Contoh PTK 2 siklus
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 18 Mei 2022, 10:57:25 WIB contoh PTK
Contoh PTK 2 siklus

Gambar : dok. pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi ASEAN Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas VI SDN 8 Ampah”.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi ASEAN Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas VI SDN 8 Ampah.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi ASEAN Siswa Kelas VI SDN 8 Ampah.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, SAL

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

 

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas VI SDN 8 Ampah, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi ASEAN siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep IPS masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar IPS dan menganggap IPS hanya sebagai hafalan saja.

Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi ASEAN adalah Metode Student Active Learning (SAL) karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Metode Student Active Learning (SAL) merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi ASEAN siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi ASEAN Melalui Metode SAL Siswa Kelas VI SDN 8 Ampah “.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Metode SAL dapat meningkatkan hasil belajar Materi ASEAN siswa Kelas VI SDN 8 Ampah?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi ASEAN menggunakan Metode Student Active Learning (SAL) siswa Kelas VI SDN 8 Ampah.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi ASEAN siswa, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi ASEAN.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi ASEAN sehingga pelajaran Materi ASEAN menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor ASEAN, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Student Active Learning (SAL)

              

Pembelajaran atau Student Active Learning adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs (dalam Suyatno, 2011:10).

Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan sesuatu dan berfikir mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan demikian esensi pembelajaran aktif sesungguhnya adalah belajar bagaimana belajar (lear how to learn). Bruce Lee menegeskan bahwa “learning is definitely not more imitation, nor is it the ability to accumulate and regurgitate fixed knowledge. Learning is constant process of discovery, a process without end”. (Beattie, 2005)

Definisi ini memberikan pengertian bahwa pembelajaran bukan hanya sekedar menirukan, mmengakumulasikan dan mengulang informasi dan pengetahuan yang telah diterima, akan tetapi belajar itu lebih kepada proses yang berkelanjutan untuk menemukan sesuatu informasi. Belajar adalah sebuah proses tiada henti. Pengertian ini memberikan arti bahwa belajar adalah aktifitas yang dilakukan siswa bukan apa yang dilakukan oleh guru.

Lebih detail, Ujang dkk mendefinisikan active learning atau pembelajaran aktif sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi (peristiwa, fakta, persepsi, pendapat, perspektif, sikap, perilaku, data, proposisi, kaidah, norma, nilai, paradigma) yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar. Kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar si pembelajar, sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal baru (Sukandi, 2002).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kesimpulan ini memberikan pemahaman bahwa:

  1. Aktifitas belajar dilakukan siswa.
  2. Belajar lebih pada proses menemukan.
  3. Tugas guru adalah menciptakan suasana belajar bagi siswa.

Penerapan active learning di kelas didasarkan pada prinsip bahwa belajar terbaik bagi siswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya dan dengan mengeksplorasi ASEANnya yang terdiri atas orang, hal, tempat, dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata (pembelajaran konstektual). Selain itu melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi siswa (Stanford, 2007).

2.1.1    Indikator Student Active Learning

Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:

  1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain. Setiap siswa mempunyai beberapa kemampuan dan kecerdasan yang banyak dan setiap kecerdasan tersebut harus dikaitkan antara satu domain yang lain seperti ketika siswa berdiskusi, maka disamping mereka ada beberapa kemampuan yang dikembangkan yang saling terkait diantaranya kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan logika, menganalisa, kemampuan bahasa dan lain-lain.
  2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Pembelajaran akan menarik siswa jika sesuai dengan dunia siswa. Untuk itu proses pembelajaran hendaknya didekati dari kegemaran dan kesenangan.
  3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan lebih optimal jika prosesnya disajikan dengan memberikan tantangan bagi siswa, dengan tantangan itu siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses tersebut hingga akhir pelajaran.
  4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Aktifitas belajar aktif hendaknya melibatkan setiap individu di kelas. Sehingga tidak ada siswa yang mendominasi proses pembelajaran di kelas, dengan demikian setiap siswa akan bekerja untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing baik secara fisik maupun pikiran.
  5. Mendorong peserta didik berfikir secara aktif dan kreatif. Dengan pembelajaran aktif siswa akan berperan aktif dalam mencari informasi secara mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.
  6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa, siswa patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan hasilnya.
  7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus merangsangkan siswa untuk selalu bertanya sehingga otak siswa akan terus bekerja. Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam merespon informasi.
  8. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas siswa dalam pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan terhadap suatu kasus atau teknik yang lain.
  9. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian dan atau permainan.
  10. Mendorong siswa agar tidak takut berbuat salah.
  11. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
  12. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pemasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas. Pembelajaran aktif hendaknya memberikan pengalaman belajar kepada siswa secara individual, kompetisi dan kerjasama.

2.1.2 Suasana Pembelajaran Student Active Learning

Suasana yang diharapkan dalam SAL adalah Suasana yang membuat siswa melakukan:

  1. Pengalaman

Anak belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung/nyata mengaktifkan lebih banyak indera. Ada interaksi dengan ASEAN sekitarnya. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh guru agar siswa mendapat pengalaman belajar.

Siswa

  • Melakukan pengamatan
  • Melakukan percobaan
  • Membaca
  • Melakukan wawancara
  • Membuat sesuatu

Guru

  • Menciptakan kegiatan yang beragam.
  • Mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan menantang.

 

  1. Interaksi

Ada suasana diskusi, saling bertanya dan saling mempertanyakan pendapat, ide dan gagasan, agar dapat membangun hubugan?hubungan baru dan  berani mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut.

Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita akan terpacu untuk menjelaskan lebihh lanjut sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Berikut adalah hal-­hal yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat melakukan interaksi:

 

Siswa

  • Berdiskusi

Guru

  • Mendengarkan dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang
  • Mengajukan pertanyaan
  • Mendengarkan, tidak menertawakan dan memberi kesempatan lebih dahulu kepada siswa lain untuk menjawab.
  • Meminta pendapat orang lain
  • Mendengarkan
  • Meminta pendapat siswa lain
  • Memberi komentar
  • Mendengarkan, sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi pendapat tentang komentar tersebut
  • Bekerja dalam kelompok
  • Berkeliling ke kelompok, sesekali duduk bersama, mendengarkan perbincangan kelompok dan sesekali memberi komentar atau mengajukan pertanyaan yang menantang

 

2.2 Strategi SAL: Modelling the Way

Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan student active learning dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (dalam Hartono, 2001: 3) mengemukakan 101 bentuk strategi yarg dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuannya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat di capai oleh anak. Berdasarkan tujuan dan karakteristiknya, strategi SAL digolongkan menjadi 5 kelompok, sebagai berikut:

  1. Based on Card
  1. Question student have
  2. Index card match
  3. Card sort
  4. Everyone is teacher here
  5. Billboard ranking
  1. Based on Discussing
  1. Active debate
  2. Point counter point
  3. Jigsaw learning
  4. The power of two
  5. Active knowledge sharing
  1. Based on Text
  1. Scrabble text
  2. Crossword puzzle
  3. Reading guide
  4. Guide note taking
  1. Based on Demonstration
  1. Modelling the way
  2. Silent demonstration
  1. Based on Question
  1. Giving question and getting answer
  2. Information search
  3. Planted question
  4. Learning. start with question

 

Based on Demontration (Berbasis Demonstrasi)

Nama Strategi         :  Modelling The Way (Membuat Contoh Praktik)

Tujuan                     :  Untuk mempraktikkan keterampilan spesifik untuk dipelajari di kelas melalui dernonstrasi, dengan memberikan kebebasan kepada siswa menentukan skenarionya sendiri.

Letak Kegiatan        :  Kegiatan inti

Aplikasi                   :  Seluruh bidang studi

Langkah-langkah    :

  1. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menurut siswa untuk mencoba/mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan.
  2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.
  3. Beri siswa waktu 10 - 15 menit untuk menciptakan skenario kerja.
  4. Beri waktu 5 - 7 menit untuk berlatih.
  5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja masing­masing. Setelah demonstrasi selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan kepada setiap demonstrasi yang dilakukan.
  6. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi

Variasi:

  1. Jumlah anggota bisa lebih banyak dengan menambah peran sebagai pengarang skenario, sutradara dan penasehat.
  2. Ciptakan skenario spesifik dan tujuan tertentu (Suyatno, 2011 : 45).

2.1.3 ASEAN

         1.Pembentukan ASEAN

Suatu Negara tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dengan Negara lain. Indonesia sebagai Negara yang diakui Negara-negara di dunia juga menjalin hubungan kerja sama dengan Negara lain. Indonesia bersama Negara-negara tetangga menjalin kerja sama saling menguntungkan. Indonesia bersama Negara-negara di Asia Tenggara menjalin kerja sama yang sifatnya saling menguntungkan. Kerja sama Asia Tenggara dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut:

  1. Memiliki sumber daya alam yang berbeda
  2. Memiliki sumber daya manusia yang berbeda.
  3. Memiliki kesamaan paham polotik.
  4. Memiliki kesamaan posisi dan kebudayaan.

2. Berdirinya ASEAN

             ASEAN (Association of South East Asian Nations) adalah organisasi kerja sama regional di Asia Tenggara. ASEAN berdiri di Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Terbentuknya ASEAN didasari dengan adanya Deklarasi Bangkok. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh lima menteri luar negeri, yaitu Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Thanat Khoman (Thailand), Narcisco Ramos (Filiphina), dan S. Rajaratman (Singapura).

            Di dalam naskah Deklarasi Bangkok terdapat tujuan terbentuknya ASEAN, diantaranya;

  1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, social dan budaya di kawasan ASEAN.
  2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas  regional  di kawasan Asia Tenggara.
  3. Menangani masalah yang timbul demi kepentingan bersama.
  4. Memberikan bantuan dalam bidang pendidikan, teknik dan administrasi.
  5. Memelihara kerja sama dalam organisasi internasional dan regional.

Dalam menjalankan organisasinya ASEAN membutuhkan secretariat

ASEAN. Secretariat ASEAN dipimpin oleh sekretaris jenderal. Sekretais jenderal diangkat oleh Sidang Menteri ASEAN. Secretariat tetap ASEAN berada di Jakarta Indonesia. Tugas sekretaris jenderal sebagai berikut:

  1. Bertanggung jawab kepada Sidang Menteri manakala bersidang dan kepada Komite Tetap pada waktu lainnya.
  2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua fungsi dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya oleh Sidang Menteri ASEAN dan Komite Tetap.

2.Negara-negara Anggota ASEAN

            ASEAN menganut asas keanggotaan terbuka, artinya memberi kesempatan kepada semua Negara di kawasan Asia Tenggara. Anggota ASEAN awalnya berjumlah lima Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura. Sekarang anggota ASEAN berjumlah 10 negara. Negara yang berabung, meliputi Brunei Darusalam ( 7 Januari 1984), Vietnam (28 Juli 1995), laos dan Myanmar (23 juli 1997), serta Kamboja (16 Desember 1998).

  1. Indonesia

Negara Indonesia adalah Negara kepulauan dengan wilayah sangat luas terdiri dari daratan dan perarian. Indonesia berbentuk republic dengan Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Penduduka Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan beragam budaya. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

  1. Malaysia

Wilayh Malaysia dibagi menjadi dua bagian, yaitu barat dab timur. Bagian barat terletak di semenanjung Malaka, meliputi Negara bagian Kedah, Perak, Selangor, Negeri Sembilan, Penang, Pahang, Perlus, Kelantan, Malaka, Johor dan Trenggano. Bagian Timur terletak di utara Pulau Kalimantan, yaitu Sabah dan Serawak. Malaysia merupakan Negara kerajaan. Kepala Negara ini adalah seorang Sultan yang bergelar Yang Dipertuan Agong, sedangkankepala pemerintahannya seorang perdana menteri.

  1. Thailand

Thailand adalah sebuah Negara kerajaan. Kepala pemerintahan Negara ini adalah seorang perdana menteri dan kepala Negara seorang raja. Thailand merupakan satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Thailand juga dikenal sebagai lumbung padi ASEAN karena hasil padinya melimpah.

  1. Filipina

Filipina adalah Negara kepulauan dengan pulau Mindanau dan pulau Luzon sebagai pulau terbesar. Kepulauan Filipina termasuk daerah pegunungan lingkaran pasifik. Filipina adalah sebuah Negara republic. Kepala Negara dan kepala pemerintahan dipegang oleh seorang Presiden.

  1. Singapura

Singapura terletak di semenanjung Malaka, letaknya sangat strategis, yaitu pada jalur lalu lintas pelayaran. Singapura berbentuk republic dengan Presiden sebagai kepala Negara, sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.

  1. Brunai Darusalam

Brunai Darusalam merupakan Negara jajahan Inggris. Negara Brunai terletak di pulau Kalimantan bagian utara, brunai Darusalam adalah Negara kesultanan. Kepala Negara dipegang oleh Sultan, sedangkan pemerintahannya adalah perdana menteri.

  1. Vietnam

Bentuk pemerintahan Negara Vietnam adalah republic. Kepala Negara Vietnam dan kepala pemerintahannya seorang presiden. Wilayah Vietnam berupa daratan pantai, pegunungan dan delta.

  1. Laos

Laos terletak di kawasan Indotiongkok. Laos merupakan Negara di Asia Tenggara yang tidak mempunyai laut. Laos dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala Negara dan perdana menteri sebagai kepala penerintahan.

  1. Myanmar

Negara Myanmar dahulu bernama  Birma. Kepala Negara ini adalah seorang presiden dan kepala pemerintahan perdana menteri. Myanmar pernah menjadi produsen bersa Nomor satu dunia. Ibukota Myanmar sejak tahun 2005 pindah ke kota Nay Pyi Taw.

  1.  Kamboja

Kamboja terletak di kawasan Indotiongkok. Kepal negaranya adalah raja dan kepala pemerinyahan perdana menteri. Bertahun-tahun Negara Kamboja mengalami perang saudara, hingga porak poranda.

                                    BAB III

METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 8 Ampah Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada 45 km di luar kota Kabupaten. SDN 8 Ampah Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang memadahi, ruang UKS dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 9 orang terdiri dari 2 orang Laki-laki dan 7 orang guru Perempuan, serta 1 (satu) Tenaga Kependidikan.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN 8 Ampah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 11, yang terdiri dari 9 siswa laki – laki dan 2 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Pebruari sampai dengan april 2017. Penelitian ini pada Materi ASEAN diajarkan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 3 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas subkonsep Materi ASEAN.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan Materi ASEAN secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

 

    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi ASEAN dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 65.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi ASEAN. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa 14 Pebruari 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas VI SDN 8 Ampah ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas VI SDN 8 Ampah dalam kegiatan belajar mengajar terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan penerapan Metode ceramah dengan jumlah 11 terdapat 7 siswa atau 63,6% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 36,4% yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata sebesar 66,8. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aditya Pratama

70

Tuntas

2

Aulia Nor Ilmi

60

Tidak Tuntas

3

Jimi Anugrahnu

50

Tidak Tuntas

4

M. Anton

70

Tuntas

5

M. Alwi

60

Tidak Tuntas

6

M. Rasyid

50

Tidak Tuntas

7

Mu’az

70

Tuntas

8

Perdi Dinata

70

Tuntas

9

Rahman

70

Tuntas

10

Risma

80

Tuntas

11

Viona Sarifatul Ulfah

85

Tuntas

 

Jumlah

735

 

 

Rata-rata

66,8

 

 

Ketuntasan Klasikal

63,6%

Tidak Tuntas

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi ASEAN dengan menerapkan ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 66,8 dan secara klasikal sebesar 63,6%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi ASEAN.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi ASEAN. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi ASEAN khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Metode Student Active Learning (SAL) dengan Materi ASEAN Multikultural sub (3) Perkembangan Pendidikan di Indonesia dan (4) Peranan Golongan Terpelajar, Profesional dan Pers dalam menumbuhkan Kesadaran Nasional Indonesia. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

2.Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan yaitu sebagai berikut:

1) Pertemuan ke-1, pada hari Selasa 28 Pebruari 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Metode Student Active Learning (SAL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

2) Pertemuan ke-2, pada hari Kamis 2 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Metode Student Active Learning (SAL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

3) Pertemuan ke-3, pada hari Sabtu 4 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Metode Student Active Learning (SAL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL),

3.Observasi

      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas V SDN 8 Ampah ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas VI SDN 8 Ampah dalam kegiatan belajar mengajar IPS. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL) dengan jumlah siswa 11 orang, terdapat 9 siswa atau 81,8% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 18,2% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 75,0. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aditya Pratama

80

Tuntas

2

Aulia Nor Ilmi

70

Tuntas

3

Jimi Anugrahnu

60

Tidak Tuntas

4

M. Anton

80

Tuntas

5

M. Alwi

70

Tuntas

6

M. Rasyid

60

Tidak Tuntas

7

Mu’az

80

Tuntas

8

Perdi Dinata

75

Tuntas

9

Rahman

75

Tuntas

10

Risma

85

Tuntas

11

Viona Sarifatul Ulfah

90

Tuntas

 

Jumlah

825

 

 

Rata-rata

75,0

 

 

Ketuntasan Klasikal

81,8%

Tidak Tuntas

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Metode Student Active Learning (SAL) pada Materi ASEAN pada siklus 1 termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Metode Student Active Learning (SAL) digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL), ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 11 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi ASEAN, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL).

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe   

             Metode Student Active Learning (SAL)

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

11

100

0

0

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

11

10

10

11

 

100

75

75

100

 

0

1

1

0

 

0

25

25

0

 

 

Mudah

 Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

11

100

0

0

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

11

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

11

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Metode Student Active Learning (SAL)?

11

100

0

0

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

     Menggunakan Metode Student Active Learning (SAL)

                                    N=Jumlah: 11 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) pada siklus I sebesar 2.75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Pembelajaran menggunakan  

                 Metode SAL

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi ASEAN Multikultural dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi ASEAN.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi ASEAN. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi ASEAN Multikultural khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Metode Student Active Learning (SAL) dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi ASEAN. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan yaitu sebagai berikut:

1) Pertemuan ke-1, pada hari Selasa 7 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Metode Student Active Learning (SAL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

2) Pertemuan ke-2, pada hari Kamis 9 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Metode Student Active Learning (SAL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

3) Pertemuan ke-3, pada hari Sabtu 11 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Metode Student Active Learning (SAL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL),

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas V SDN 8 Ampah ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Metode Student Active Learning (SAL). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas V SDN 8 Ampah dalam kegiatan belajar mengajar IPS. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) dengan jumlah 11 siswa, terdapat 11 siswa atau  100% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 0 Siswa atau 0% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 81,4. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

                        Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aditya Pratama

85

Tuntas

2

Aulia Nor Ilmi

75

Tuntas

3

Jimi Anugrahnu

70

Tuntas

4

M. Anton

85

Tuntas

5

M. Alwi

75

Tuntas

6

M. Rasyid

70

Tuntas

7

Mu’az

85

Tuntas

8

Perdi Dinata

80

Tuntas

9

Rahman

80

Tuntas

10

Risma

90

Tuntas

11

Viona Sarifatul Ulfah

100

Tuntas

 

Jumlah

895

 

 

Rata-rata

81,4

 

 

Ketuntasan Klasikal

100%

Tuntas

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  

                   Metode Student Active Learning (SAL)

               N = Jumlah: 11 orang

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Metode Student Active Learning (SAL) dalam materi pelajaran ASEAN dan Kritis pada siklus I sebesar 3,125 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Metode Student Active Learning (SAL)

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,25

3,00

3,00

3,25

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,125

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi ASEAN Multikultural dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi ASEAN Multikultural.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi ASEAN Multikultural. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi ASEAN dan Kritis khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VI SDN 8 Ampah untuk Materi ASEAN dengan model pembelajaran mengunakan Metode ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 66,8 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 63,6% dan yang tidak tuntas 36,4%.     

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VI SDN 8 Ampah pada siklus 1 untuk Materi ASEAN dengan model pembelajaran, Metode Student Active Learning (SAL) diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 75,0 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 81,8% dan yang tidak tuntas 18,2%.

Sedangkan pada siklus II untuk Materi ASEAN diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 81,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 100% dan yang tidak tuntas 0%.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas VI SDN 8 Ampah tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu ASEAN. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL).

 

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Metode Student Active Learning (SAL) pada materi ASEAN dan Kritis menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:40) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Metode Student Active Learning (SAL)

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Metode Student Active Learning (SAL) pada Materi ASEAN Multikultural. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Metode Student Active Learning (SAL)

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Metode Student Active Learning (SAL) disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Metode Student Active Learning (SAL). Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Metode Student Active Learning (SAL).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal mengunakan Metode ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 66,8 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 63,6% dan yang tidak tuntas 36,4%.    

Hasil penelitian pada siklus 1 diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 75,0 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 81,8% dan yang tidak tuntas 18,2%.

Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 81,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 100% dan yang tidak tuntas 0%.                   Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Metode Student Active Learning (SAL) dapat meningkatkan hasil belajar Materi ASEAN Siswa Kelas VI  SDN 8 Ampah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Metode Student Active Learning (SAL) sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Metode Student Active Learning (SAL) disarankan untuk membikin Metode Student Active Learning (SAL) yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas                                                               

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe METODE STUDENT ACTIVE LEARNING (SAL). Surakarta: Tiga

              Serangkai




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment