Iman kepada Qada dan qadar dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 69,0 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 60% dan yang tidak tuntas 40%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VI SDN Banyu Landas pada siklus 1 untuk Materi Iman kepada Qada dan qadar dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 77,0 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 80% dan yang tidak tuntas 20%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Iman kepada Qada dan qadar sub diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 85,0 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 100% dan yang tidak tuntas 0%.
Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas VI SDN Banyu Landas tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Iman kepada Qada dan qadar. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Iman kepada Qada dan qadar. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi Iman kepada Qada dan qadar menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.
3. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Materi Iman kepada Qada dan qadarl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.
4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT.
Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.
Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Iman kepada Qada dan qadar Siswa Kelas VI SDN Banyu Landas.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:
- Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
- Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas
--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas
-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Jakarta: Depdiknas
-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.
Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Kemdiknas
-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas
Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT
Remaja Rosda Karya
Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung:PT Remaja Rosda Karya
Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Know, Want
To Know, Learner). Surakarta: Tiga Serangkai