Dari GPU Mantawara Tamiang Layang menuju Asrama Haji Palangka Raya, jamaah haji tahun 2018
Catatan Perjalanan Haji (1)
Gambar : Foto. Suasana di GPU Mantawara Tamiang Layang
KANGJO.NET, Kelua Tabalong. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu selama delapan tahun pun tiba. Setelah mengikuti manasik selama tiga bulan di Masjid Ustman Bin Affan Matabu, akhirnya kami diberitahu bahwa keberangkatan haji ke tanah suci adalah pada akhir Juli 2018. Jamaah haji dengan Kelompok Terbang (Kloter 08 BDJ), dengan kode BDJ 08 embarkasi Banjarmasin.
Sebelum berangkat dari rumah menuju Tamiang Layang, pagi itu di rumah diadakan acara selamatan untuk pemberangkatan, dengan mengundang seluruh warga komplek perumahan. Acara yang dipimpin oleh ustaz H. Asmuri, berlangsung cepat setelah membaca doa, kemudian makan seadanya, dilanjutkan dengan melangkah keluar rumah yang diawali dengan azan yang dikumandangkan oleh M. Hidayatulloh (anak pertama kami).
Foto. Azan saat keluar rumah
Tanggal 29 Juli 2018 setelah sholat subuh semua jamaah haji sudah berkumpul di Gedung Mantawara Tamiang Layang sebelum berangkat ke Asrama Haji Palangka Raya. Semua jamaah haji kota Tamiang Layang berangkat ke embarkasi Palangka Raya Kalimantan Tengah. Di Gedung Pertemuan Mantawara kami dilepas oleh keluarga. Di sana tidak tertahankan lagi isak tangis dan peluk cium yang mengharukan antara jamaah haji dengan keluarganya, seperti hendak pergi selama-lamanya dan tidak bertemu lagi.
Pergi haji masih dianggap pergi ke tempat yang jauh dan dalam jangka waktu yang lama (40 hari). Belum tentu jamaah haji bisa pulang ke tanah air, mungkin saja ditakdirkan wafat di Tanah Suci. Hidup dan mati hanya Allah yang tahu, kita tidak tahu di bumi mana kita dilahirkan dan di bumi mana kita diwafatkan. Setiap tahun memang ratusan jamaah haji Indonesia meninggal dunia di Tanah Suci. Faktor penyakit bawaan dari tanah air atau usia lanjut merupakan faktor terbesar meninggalnya jamaah haji di sana.
Saya pun larut dalam kesedihan. Apalagi saya pergi haji sendiri, meninggalkan anak di rumah tanpa kehadiran saya. Namun, saya selalu teringat kata-kata ustadz H. Kastalani (alm) pembimbing haji ketika manasik (ustadz H. Kastalani meninggal di Martapura ketika kami berada di Makkah) “Semoga beliau husnul hotimah” ucap seorang jamaah. Kata ustadz H. Kastalani waktu itu “jika kita berangkat haji, maka pasrahkan saja semuanya kepada Allah SWT. Pasrahkan saja keluarga kita dan harta yang kita tinggalkan kepada Allah. Biarlah Allah saja yang menjaganya. Insya Allah dengan memasrahkan diri kepada Allah kita dapat berangkat ke Tanah Suci dengan tenang.”
Foto. Keluarga saat berada di depan GPU Mantawara Tamiang Layang
Dari Gedung Pertemuan Umum (GPU) Mantawara Tamiang Layang, kami berangkat dalam rombongan tiga bus ke Asrama Haji Palangka Raya. Di sana semua rombongan jamaah haji Kloter 08 dari berbagai KBIH dikumpulkan. Jamaah haji Kloter 08 BDJ semuanya 323 orang. Mereka berasal dari Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Seruyan atau Kabupaten Kotim. (sudah tidak begitu ingat lagi)
Berangkat ke Asrama Haji Palangka Raya
Satu persatu bus rombongan haji (4 bus) meninggalkan Asrama Haji Palangka Raya. Para pengantar, yang merupakan keluarga jamaah haji, anggota yang menunggu di luar memberikan lambaian tangan selamat jalan. Tak terasa air mata pun menetes. Sungguh mengharukan. Sepanjang jalan dari GPU Mantawara hingga pintu keluar para pengantar berbaris melambaikan tangan. Perjalanan haji adalah perjalanan jauh, mungkin juga perjalanan menuju kematian.
Labbaikallahumma labbaik, labbaikala syarikalaka labbaik. Hamba datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah. Bus-bus rombongan jamaah haji selama perjalanan dari embarkasi menuju Asrama Haji di Palangka Raya dikawal oleh mobil Patwal polisi sehingga mendapat prioritas jalan. Bunyi sirine meraung-raung sepanjang jalan, khusus untuk rombongan jamaah haji dibuka khusus. Serasa menjadi tamu VIP saja.
Memang selama mengikuti haji mulai berangkat dari Tamiang Layang hingga kembali ke Tamiang layang jamaah haji mendapat banyak perlakuan istimewa. Mungkin sebabnya satu: jamaah haji itu adalah tamu-tamu Allah, sehingga banyak orang/instansi berlomba memuliakan tamu-tamu itu, meskipun sebagai jamaah haji tentu tidak pernah meminta perlakuan khusus tadi.
Oh iya, kloter saya, Kloter 08 BDJ, termasuk dalam keberangkatan gelombang pertama. Sebagaimana diketahui, pemberangkatan jamah haji dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama dari tanggal 16 Juli – 30 Juli 2018, jamaah haji diterbangkan ke Makkah dulu. Gelombang kedua dari tanggal 31 Juli – 15 Agustus 2018, jamaah haji diterbangkan ke Medinah. Jamaah haji gelombang satu akan berada di Makkah selama 31 hari sebelum bertolak ke Medinah selama 8 hari.
Pembagian dua gelombang ini karena jamaah haji Indonesia sangat banyak jumlahnya tahun ini mencapai 220.000 orang, sehingga tidak mungkin diangkut semuanya secara serentak dalam satu periode.
Berangkat pada gelombang satu atau gelombang dua sama-sama memiliki plus minus. Jika berangkat pada gelombang satu, maka perginya lebih awal dan pulangnya ke tanah air juga lebih awal. Minusnya adalah terlalu lama menunggu puncak ibadah haji (wukuf di Arafah), energi jamaah sudah terkuras untuk mengerjakan ibadah sunnah di Madinah dan Mekah, sehingga ketika tiba masa puncak haji kondisi kebugaran dan kesehatan jamaah sudah mulai menurun. Padahal, inti ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah. (kangjo.net)