Model Make A Match (Mencari Pasangan)
Model Make A Match

By JUMAKIR, S Pd., MM 29 Mei 2021, 13:13:45 WIB model pbm
Model Make A Match (Mencari Pasangan)

Gambar : Foto Kumpulan Model PBM


KANGJO.NET, Tamiang Layang. Model pembelajaran Make a Match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Loma Curran. Ciri utama model Make a Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu keunggulannya Teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambal belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia (Isjoni, 2010:78).

Karakteristik model pembelajaran Make a Match adalah memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Pelaksanaan model pembelajaran Make a Match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk berak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut. Siswa yang pembelajarannya dengan model Make a Match aktif dalam mengikuti pemebelajaran sehingga dapat mempunyai pengalaman belajar yang bermakna.

Langkah-langkah:

  1. Ebaliknya Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
  5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  6. Setelah kartu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.
  7. Kesimpulan/penutup.

Kelebihan:

  • Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.
  • Kerja sama antar-sesama siswa terwujud dengan dinamis.
  • Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa.

       Kekurangan:

  • Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran.
  • Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.
  • Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

 

 

SUMBER:

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment