Model Mind Mapping (Peta Pikiran)
Model Mind Mapping (Peta Pikiran)
Gambar : Foto Kumpulan Model PBM
KANGJO.NET, Tamiang Layang. Model pembelajaran Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru (Silberman, 1996). Pemetaan pikiran merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum mulai menulis (Hernowo, 2003). Meminta pembelajar untuk membuat peta pikiran memungkinkan mereka mengidentifikasikan dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan.
Pemetaan pikiran adalah Teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, symbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak. Cara ini juga menenangkan dan kreatif.
Pemetaan pikiran membantu pembelajar mengatasi kesulitan, mengetahui apa yang hendak ditulis, serta bagaimana mengorganisasi gagasan, sebab Teknik ini mampu membantu pembelajar menemukan gagasan, mengetahui apa yang akan ditulis pembelajar, serta bagaimana memulainya. Peta pikiran sangat baik untuk merencanakan dan mengatur pelbagai hal. Untuk membuat peta pikiran, ada beberapa kiat atau Langkah yang perlu ditempuh. De Porter (2005) mengemukakan beberapa kiat dalam membuat peta pikiran. Kiat-kiat tersebut adalah:
- Tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.
- Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
- Tuliskan kata kunci atau frasa pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan pembelajar.
- Tambahkan symbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Langkah-langkah:
- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
- Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
- Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
- Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
- Seluruh siswa secara bergiliran/diacak menyapaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampaikan Sebagian siswa sudah menyapaikan hasil wawancaranya.
- Guru mengulangi/menjelaskan Kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
- Kesimpulan/penutup.
Kelebihan:
- Cara ini cepat.
- Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran.
- Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
- Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan:
- Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
- Tidak seluruh murid belajar.
- Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
SUMBER:
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.