PTK, Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan STAD Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 29 Agu 2021, 20:06:27 WIB contoh PTK
PTK, Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan  STAD Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat

Gambar : Kumpulan PTK


Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat

 

ABSTRAK

           

Penelitian berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat”.

 

Tujuan penelitian meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya  siswa kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat dengan model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

 

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur (1) perencanaan, (2) pelaksanaan kegiatan, (3) observasi, (4) refleksi dalam setiap siklus. Data penelitian ini kuantitatif dan kualitatif. Data bersumber dari siswa dan peneliti.

 

Hasilnya penggunaan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam kegiatan pembelajaran pada materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya dapat meningkat, hasil kegiatan pembelajaran kualifikasi sedang yang merupakan indikator penelitian. Melalui model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions dalam menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya dapat meningkatkan kreativitas siswa karena setiap siswa dapat menjelaskan kepada siswa lain dan dalam mengembangkan ide-ide atau menjawab pertanyaan tidak boleh saling bantu sehingga memiliki kepercayaan diri dan lebih mandiri dalam mencapai persoalan pembelajaran yang menyenangkan.

 

Kata kunci: Hasil Belajar, Model STAD

BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

IPA atau sains adalah upaya sistematis untuk menciptakan, membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam. Upaya ini berawal dari sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa keingintahuannya. Rasa keingintahuannya ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan yang paling sederhana, namun konsisten untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam. Penyelidikan ini meliputi kegiatan mengobservasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan akhimya menyimpulkan.

Hasil dari penyelidikan ini umumnya membawa ke pertanyaan lanjutan yang lebih rinci, lebih rumit, dan memerlukan upaya yang lebih keras untuk menyelidikinya. Kegiatan penyelidikan ini memerlukan teknologi yang sesuai, yang umumnya berupa teknologi terkini yang ada. Di lain pihak, dari kegiatan penyelidikan pada akhirnya akan dihasilkan teknologi yang lebih baru.

IPA pada hakikatnya belajar dengan pendekatan yang meliputi empat

unsur utama. Keempat unsur tersebut adalah sikap, proses, produk, dan aplikasi. (1) Sikap, yaitu rasa ingin tahu mengenai alam yang diselidiki secara tekun, teliti, jujur, skeptis, namun terbuka terhadap kemungkinan baru, dan bertanggung jawab. (2) Proses, yaitu prosedur penyelidikan mencakup gejala alam. (3) Produk, yaitu fakta, konsep, prinsip/hukum, dan teori yang menjelaskan dan/atau memprediksi gejala alam. (4) Aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah dan pengetahuan IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA seharusnya dapat menumbuhkembangkan kompetensi siswa pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap dapat diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.” Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.” Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.” Dalam pembelajaran IPA, lintasan “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” ini digunakan sebagai penggerak untuk lintasan yang lain. Pendekatan yang digunakan untuk

belajar IPA disebut pendekatan ilmiah (scientific). Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific) dalam pembelajaran IPA diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning). Untuk endorong kemampuan peserta didik agar menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem based dan project based learning).

Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informas

baru dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Konsep dasar tentang pembelajaran adalah pengetahuan yang tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya.

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi kepada peserta didik anak tangga yang membawa mereka ke pemahaman yang lebih tinggi. Dengan catatan bahwa peserta didik sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu.” Peserta didik harus didorong sebagai “penemu dan pemilik” ilmu, bukan sekedar pengguna atau penghafal pengetahuan.

Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik membangun pengetahuan

bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana ke kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan lingkungan sekitarnya ke ruang lingkup yang lebih luas, serta dari yang bersifat konkret ke abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual.

Keempat tahap perkembangan tersebut mencakup, sensori motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Untuk peserta didik SMP/MTs, umumnya berada pada fase peralihan dari operasional konkret menuju operasional formal. Hal ini berarti, bahwa peserta didik SMP/MTs telah dapat diajak berpikir secara abstrak. Misalnya, melakukan analisis, inferensi, menyimpulkan, serta menggunakan penalaran deduktif, induktif, dan lain-lain. Namun, semua ini seharusnya berangkat atau dimulai dari situasi yang nyata lebih dulu.

Oleh karena itu, kegiatan pengamatan dan percobaan memegang

peranan yang penting dalam pembelajaran IPA, agar pembelajaran IPA

tidak sekedar pembelajaran hafalan. Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antarindividu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi tersebut terserap ke dalam individu yang bersangkutan.

Jadi, pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari. Namun, tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuannya. Peran guru dalam pembelajaran adalah memberikan tugas menantang yang berupa permasalahan dan harus dipecahkan peserta didik. Pada saat tugas itu diberikan, peserta didik belum menguasai cara pemecahannya. Namun, setelah peserta didik berdiskusi bersama temannya dengan bantuan guru, maka tugas tersebut dapat diselesaikan. Dengan menyelesaikan tugas tersebut, maka kemampuan-kemampuan dasar untuk menyelesaikannya akan dikuasai peserta didik.

Guru IPA harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berdiskusi dan berbagai bentuk kerja sama lainnya dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, guru IPA juga perlu memberikan bantuan kepada peserta didik dalam tahap-tahap awal pembelajaran. Selanjutnya, peserta didik akan segera engambil alih tanggung-jawab yang lebih besar setelah mereka dapat melakukannya endiri. Bantuan yang diberikan guru IPA tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah dengan langkah-langkah pemecahannya, memberikan contoh, atau apa pun bentuk yang lain yang memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri. Perlu ditegaskan bahwa, bantuan tersebut tidak bersifat

“memberitahu secara langsung,” tetapi “mendorong peserta didik untuk

mencari tahu.”

Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Guru IPA mendorong peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran IPA terjadi apabila peserta didik terlibat secara aktif dalam menggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip tersebut.

Proses proses mental itu, misalnya mengamati, menanya dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta menyajikan hasil kerjanya. Guru IPA harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif atau kolaboratif, sehingga peserta didik mampu bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa takut terjadi kesalahan.

Media dan sumber belajar lainnya digunakan guru untuk memberi

bantuan peserta didik untuk hal-hal berikut. Seperti melakukan eksplorasi

dalam bentuk mengamati (observing), menghubung-hubungkan fenomena

(associating), menanya atau merumuskan masalah (questioning), dan

melakukan percobaan (experimenting) atau pengamatan lanjutan. Guru IPA seharusnya mampu membantu peserta didik untuk menyiapkan penyajian pengetahuan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pembelajaran IPA untuk setiap materi pokok tertentu seharusnya diakhiri dengan tugas projek.

Guru IPA seharusnya mendorong, membesarkan hati, memberi bantuan secukupnya, dan memfasilitasi peserta didik untuk mampu melakukan tugas projeknya, serta membuat laporan secara tertulis. Selanjutnya, guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok dalam bentuk presentasi lisan atau tertulis. Seperti pameran, turnamen, festival, atau ragam penyajian lainnya yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran IPA dituntut kemampuan dan kesanggupan guru melakukan tugas di kelas agar siswa mampu untuk melakukan kegiatan antara lain memahami, menghargai, mencintai dan mengapresiasi sehingga IPA bukan lagi hal yang dikesampingkan tetapi IPA adalah ilmu yang perlu mendapat perhatian yang serius, sehingga sama dengan ilmu yang lain.

Berikut ini, beberapa penyebab rendahnya minat siswa dalam IPA di antaranya (1) kurangnya kreativitas dan keberanian guru dalam mengidentifikasi IPA, (2) guru kurang inovatif strategi pembelajaran IPA, (3) pembelajaran IPA yang dilakukan guru lebih menekankan pada unsur intrinsik yang baik (4) pendekatan pembelajaran IPA yang digunakan kurang memadai dan tidak memberi solusi dalam melatih, memotivasi dan menumbuhkan sikap apresiatif siswa, (5) kurangnya ketersediaan media penunjang pembelajaran di kelas, (6) masih ada guru yang bukan dari latar belakang IPA.

Dari penjelasan diatas, maka perlu diupayakan model pembelajaran yang tepat agar tercapainya tujuan dan hasil yang maksimal dalam pembelajaran IPA.

Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model kontekstual. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan dapat membantu guru menjawab persoalan-persoalan yang ada. Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat”. Tahun Pembelajaran 2015/2016 dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ini didasari atas beberapa hal sebagai berikut ini.

  1. Perlunya penelitian tindakan kelas yang mengutamakan pada usaha peningkatan kemampuan siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat dalam memahami Klasifikasi Materi Dan Perubahannya.
  2. Kemampuan siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat dalam memahami Klasifikasi Materi Dan Perubahannya harus ditingkatkan dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran IPA.

Model Pembelajaran STAD merupakan salah satu pembelajaran yang dianggap mampu  meningkatkan pemahaman siswa dalam menganalisis Klasifikasi Materi Dan Perubahannya.

 

    1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: rendahnya kemampuan siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat dalam memahami materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya.

Permasalahan  rendahnya kemampuan siswa ini disebabkan oleh beberapa kendala yang dihadapi siswa maupun guru dalam proses pembelajaran apresiasi latar tempat, waktu, suasana.

Permasalahan yang dihadapi siswa adalah rendahnya kemampuan siswa mengungkapkan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya. Siswa kurang bergairah dalam menganalisis ketiga unsur tersebut sehingga nilai yang diharapkan menurun.

Permasalahan yang dihadapi guru adalah belum tepat menggunakan model pembelajaran apresiasi khususnya Klasifikasi Materi Dan Perubahannya.

    1. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Model Pembelajaran STAD dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya?”.

 

    1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah:

Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya menggunakan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat.

 

    1. Manfaat Penelitian 

Hasil penelitian Tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat seperti berikut ini.

  1. Bagi Guru

Dengan adanya pelaksanaan penelitian ini, diharapkan guru mata pelajaran IPA akan memperoleh wawasan, pengetahuan dan dapat menguasai model pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual sehingga ia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dengan berpusat pada peserta didik itu sendiri. Pada sisi lain, penelitian ini juga dapat bermanfaat sebagai sarana peningkatan profesionalitas dan pengembangan karier.

b. Bagi Siswa

Peserta didik akan mendapat manfaat dari penelitian ini, diantaranya (1) dapat membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam IPA (2) penelitian tindakan kelas ini, juga dapat mengubah persepsi siswa bahwa pembelajaran IPA bukan suatu hal yang membosankan, tetapi sesuatu yang sangat menyenangkan.

c. Bagi Sekolah

Sekolah tempat pelaksanaan penelitian diharapkan dapat memperoleh manfaat dari penelitian itu sendiri, sehingga akan ada perbaikan pembelajaran IPA dan kegiatan belajar di sekolah yang bersangkutan.

 

BAB II KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
  2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan Kewarganegaraannya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Klasifikasi Materi dan Perubahannya

 

     Pada Bab 2 kamu sudah mempelajari berbagai jenis benda yang sering dijumpaidalam kehidupan sehari- hari. Benda-benda di sekitarmu dapat berupa wujud padat, cair,dan gas. Benda-benda tersebut kita klasifikasiberdasarkan karakteristik yang dapat diamati.

Pada Bab 3 ini kamu akan belajar tetang klasifikasi materi. Materi dapat dikelompokkan menjadi unsur, senyawa, dan campuran. Pada Bab 3 ini, kamu juga akan belajar Tentang pemisahan campuran, karakteristik zat serta perubahannya. Kamu akan menemukan berbagai fakta unik tentang zat dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari. Kekaguman kamu juga akan bertambah besar kepada Sang Maha Pencipta, dengan mengetahui bahwa bendabenda di sekitarmu dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang berbeda-beda. Benda-benda tersebut juga mengalami perubahan yang khas sesuai karakteristik benda-benda tersebut. Coba pahami uraian berikut.

     Ketika memanaskan air sampai mendidih, terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap. Dapur adalah salah satu tempat menarik untuk mengamati perubahan zat dan bagaimana memisahkan berbagai macam campuran. Di dapur terdapat beberapa senyawa kimia, seperti gula, garam, asam cuka, minyak goreng, sayuran dan buah-buahan serta beberapa bumbu masak. Beberapa senyawa kimia tersebut jika Digunakan untuk memasak akan saling bercampur dan mengalami perubahan komposisi materi dan membentuk senyawa baru. Bahan-bahan tersebut memiliki klasifikasi yang berbeda, ada yang merupakan zat tunggal (unsur dan senyawa) dan ada juga yang sudah merupakan campuran.

        1. Cara Mengklasifikasikan Materi

  Alam semesta terdiri atas planet-planet, contohnya bumi. Di bumi terdapat gunung, udara, laut, dan begitu banyak hal lain. Segala sesuatu yang berada di bumi tersusun atas materi, yang terdiri atas unsur, seperti air, udara, tanah, dan api. Itulah gambaran eragaman materi.

          1. Klasifikasi Materi

       Ketika kamu mengumpulkan sekelompok benda berdasarkan sifatnya, langkahlangkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

• Mengamati karakteristik benda tersebut.

• Mencatat persamaan dan perbedaan sifat benda masing–masing.

• Memasukkan benda-benda yang memiliki persamaan sifat ke dalam satu kelompok.

• Memberi nama yang sesuai pada setiap kelompok benda tersebut.

  Perhatikan sebuah lampu bohlam. Tersusun dari materi apa sajakah lampu tersebut? Para ilmuwan mengklasifikasi materi agar lebih mudah dipelajari dan disusun secara sistematis. Materi adalah sesuatu yang mempunyai massa dan dapat menempati sebuah ruang. Materi berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan menjadi zat padat, cair, dan gas. Contoh zat padat adalah beberapa jenis logam, seperti besi, emas, dan seng. Air, minyak goreng, dan bensin merupakan contoh wujud cair. Contoh zat berwujud gas adalah udara, asap, dan uap air. Asap rokok merupakan salah satu gas yang berbahaya bagi kesehatan.

     Oleh karena itu, kamu dilarang merokok. Merokok selain berbahaya bagi si perokok, juga berbahaya bagi orang lain yang berada di sekitar perokok, karena asap rokok akan terisap olehnya. Orang yang merokok disebut perokok aktif sedangkan orang lain yang berada di sekitar perokok disebut perokok pasif. Contoh wujud zat yang sederhana dan mudah kamu pahami adalah air. Ketika dalam bentuk bongkahan es, maka es tersebut dikatakan dalam wujud padat. Tetapi, ketika dipanaskan es tersebut akan berubah kembali menjadi air. Air tersebut dikatakan dalam wujud cair. Ketika dipanaskan pada suhu 100°C, air akan berubah menjadi uap air. Uap air dikatakan dalam wujud gas. Perbedaan sifat

b. Unsur, Senyawa, dan Campuran

      1. Unsur

            Perhatikan semua benda di sekitarmu. Ada pensil, buku, meja, kursi, pintu, jendela, pakaian, dan sebagainya. Tersusun dari apakah benda-benda tersebut? Semua benda yang ada di bumi kita tersusun dari materi. Ilmuwan menggolongkan materi berdasarkan komposisi dan sifatnya.

Berdasarkan komposisinya, materi yang ada di alam dapat diklasifikasi menjadi zat tunggal dan campuran. Dari Gambar 3.6, materi di alam dapat dibagi menjadi zat murni dan campuran. Bila kita kaji lebih mendalam lagi, zat tunggal (murni) yang ada di alam dapat dibagi menjadi unsur dan senyawa. Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih sederhana dan akan tetap mempertahankan karakteristik asli dari unsur tersebut. Sebongkah emas apabila dibagi terus sampai bagian yang terkecil akan menjadi atom emas. Banyak sekali unsur yang ada di alam dapat kamu jumpai dalam kehidupan seharihari.

Misalnya besi, timah, seng, tembaga, dan nikel. Sama dengan contoh emas di atas, coba kamu perhatikan potongan besi bila dibagi lagi menjadi bagian yang terkecil akan diperoleh atom besi. Demikian pula pada timah, seng, tembaga, dan nikel. Dari penjabaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana dengan proses kimia biasa. Bagian terkecil dari unsur adalah atom. Ketika kamu belajar alat musik, tentu saja kamu harus mempelajari symbol-simbol musik atau not baloknya. Simbol-simbol tersebut dapat dibaca dan dipelajari oleh semua orang, sehingga semua orang dapat mempelajarinya dengan mudah.

Para ahi kimia juga menggunakan simbol atau lambang untuk menunjukkan perbedaan antara unsur kimia yang satu dengan yang lainnya. Ahli kimia sudah menemukan unsur sejak abad ke-9 dan unsur secara bertahap terus berkembang sampai abad ke-20. Unsur di alam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur logam dan nonlogam. Contoh unsur logam adalah besi, emas, dan seng. Contoh unsur nonlogam adalah karbon, nitrogen, dan oksigen. Selain itu masih ada juga unsur yang bersifat semi logam.

Berikut ini disajikan beberapa contoh unsur logam dan nonlogam yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari beserta lambangnya. Unsur diberi nama dengan menggunakan bahasa Latin berdasarkan penemu pertamanya atau tempat ditemukannya unsur tersebut. Ahli-ahli kimia tidak membedakan penamaan unsur alamiah yang terdapat di alam ataupun unsur buatan.

Beberapa unsur menggunakan nama untuk menghormati identitas

penemunya ataupun tempat penemuannya. Simbol unsur dibuat untuk memudahkan dalam penulisan nama unsur, yaitu dengan cara menyingkatnya. Simbol unsur yang saat ini digunakan secara internasional adalah simbol unsur yang diusulkan oleh Jöns Jacob Berzelius.

Cara pemberian lambang unsur menurut Berzelius adalah sebagai

berikut.

• Setiap unsur dilambangkan dengan satu huruf, yaitu huruf awal dari nama

  latinnya.

• Huruf awal ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar.

• Untuk unsur yang memiliki huruf awal sama, diberikan satu huruf kecil dari nama unsur   

  tersebut.

Contoh:

Karbon (nama latinnya Carbon), dilambangkan dengan (C), Kalsium (nama latinnya Calsium) dilambangkan dengan (Ca). Unsur-unsur tersebut selanjutnya disusun dalam  bentuk sistem periodic unsur, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7. Unsur-unsur yang memiliki sifat yang hampir sama diletakkan dalam satu kolom. Unsur-unsur logam terletak di bagian kiri bawah (diberi simbol warna biru), unsur-unsur nonlogam terletak di bagian kanan atas (diberi simbol warna kuning),

sedangkan unsur semilogam (diberi warna cokelat) di antara warna biru dan kuning. Sebagian dari unsur-unsur tersebut akan kamu pelajari di kelas VII sekarang, sedangkan beberapa unsur lain akan dipelajari pada kelas berikutnya. Jika kamu perhatikan, baik unsur logam maupun nonlogam memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. contohnya besi dan tembaga, banyak digunakan untuk alat-alat perkakas, alat-alat rumah tangga, dan bahan untuk rangka kendaraan. Unsur Iodium banyak digunakan sebagai antiseptik.

b. Senyawa

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan air, gula, garam, asam cuka, dan beberapa bahan lainnya. Bahan-bahan tersebut merupakan senyawa. Kamu telah mengetahui , bahwa bagian terkecil dari sebuah unsur adalah atom. Dua atau lebih atom dapat bergabung melalui reaksi kimia dan membentuk molekul. Molekul merupakan bagian terkecil dari suatu senyawa. Dengan demikian, kamu dapat menjelaskan bahwa senyawa terdiri atas dua buah unsur atau lebih. Suatu senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya.

Dari uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa senyawa merupakan zat tunggal/murni yang dapat diuraikan menjadi dua atau lebih zat yang lebih sederhana dengan proses kimia biasa. Misalnya, air yang memiliki rumus H2O dapat diuraikan menjadi unsur hidrogen (H) dan oksigen (O). Bagaimana suatu senyawa dapat terbentuk? Senyawa terbentuk melalui proses pencampuran unsur secara kimia. Sifat suatu senyawa akan berbeda dengan sifat unsur- unsur penyusunnya. Misalnya, sifat air sebagai senyawa akan berbeda dengan sifat gas hidrogen dan oksigen sebagai unsur penyusunnya. Pada suhu kamar air berwujud cair, sedangkan hidrogen dan oksigen, keduanya berwujud gas. Air dapat digunakan untuk memadamkan api, sedangkan gas hidrogen merupakan zat yang mudah terbakar dan gas oksigen merupakan zat yang diperlukan dalam pembakaran.

Perhatikan Tabel 3.6 berikut yang menunjukkan beberapa contoh senyawa dan unsur penyusunnnya.

Tabel 3.6 Contoh senyawa sederhana dan unsur penyusunnya

1. Air Hidrogen + Oksigen

2. Garam Dapur (Natrium klorida) Natrium + Klorin

3. Gula tebu (Sukrosa) Karbon + Hidrogen + Oksigen

c. Campuran

Contoh beberapa campuran yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah susu cokelat, air sungai, udara, batuan, garam beryodium, dan paduan logam. Kamu mungkin sering menggunakan berbagai jenis campuran, misalnya ketika memasak,  embuat teh manis atau kopi. Campuran adalah suatu materi yang terdiri atas dua zat atau lebih yang masih mempunyai sifat zat asalnya. Campuran dibedakan menjadi dua, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Sebelum membahas lebih jauh tentang kedua campuran tersebut

2.1.2.2 Cara Mengklasifikasikan Materi

Alam semesta terdiri atas planet-planet, contohnya bumi. Di bumi terdapatgunung, udara, laut, dan begitu banyak hal lain. Segala sesuatu yang berada dibumitersusun atas materi, yang terdiri atas unsur, seperti air, udara, tanah, dan api. Itulah gambaran keragaman materi.

1) Campuran Homogen

Campuran homogen banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Larutan gula, larutan garam, dan sirop merupakan contoh campuran homogen. Dalam larutan gula, apakah kamu dapat membedakan zat-zat penyusunnya? Tentu saja tidak. Kamu tidak dapat membedakan zat-zat yang menyusun larutan gula tersebut. Jadi, campuran homogen adalah campuran yang tidak dapat dibedakan zat- zat yang tercampur di dalamnya.

Larutan tersusun atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut yang banyak digunakan adalah air. Senyawa lain yang dapat digunakan sebagai pelarut adalah senyawa organik yang dikenal juga sebagai pelarut organik , contohnya kloroform dan alkohol. Dalam larutan, ukuran partikel zat terlarut sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 nm sehingga partikel zat terlarut tidak dapat dilihat walaupun menggunakan mikroskop ultra. Oleh karena itu, larutan terlihat homogen (serba sama). Artinya zat yang terlarut dan pelarut dalam larutan tersebut tidak dapat dibedakan.

a) Larutan Asam, Basa, dan Garam

Pada pembahasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa contoh campuran homogen adalah larutan. Pada dasarnya, larutan yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi larutan yang bersifat asam, basa, atau garam. Larutan seperti cuka, sirop, penghilang noda, sabun cuci, sabun mandi, soda kue, dan garam dapur merupakan contoh larutan asam, larutan basa atau garam yang banyak dijumpai setiap hari.

Larutan asam dan basa dimanfaatkan secara luas untuk industri, pertanian, kesehatan, dan penelitian di laboratorium. Oleh karena itu, dalam memahami sifat-sifat asam dan basa merupakan hal yang sangat penting untuk memahami berbagai macam jenis larutan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

(1) Asam

Tentu kamu telah mengenal larutan asam dalam kehidupan sehari-hari. Asam banyak ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran. Contohnya, jeruk, lemon, dan tomat. Pada saat memasak di dapur, tentu kamu mengenal salah satu bahan penambah rasa makanan, yaitu cuka dapur yang mengandung asam asetat. Aki pada kendaraan bermotor mengandung asam sulfat. Asam dalam lambung kita, yaitu asam klorida berfungsi membantu proses pencernaan bahan makanan.

Masih banyak contoh senyawa asam lainnya yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Kamu dapat menemukan larutan asam, baik dalam makanan, minuman, ataupun bahan pembersih di rumah. Dari beberapa contoh larutan asam yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara kita mengidentifikasi larutan asam? Berikut ciri atau tanda dari larutan asam.

(a) Rasanya asam (tidak boleh dicoba kecuali dalam makanan).

(b) Dapat menimbulkan korosi.

(c) Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.

Selain banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, larutan asam dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, contohnya terjadinya hujan asam. Di beberapa wilayah tertentu, terjadi hujan asam yang menyebabkan kerusakan pada bangunan gedung dan patung-patung dalam kota. Mengapa dapat terjadi hujan asam? Bila terdapat kadar gas belerang dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NO) di atmosfer sangat tinggi, maka gas ini akan bereaksi dengan air di atmosfer dan membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan senyawa asam lainnya. Ketika terjadi hujan, air yang dihasilkan bersifat lebih asam dari keadaan normal. Air hujan inilah yang dikenal dengan hujan asam. Gas belerang dioksida dan gas nitrogen oksida dihasilkan dari pembakaran minyak bumi yang berasal dari buangan industri dan kendaraan bermotor. Selain merusak gedung dan patung-patung, hujan asam tersebut dapat merusak tumbuh-tumbuhan dan dapat menyebabkan kematian pada makhluk hidup yang ada di sungai apabila hujan asam tersebut masuk ke sungai.

 

(2) Basa

Basa merupakan larutan yang banyak dijumpai dalam kehidupan seharihari. Contoh benda yang mengandung basa ialah sabun mandi, sabun cuci, sampo, pasta gigi, obat mag, dan pupuk. Dalam penggunaan sehari-hari, umumnya basa dicampur dengan zat lain. Bagaimana cara kita mengidentifikasi larutan basa? Berikut adalah sifat-sifat basa.

a. Mempunyai rasa agak pahit (tidak boleh dicoba).

b. Terasa licin di kulit.

c. Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.

Dalam kehidupan sehari-hari, larutan asam sering direaksikan dengan larutan basa untuk menghasilkan senyawa netral atau dikenal dengan reaksi netralisasi. Pada reaksi netralisasi ini akan dihasilkan garam dan air. Contoh penerapan reaksi netralisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk pengobatan bagi penderita sakit mag. Dimana sakit mag (kondisi kadar asam lambung yang tinggi) maka obat mag adalah senyawa yang bersifat basa (kandunganya magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida). Contoh lainnya adalah pengobatan akibat sengatan serangga, perlindungan terhadap kerusakan gigi, dan pengolahan tanah pertanian.

b) Indikator

Larutan asam dan larutan basa memiliki sifat-sifat yang khas. Salah satu cara untuk membedakan asam atau basa dapat menggunakan indikator. Suatu indikator asam-basa adalah suatu senyawa yang dapat menunjukkan perubahan warna apabila bereaksi dengan asam atau basa. Indikator asam-basa dapat dibedakan menjadi indikator alami dan indikator buatan.

 

(1) Indikator Alami

Berbagai jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator alami. Tumbuhan yang termasuk indikator alami akan menunjukkan perubahan warna pada larutan asam ataupun basa. Beberapa contoh tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator alami adalah kunyit, bunga mawar, kubis merah, kubis ungu, dan bunga kembang sepatu. Ekstrak kunyit akan memberikan warna kuning cerah pada larutan asam dan dalam larutan basa akan memberikan warna jingga. Kubis (kol) merah mengandung suatu zat indikator,yaitu antosianin.

Zat ini berwarna merah pada asam, berwarna hijau pada basa lemah, dan berwarna kuning pada basa kuat. Ekstrak bunga kembang sepatu akan memberikan warna merah cerah jika diteteskan dalam larutan asam. Jika diteteskan dalam larutan basa akan dihasilkan warna hijau.

(2) Indikator buatan

Salah satu jenis indikator buatan yang bukan dalam bentuk larutan cair adalah kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus, yaitu lakmus biru dan lakmus merah. Warna kertas lakmus biru akan menjadi merah dalam larutan asam. Warna kertas lakmus merah akan menjadi biru dalam larutan basa.

2.1.2.3 Cara Memisahkan Campuran

Seperti yang sudah kita pelajari bahwa campuran terdiri atas dua zat atau lebih. Untuk memperoleh zat murni, penyusun campuran tersebut harus dipisahkan. Zat-zat dalam campuran tersebut dapat dipisahkan secara fisika. Prinsip pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya, seperti wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelarutan, dan lain sebagainya.

Metode pemisahan campuran banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk penjernihan air dan pembuatan garam. Beberapa metode pemisahan campuran yang sering digunakan antara lain penyaringan (filtrasi), sentrifugasi, sublimasi, kromatografi, dan distilasi. Dalam bab ini akan dipelajari cara pemisahan dengan filtrasi, sentrifugasi, dan juga kromatografi. Pemisahan campuran lainnya akan dipelajari pada tingkat ynag lebih tinggi.

1. Filtrasi (Penyaringan)

Salah satu metode pemisahan yang paling sederhana adalah metode filtrasi (penyaringan). Untuk lebih mudah memahami tentang filtrasi, lakukan kegiatan berikut.

2. Sentrifugasi

Metode jenis ini sering dilakukan sebagai pengganti filtrasi jika partikel padatan yang terdapat dalam campuran memiliki ukuran sangat halus dan jumlah campurannya lebih sedikit. Metode sentrifugasi digunakan secara luas untuk memisahkan sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih dari plasma darah. Dalam hal ini, padatan adalah sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih yang akan mengumpul di dasar tabung reaksi, sedangkan plasma darah berupa cairan yang berada di bagian atas.

3. Destilasi (Penyulingan)

Pemisahan campuran dengan cara destilasi (penyulingan) banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan industri. Pemisahan campuran dengan cara penyulingan digunakan untuk memisahkan suatu zat cair dari campurannya.Prinsip kerjanya didasarkan pada perbedaan titik didih dari zat cair yang bercampur, sehingga saat menguap setiap zat akan terpisah. Untuk memudahkan pemahaman kamu tentang metode destilasi, lakukan kegiatan berikut.

4. Kromatografi

Metode pemisahan dengan cara kromatografi digunakan secara luas dalam berbagai kegiatan. Di antaranya untuk memisahkan berbagai zat warna dan tes urine untuk seseorang yang dicurigai menggunakan obat terlarang atau seorang atlet yang dicurigai menggunakan doping. Untuk mengetahui bagaimana pemisahan secara kromatografi, lakukan kegiatan berikut.

5. Sublimasi

Untuk memahami metode pemisahan dengan cara subllimasi dapat dilakukan kegiatan berikut ini. Prinsip kerja metode pemisahan campuran dengan cara sublimasi didasarkan pada campuran zat yang memiliki satu zat yang dapat menyublim (perubahan wujud padat ke wujud gas) sedangkan zat yang lainnya tidak dapat menyublim. Contohnya, campuran iodin dengan garam dapat dipisahkan dengan cara sublimasi (seperti kegiatan yang telah kamu lakukan).

C. Benda-benda yang dapat Mengalami Perubahan

Benda-benda yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari seringkali mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang bersifat langsung dapat diamati, namun ada juga yang memerlukan waktu lama untuk pengamatannya. Perubahan benda-benda tersebut dikenal dengan perubahan materi. Contoh perubahan materi yang berlangsung cepat adalah pembakaran kertas. Contoh perubahan materi yang memerlukan waktu yang relatif lama ialah proses berkaratnya besi. Sebelum lebih jauh membahas tentang perubahan materi, kamu perlu mengetahui tentang sifat-sifat zat terlebih dahulu. Sifat-sifat benda sangat penting diketahui, untuk membedakan perubahan-perubahan yang terjadi pada benda tersebut.

Sifat-sifat benda secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia. Sifat fisika adalah sifat yang berkaitan dengan keadaan fisik suatu zat. Sifat fisika termasuk didalamnya bentuk, warna, bau, kekerasan, titik didih, titik beku, titik leleh, daya hantar, ukuran partikel, dan massa jenis (densitas). Sifat kimia merupakan sifat zat yang berhubungan dengan mudah atau sukarnya zat tersebut untuk bereaksi secara kimia.

1. Perubahan Fisika

Hasil pengamatanmu di atas menunjukkan bahwa perubahan materi ada yang tidak menghasilkan zat baru, ada pula yang menghasilkan zat yang baru. Perubahan zat yang tidak disertai dengan terbentuknya zat baru disebut perubahan fisika. Komposisi materi tersebut juga tidak akan berubah, misalnya es yang mencair. Baik dalam bentuk padat maupun dalam bentuk cair keduanya tetaplah air, yaitu H2O. Contoh perubahan fisika antara lain menguap, mengembun, mencair, membeku, menyublim, melarut, serta  perubahan bentuk lainnya.

2. Perubahan Kimia

Perhatikan, kayu yang dibakar, apakah kayu sebelum dan setelah dibakar akan menghasilkan zat yang sama? Kayu sebelum dibakar mengandung serat selulosa, tetapi setelah dibakar berubah menjadi arang atau karbon. Dengan demikian, pada proses pembakaran kayu diperoleh zat baru yang memiliki sifat berbeda dengan zat sebelumnya.   

           Proses pembakaran kayu yang mengakibatkan terbentuknya zat baru merupakan salah satu contoh perubahan kimia. Contoh lain perubahan kimia yang sering terjadi di alam adalah proses perkaratan besi. Besi sebelum berkarat merupakan unsur Fe, tetapi besi setelah berkarat berubah menjadi senyawa Fe2O3. nH2O. Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan bahwa perubahan kimia adalah perubahan zat yang menghasilkan zat baru dengan sifat kimia yang berbeda dengan zat asalnya. Zat baru yang terbentuk dalam perubahan kimia disebabkan adanya perubahan komposisi materi. Perubahan tersebut dapat berupa penggabungan sejumlah zat atau peruraian suatu zat. Berlangsungnya perubahan kimia dapat diketahui dengan ciri-ciri sebagai berikut.

(1) Terbentuknya zat baru.

(2) Terbentuknya gas

(3) Terbentuknya endapan.

(4) Terjadinya perubahan warna.

(5) Terjadinya perubahan suhu.

2. Perubahan Kimia

Perhatikan, kayu yang dibakar, apakah kayu sebelum dan setelah dibakar akan menghasilkan zat yang sama? Kayu sebelum dibakar mengandung serat selulosa, tetapi setelah dibakar berubah menjadi arang atau karbon. Dengan demikian, pada proses pembakaran kayu diperoleh zat baru yang memiliki sifat berbeda dengan zat sebelumnya.

Proses pembakaran kayu yang mengakibatkan terbentuknya zat baru merupakan salah satu contoh perubahan kimia. Contoh lain perubahan kimia yang sering terjadi di alam adalah proses perkaratan besi. Besi sebelum berkarat merupakan unsur Fe, tetapi besi setelah berkarat berubah menjadi senyawa Fe2O3. nH2O. Dengan demikian, kita dapat endefinisikan bahwa perubahan kimia adalah perubahan zat yang menghasilkan zat baru dengan sifat kimia yang berbeda dengan zat asalnya. Zat baru yang terbentuk dalam perubahan kimia disebabkan adanya perubahan komposisi materi. Perubahan tersebut dapat berupa penggabungan sejumlah zat atau peruraian suatu zat.

a. Pembentukan Gas

Reaksi kimia bersifat unik. Beberapa reaksi kimia tertentu dapat membentuk gas. Contoh reaksi kimia yang membentuk gas ialah reaksi logam magnesium (Mg) dengan asam klorida (HCl). Reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut.

Magnesium + Asam klorida Magnesium klorida + gas hidrogen

Mg + 2HCl MgCl2 + H2

Gas yang terbentuk dapat kamu lihat dalam wujud gelembung-gelembung kecil. Gas tersebut adalah gas hidrogen. Contoh reaksi pembentukan gas yang lain adalah reaksi elektrolisis air (H2O) menjadi gashidrogen (H2) dan oksigen (O2).

b. Pembentukan Endapan

Reaksi pengendapan adalah reaksi yang menghasilkan suatu senyawa yang berbentuk padatan. Padatan tersebut tidak larut (tidak bercampur secara homogen) dengan cairan di sekitarnya sehingga disebut endapan. Salah satu contoh reaksi yang dapat membentuk endapan ialah reaksi antara barium klorida (BaCl2) dengan natrium sulfat (Na2SO4) menghasilkan endapan barium sulfat berwarna putih. Reaksi tersebut berlangsung sebagai berikut.

c. Perubahan Warna

Mengapa suatu reaski kimia dapat menghasilkan warna yang berbeda? Ketika suatu reaksi kimia berlangsung, maka akan terjadi perubahan komposisi dan terbentuk zat baru yang mungkin memiliki warna yang berbeda. Contoh reaksi kimia yang memberikan warna yang khas adalah reaksi antara tembaga sulfat (CuSO4) dengan air (H2O). Warna tembaga sufat adalah putih, apabila ditambahkan air, warnanya berubah menjadi biru. Warna biru tersebut adalah warna senyawa baru yang terbentuk, yaitu CuSO4.5H2O.

d. Perubahan Suhu

Reaksi kimia disertai perubahan energi. Salahsatu bentuk energi yang sering menyertai reaksi kimia adalah energi panas. Dengan demikian, terjadinya perubahan kimia akan ditandai dengan perubahan energi panas, atau aliran kalor dari atau ke lingkungan. Akibatnya, suhu hasil reaksi dapat menjadi lebih tinggi atau dapat menjadi lebih rendah daripada suhu pereaksinya.

 

      1. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun penguasaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan pendekatan dan metode yang tepat agar pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Model pembelajaran STAD lebih tepat diterapkan melalui metode kooperatif yakni siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya sehingga anggota kelompok saling membantu.

Dengan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka untuk tiga cerpen yang tersebut. Dengan memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada anggota dan sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Begitu selesai kegiatan guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa saat menjawab kuis / pertanyaan siswa tidak boleh saling bantu sehingga kemudian guru memberi evaluasi dan membuat kesimpulan tentang hasil kemajuan belajar siswa.

 

    1. Hipotesis Penelitian

Sehubungan dengan kerangka teoritik yang telah dijabarkan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah “Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya Siswa Kelas III SMPN Satap 3 Paju Epat dapat meningkat menggunakan pembelajaran Student Team-Achievement Divisions (STAD).

 

BAB III METODE PENELITIAN

    1. Setting Penelitian

       Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMPN Satap 3 Paju Epat Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  di luar kota Kabupaten. SMPN Satap 3 Paju Epat Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang memadahi, ruang UKS dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 10 orang terdiri dari 1 (satu) kepala sekolah, 9 (sembila) guru Mata Pelajaran dan 3 (tiga) Tenaga Tata Usaha.

    1. Obyek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 35, yang terdiri dari 10 siswa laki – laki dan 25 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri atas dua siklus, Dengan berpegang pada hasil evaluasi kegiatan pratindakan maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas siklus I dengan empat prosedur yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi dalam setiap siklus.

       Rincian prosedur penelitian tindakan kelas (Hopkins, 2014:60) siklus I tersebut sebagai berikut.

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan Tindakan

3. Obeservasi

4. Refleksi 

Refleksi merupakan pengkajiana  terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.

Tahap refleksi ini diawali dengan memperhatikan hasil yang didapat pada tahap observasi siklus I yang telah dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian hal analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya (Siklus II).

    1. Data dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas data hasil belajar, rencana pembelajaran, hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Data ini bersumber dari siswa dan guru.

Cara pengambilan data dilakukan sebagai berikut.

  1.  Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa.
  2.  Data tentang situasi belajar mengajar diambil pada saat dilaksanakan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
  3.  Data refleksi serta perubahan yang terjadi di kelas diambil dari jurnal yang dibuat  oleh guru.
  4.  Data tentang ketertarikan antara perencanaan dan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.
    1. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka perlu dilakukan analisis data. Analisis data ini diakukan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan tingkat keberhasilan siswa dalam menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya berdasarkan hasil tes yang dilakukan. Untuk jenis analisis kuantitatif mengacu kepada KKM kompetensi dasar Klasifikasi Materi Dan Perubahannya yang telah ditetapkan sekolah, yaitu skor 70.

    1. Indikator Keberhasilan

Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dipergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini apabila 85% siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar dalam memahami Klasifikasi Materi Dan Perubahannya dapat mencapai nilai minimal rata-rata 70 atau berkualifikasi baik, siswa semakin peka dan bersikap positif terhadap Klasifikasi Materi Dan Perubahannya. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengaktifkan kegiatan belajar siswa di kelas.

 

 

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Deskripsi Data Awal

Data yang dideskripsikan dalam penelitian tindakan kelas ini kelompokkan menjadi tiga bagian. Data tersebut terdiri atas (1) data pratindakan, (2) data siklus I, dan (3) data siklus II. Data pratindakan adalah data yang diperoleh dari hasil observasi pratindakan dan hasil tes pratindakan sebelum kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan. Data siklus I adalah data yang diperoleh dari hasil kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. Data siklus II adalah data yang diperoleh dari hasil kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut.

 

      1. Deskripsi Data Pratindakan

Data pratindakan terdiri atas data hasil observasi pratindakan dan tes pratindakan. Hasil yang diperoleh dari kedua data ini akan dijadikan sebagai dasar untuk menentukan peningkatan kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukan kedua data pratindakan tersebut disajikan sebagai berikut.

        1. Deskripsi Data Observasi Pratindakan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat ketika dilakukan kegiatan pembelajaran kemampuan menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya.

Sebelum kegiatan kelas dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut.

a. Siswa menunjukan sikap kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kemampuan menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya yang dibuktikan dengan kurang terfokusnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran disebabkan kemampuan guru dalam mengidentifikasi karya IPA.

b. Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran yang dibuktikan dengan tidak adanya kemauan siswa untuk bertanya atau menanggapi hal yang berkaitan dengan materi pelajaran khususnya unsur instrinsik menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya disebabkan ketidakmampuan seorang guru membuat atau memperkenal sesuatu yang baru.

c. Guru terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran selalu menekankan pada unsur instrinsik yang lain dengan mengabaikan penekanan terhadap Klasifikasi Materi Dan Perubahannya dan tidak berusaha memberdayakan atau menggali kemampuan siswa.

d. Siswa tidak berminat mengikuti pelajaran karena tidak ada bahan atau penunjang pembelajaran tentang Klasifikasi Materi Dan Perubahannya yang dibagikan oleh guru.

        1. Deskripsi Data Tes Pratindakan

Tes pratindakan adalah tes yang dilakukan sebelum kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa  terhadap materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya yang dijadikan bahan penelitian tindakan kelas. Tes yang diberikan terdiri dari 15 soal. Data tes pratindakan tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1   Data Hasil Tes Pratindakan sebelum Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan terhadap Siswa Kelas III SMPN Satap 3 Paju Epat

NO

NAMA

NILAI

KETERANGAN

1

A.Hengki

66

Tidak Tuntas

2

Arif Rahman

60

Tidak Tuntas

3

A.Abdul latif

53

Tidak Tuntas

4

Halimah

73

Tuntas

5

Hatiyah

60

Tidak Tuntas

6

Hepnuari

60

Tidak Tuntas

7

Hidayati

66

Tidak Tuntas

8

Ilmi Yanor

80

Tuntas

9

Irma Yanti

73

Tuntas

10

Jam’ah

66

Tidak Tuntas

11

Lisda

60

Tidak Tuntas

12

M.Yanor

80

Tuntas

13

M.Fujianor

60

Tidak Tuntas

14

Nisa

73

Tuntas

15

Noor Habibah

60

Tidak Tuntas

16

Nor Hasanah

60

Tidak Tuntas

17

Nor Hatman

66

Tidak Tuntas

18

Nor Janah

60

Tidak Tuntas

19

Putri Patimah

60

Tidak Tuntas

20

Radina

73

Tuntas

21

Rahmiatun

53

Tidak Tuntas

22

Ratu

60

Tidak Tuntas

23

Reswan

60

Tidak Tuntas

24

Riatni

73

Tuntas

25

Rina Yanti

66

Tidak Tuntas

26

Sahrul rahmadhan

60

Tidak Tuntas

27

Sarippudin

60

Tidak Tuntas

28

Sonia

73

Tuntas

29

Sri Yanti

60

Tidak Tuntas

30

Sulis

60

Tidak Tuntas

31

Tika Sartika

60

Tidak Tuntas

32

Topan Dwi Rahmadani

66

Tidak Tuntas

33

Waraqil Jannah

60

Tidak Tuntas

34

Wulan sari

60

Tidak Tuntas

35

Noor Shifa

73

Tuntas

 

Jumlah

2.253

 

 

Rata-rata

        64,4

 

 

Jumlah Tuntas

          9,0

26%

 

Jumlah Tidak Tuntas

        26,0

74%

 

Tabel di atas menyajikan data tentang tingkat kemampuan siswa dalam menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas terhadap 35 orang siswa yang mencapai skor rata-rata 64,4 atau di bawah KKM.

 

 

      1. Deskripsi Data Siklus I

Data siklus I diperoleh dari (1) data situasi belajar mengajar, (2) data perubahan yang terjadi di kelas, (3) data refleksi, (4) data hasil belajar dan (5) data angket. Kelima data tersebut adalah sebagai berikut.

 

        1. Data Situasi Belajar Mengajar

Data situasi belajar mengajar di peroleh dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan pengamat dan terekam pada lembar observasi. Data tersebut disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2   Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada siklus I

 

No

Aspek Penilaian

P

R

Kategori

 

Aktivitas Siswa

a. Perhatian Siswa

b. Partisipasi Siswa

c. Membimbing Diskusi

d. Menemukan Konsep

e. Menerapkan Konsep

f. Memahami Materi

g. Mencatat / Merangkum

 

3

3

4

3

2

3

3

 

 

 

 

3

 

 

 

 

Cukup

 

Aktivitas Pengajar

a. Memotivasi Siswa

b. Membimbing Siswa

c. Membimbing Diskusi

d. Memberikan Evaluasi/Pujian

e. Memberikan Penguatan

f. Memberikan Umpan Balik

 

4

3

4

3

2

2

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

Cukup

 

Pengelolaan Waktu

4

4

baik

 

Pengamatan Suasana kelas

a. Antusias Siswa

b. Antusias Pengajar

 

2

4

 

3

 

 

Cukup

 

Keterangan :

P = Hasil Pengamatan

R = Rata-Rata Aspek Pengamatan

1 = Sangat Kurang

2 = Kurang

3 = Cukup

4 = Baik

5 = Sangat Baik

Berdasarkan data yang ditujukan pada tabel di atas, skor yang di berikan pengamat I adalah 3 (kualifikasi cukup) untuk aktivitas siswa, skor 3 (kualifikasi cukup) untuk aktivitas pengajar, skor 4 (kualifikasi baik) untuk pengolahan waktu, dan skor 3 (kualifikasi cukup) untuk pengamatan suasana kelas, Pengamat 2 memberikan skor 3 (kualifikasi cukup) untuk aktivitas siswa, skor 3 (kualifikasi cukup) untuk aktivitas pengajar, skor 3 (kualifikasi cukup) untuk pengelolaan waktu, dan skor 3 (kualifikasi cukup) untuk pengamatan suasana kelas.

        1. Data Perubahan Yang Terjadi di Kelas

Data perubahan yang terjadi di kelas diperoleh dari rubrik penilaian yang dikerjakan guru. Rubrik penilaian tersebut terdiri atas rubrik penilaian hasil dan rubrik penilaian proses. Data dari kedua rubrik penilaian tersebut adalah sebagai berikut.

          1. Data Penilaian Hasil

Data penilaian hasil adalah data yang diperoleh dari rubrik penilaian hasil yang dibuat guru berdasarkan hasil kerja kelompok diskusi siswa ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa dibagi menjadi enam kelompok diskusi.

 

4.1.2.2.2 Data Penilaian Proses

Data penilaian proses diperoleh dari pengamatan guru terhadap kegiatan siswa mengerjakan diskusi siswa dalam kegiatan pembelajaran menentukan latar tempat, waktu, suasana sebuah cerpen yang dilaksanakan pada Siklus I yang disajikan sebagai berikut.

 

 

 

Tabel 5   Data Penilaian Proses Belajar Kelompok dalam Pembelajaran  Menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat

No

Aspek yang Dinilai

Skor

Hasil pengamatan

Nama Kelompok

I

II

III

IV

V

VI

1.

Kerja Sama

5

 

 

 

 

 

 

4

 

 

Ö

Ö

 

Ö

3

Ö

Ö

 

 

Ö

 

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

2.

Keaktifan

5

 

 

 

 

 

 

4

Ö

 

Ö

 

 

Ö

3

 

Ö

 

 

Ö

 

2

 

 

 

Ö

 

 

1

 

 

 

 

 

 

3.

 

Kemampuan Mengajukan Pertanyaan

5

 

 

 

 

 

 

4

 

 

 

 

 

Ö

3

Ö

Ö

Ö

Ö

Ö

 

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

4.

Kesediaan Menerima Pendapat

5

Ö

 

 

 

 

 

4

 

Ö

Ö

 

Ö

 

3

 

 

 

Ö

 

Ö

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

Jumlah Skor Perolehan

15

13

15

12

13

15

Skor Rata-rata

3,8

3,3

3,8

3

3,3

3,8

 

Keterangan :

5 = Sangat Baik (apabila seluruh siswa dalam kelompok melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

4 = Baik (apabila hanya seorang siswa dalam kelompok tidak melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

3 = Cukup (apabila setengah dari jumlah siswa dalam kelompok melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

2 = Kurang (apabila hanya sepertiga dari jumlah siswa dalam kelompok melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

1 = Sangat Kurang (Apabila hanya salah seorang dalam kelompok melakukan hal sesuai dengan aspek yang diamati)

 

  

        1. Data Refleksi

Setelah seluruh kegiatan pembelajaran siklus I selesai, kemudian dilakukan refleksi. Dalam refleksi ini, peneliti dan dua orang pengamat berdiskusi membahas pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan memperhatikan hasil observasi pengamat dan rubrik penilaian guru. Diskusi yang dilakukan tersebut menghasilkan simpulkan bahwa model pembelajaran STAD yang diterapkan dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum maksimal dilaksanakan.

Kesimpulan di atas berkaitan dengan hasil observasi yang sudah dilakukan yang menunjukan bahwa hanya satu aspek pengamatan yang mencapai kualifikasi baik. Sementara itu, tiga aspek lainnya hanya mencapai kualifikasi cukup. Oleh karena itu, pada siklus II model pembelajaran STAD ini diharapkan lebih dimaksimalkan.

        1. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari hasil tes yang dilakukan setelah selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas siklus I. Soal yang diberikan pada tes ini terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Data tersebut disajikan pada tabel berikut.

 

Tabel 6      Data Hasil Siklus I dalam Penelitian Tindakan Kelas yang Dilakukan terhadap Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat

 

NO

NAMA

NILAI

KETERANGAN

1

A.Hengki

73

Tuntas

2

Arif Rahman

66

Tidak Tuntas

3

A.Abdul latif

60

Tidak Tuntas

4

Halimah

80

Tuntas

5

Hatiyah

66

Tidak Tuntas

6

Hepnuari

66

Tidak Tuntas

7

Hidayati

73

Tuntas

8

Ilmi Yanor

86

Tuntas

9

Irma Yanti

73

Tuntas

10

Jam’ah

73

Tuntas

11

Lisda

66

Tidak Tuntas

12

M.Yanor

80

Tuntas

13

M.Fujianor

66

Tidak Tuntas

14

Nisa

80

Tuntas

15

Noor Habibah

73

Tuntas

16

Nor Hasanah

66

Tidak Tuntas

17

Nor Hatman

73

Tuntas

18

Nor Janah

66

Tidak Tuntas

19

Putri Patimah

66

Tidak Tuntas

20

Radina

73

Tuntas

21

Rahmiatun

60

Tidak Tuntas

22

Ratu

66

Tidak Tuntas

23

Reswan

73

Tuntas

24

Riatni

73

Tuntas

25

Rina Yanti

73

Tuntas

26

Sahrul rahmadhan

66

Tidak Tuntas

27

Sarippudin

80

Tidak Tuntas

28

Sonia

73

Tuntas

29

Sri Yanti

66

Tidak Tuntas

30

Sulis

66

Tidak Tuntas

31

Tika Sartika

66

Tidak Tuntas

32

Topan Dwi Rahmadani

73

Tuntas

33

Waraqil Jannah

73

Tuntas

34

Wulan sari

66

Tidak Tuntas

35

Noor Shifa

73

Tuntas

 

Jumlah

   2.472,0

 

 

Rata-rata

        70,6

 

 

Jumlah Tuntas

        18,0

51%

 

Jumlah Tidak Tuntas

        17,0

49%

 

Tabel diatas menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi dan Perubahannya dari hasil test yang dilakukan setelah pelaksanaan siklus I yang dideskripsikan sebagai berikut. Pada Siklus I dari 35 orang siswa, ada 1 (satu) yang memperoleh skor tertinggi yaitu sebesar 86 (kualifikasi tinggi) dan ada 2 orang siswa yang mendapat nilai terendah sebesar 60.

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kemampuan siswa dalam menentukan Klasifikasi Materi dan Perubahannya pada penelitian tindakan kelas siklus I mencapai skor rata-rata 70,6.

 

      1. Deskripsi Data Siklus II

Siklus II dilaksanakan setelah kegiatan siklus I dengan mengacu pada hasil refleksi siklus I tersebut. Sama halnya dengan siklus I, data siklus II juga terdiri atas (1) data situasi belajar mengajar, (2) data perubahan yang terjadi di kelas, (3) data refleksi, (4) data hasil belajar, dan (5) data angket. Data tersebut adalah sebagai berikut.

        1. Data Situasi Belajar Mengajar

Sama halnya dengan siklus I data situasi belajar mengajar mengajar diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan pengamat dan terekam pada lembar observasi. Data tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 7   Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada siklus II Oleh Pengamat 2

 

No

Aspek Penilaian

P

R

Kategori

 

Aktivitas Siswa

  1. Perhatian Siswa
  2. Partisipasi Siswa
  3. Berdiskusi
  4. Menemukan Konsep
  5. Menerapkan Konsep
  6. Memahami Materi
  7. Mencatat / Merangkum

 

4

4

4

4

4

5

4

 

 

 

 

4,2

 

 

 

 

Baik

 

Aktivitas Pengajar

  1. Memotivasi Siswa
  2. Membimbing Siswa
  3. Membimbing Diskusi
  4. Memberikan Evaluasi/Pujian
  5. Memberikan Penguatan
  6. Memberikan Umpan Balik

 

5

5

5

4

4

4

 

 

 

 

4,5

 

 

 

 

 

Baik

 

Pengelolaan Waktu

4

4

Baik 

 

Pengamatan Suasana kelas

  1. Antusias Siswa
  2. Antusias Pengajar

 

4

4

 

4

 

 

Baik

Keterangan :

P = Hasil Pengamatan

R = Rata-Rata Aspek Pengamatan

1= Sangat Kurang

2= Kurang

3= Cukup

4= Baik

5= Sangat Baik

 

 

Tabel 8   Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada siklus II Oleh Pengamat I.

 

No

Aspek Penilaian

P

R

Kategori

 

Aktivitas Siswa

  1. Perhatian siswa
  2. Partisipasi siswa
  3. Berdiskusi / mengerjakan LKS
  4. Menemukan konsep
  5. Menerapkan konsep
  6. Memahami materi
  7. Mencatat / merangkum

 

4

4

4

4

4

5

4

 

 

 

 

4,2

 

 

 

 

Baik

 

Aktivitas Pengajar

  1. Memotivasi siswa
  2. Membimbing siswa
  3. Membimbing diskusi
  4. Memberikan evaluasi/pujian
  5. Memberikan penguatan
  6. Memberikan umpan balik

 

5

5

5

4

4

4

 

 

 

 

4,5

 

 

 

 

 

Baik

 

Pengelolaan Waktu

4

4

Baik 

 

Pengamatan Suasana kelas

  1. Antusias siswa
  2. Antusias pengajar

 

4

4

 

4

 

 

Baik

 

Keterangan :

P = Hasil Pengamatan

R = Rata-Rata Aspek Pengamatan

1 = Sangat Kurang

2 = Kurang

3 = Cukup

4 = Baik

5 = Sangat Baik

 

Berdasarkan data yang ditunjukkan kedua tabel diatas, pengamat 1 memberikan skor baik 4,2 untuk aspek aktivitas siswa, skor baik 4,5 untuk aspek aktivitas pengajar, skor sangat baik 4 untuk aspek pengelolaan waktu, dan skor baik 4 untuk aspek pengamatan suasana kelas. Pengamat 2 memberikan skor baik 4,2 untuk aspek aktifitas siswa, skor baik 4,5 untuk aspek aktivitas pengajar, skor sangat baik 4 untuk aspek pengelolaan waktu, dan skor baik 4 untuk aspek pengamatan suasana kelas.

        1. Data Penilaian Proses

Data penilaian proses diperoleh dari pengamatan guru terhadap kegiatan diskusi siswa dalam kegiatan pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya yang dilaksanakan pada siklus II disajikan se bagai berikut.

Tabel 10    Data Penilaian Proses Belajar kelompok dalam Pembelajaran Kemampuan Menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat

 

No

Aspek yang Dinilai

Skor

Hasil pengamatan

Nama Kelompok

I

II

III

IV

V

VI

1.

Kerja Sama

5

 

 

Ö

Ö

 

Ö

4

Ö

Ö

 

 

Ö

 

3

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

2.

Keaktifan

5

Ö

 

Ö

Ö

 

Ö

4

 

Ö

 

 

Ö

 

3

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

3.

 

Kemampuan Mengajukan Pertanyaan

5

 

 

 

 

 

Ö

4

Ö

Ö

Ö

Ö

Ö

 

3

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

4.

Kesediaan Menerima Pendapat

5

Ö

 

Ö

 

Ö

 

4

 

Ö

 

Ö

 

Ö

3

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

Jumlah Skor Perolehan

18

16

19

18

17

19

 

Skor Rata-rata

4,5

4

4,8

4,5

4,3

4,8

 

 

Keterangan :

5 = Sangat Baik (apabila seluruh siswa dalam kelompok melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

4 = Baik (apabila hanya seorang siswa dalam kelompok tidak melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

3 = Cukup (apabila setengah dari jumlah siswa dalam kelompok melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

2 = Kurang (apabila hanya sepertiga dari jumlah siswa dalam kelompok melakukan hal yang sesuai dengan aspek yang diamati)

1 = Sangat Kurang (Apabila hanya salah seorang dalam kelompok melakukan hal sesuai dengan aspek yang diamati)

 

        1. Data Refleksi

Data hasil pada siklus II ini diperoleh dari hasil diskusi antara pengamat dan peneliti berkaitan dengan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran menentukan latar tempat, waktu, suasana sebuah cerpen dengan model pembelajaran STAD telah terlaksana dengan baik. Meskipun demikian, kedua pengamat menyarankan agar penerapan model pembelajaran STAD dapat ditingkatkan sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

 

        1. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan. Seperti lainnya pada siklus I, soal yang diberikan pada tes ini terdiri atas 15 soal pilihan ganda. Data hasil belajar ini disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 11 Data Hasil Tes Siklus II dalam Penelitian Tindakan Kelas yang Dilakukan terhadap Siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat.

 

NO

NAMA

NILAI

KETERANGAN

1

A.Hengki

86

Tuntas

2

Arif Rahman

73

Tuntas

3

A.Abdul latif

60

Tidak Tuntas

4

Halimah

80

Tuntas

5

Hatiyah

73

Tuntas

6

Hepnuari

66

Tidak Tuntas

7

Hidayati

80

Tuntas

8

Ilmi Yanor

86

Tuntas

9

Irma Yanti

73

Tuntas

10

Jam’ah

73

Tuntas

11

Lisda

73

Tuntas

12

M.Yanor

80

Tuntas

13

M.Fujianor

73

Tuntas

14

Nisa

80

Tuntas

15

Noor Habibah

73

Tuntas

16

Nor Hasanah

73

Tuntas

17

Nor Hatman

73

Tuntas

18

Nor Janah

73

Tuntas

19

Putri Patimah

66

Tidak Tuntas

20

Radina

73

Tuntas

21

Rahmiatun

66

Tidak Tuntas

22

Ratu

73

Tuntas

23

Reswan

73

Tuntas

24

Riatni

73

Tuntas

25

Rina Yanti

73

Tuntas

26

Sahrul rahmadhan

66

Tidak Tuntas

27

Sarippudin

80

Tuntas

28

Sonia

73

Tuntas

29

Sri Yanti

73

Tuntas

30

Sulis

80

Tuntas

31

Tika Sartika

80

Tuntas

32

Topan Dwi Rahmadani

73

Tuntas

33

Waraqil Jannah

73

Tuntas

34

Wulan sari

73

Tuntas

35

Noor Shifa

73

Tuntas

 

Jumlah

   2.589,0

 

 

Rata-rata

        74,0

 

 

Jumlah Tuntas

        30,0

86%

 

Jumlah Tidak Tuntas

          5,0

24%

 

Tabel diatas menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran Klasifikasi Materi dan Perubahannya dari hasil tes yang dilakukan setelah pelaksanaan siklus II yang dideskripsikan sebagai berikut: 

 Dari 35 (Tujuh Belas) orang siswa, terdapat  30 (tiga puluh) siswa yang tuntas sebesar  86% dan yang tidak tuntas sebanyak 5 (lima) orang siswa atau sebesar 24%.

 

    1. Pembahasan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dipaparkan berdasarkan data yang telah diperoleh pada tiga tahapan penelitian yang telah dilakukan. Ketiga tahapan tersebut adalah (1) Penelitian pratindakan, (2) Penelitian tindakan kelas siklus I, dan (3) Penelitian tindakan kelas siklus II. Hasil penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.

 

      1. Hasil Penelitian Pratindakan

Penelitian pratindakan dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat  kemampuan siswa dalam menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya sebelum model pembelajaran STAD diterapkan bagi siswa kelas IX Semester I SMPN Satap 3 Paju Epat. Hasil penelitian tersebut diperoleh dari hasil observasi dan tes pratindakan yang dipaparkan sebagai berikut.

        1. Hasil Observasi Pratindakan

Hasil observasi yang dilakukan pada tahap pratindakan membuktikan bahwa siswa menunjukan sikap kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya. Hal ini dibuktikan melalui perilaku siswa yang kurang terfokus perhatiannya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa juga tidak memiliki kemauan untuk bertanya atau menanggapi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Hasil observasi dalam kegiatan pratindakan juga menunjukan bahwa guru menggunakan strategi yang tidak tepat dalam menyampaikan pembelajarannya dikelas. Guru terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran dengan terlalu terfokus pada metode ceramah dan tidak berusaha memberdayakan atau menggali kemampuan siswa. Guru juga tidak mampu memotivasi siswa dalam memahami materi pelajaran.

Berdasarkan hal diatas, dapat diketahui bahwa penyebab tidak maksimalnya pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya disebabkan oleh faktor siswa dan guru. Siswa menunjukan sikap kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya. Selanjutnya, guru tidak mampu memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Dengan demikian diperlukan upaya yang tepat untuk menanggulangi hal tersebut.

        1. Hasil Tes Pratindakan

Tes pratindakan dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Hasil tes yang dilakukan ini dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan penelitian tindakan kelas selanjutnya. Tes ini dilakukan terhadap 35 siswa Kelas VII semester I SMPN Satap 3 Paju Epat.

Hasil tes yang telah dilakukan dalam kegiatan pratindakan menunjukan kemampuan siswa sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya skor rata-rata perolehan siswa yang hanya mencapai skor rata-rata perolehan siswa yang hanya mencapai 64,4 atau di bawah KKM. Rendahnya kemampuan siswa ini juga ditunjukkan melalui skor rata-rata siswa dari masing-masing aspek yang diujikan.

Hasil tes yang diperoleh di atas membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya sebelum kegiatan tindakan kelas dilakukan penelitian, yaitu skor rata-rata > 70.

      1. Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian tindakan kelas siklus I terdiri atas lima aspek. Kelima aspek tersebut adalah (1) situasi belajar mengajar, (2) Perubahan yang terjadi dikelas, (3) refleksi, (4) hasil belajar, dan (5) angket. Hasil penelitian tersebut dideskripsikan adalah sebagai berikut.

        1. Situasi Belajar Mengajar pada Siklus I

Hasil situasi belajar mengajar siklus I didapatkan dari data observasi yang dilakukan pada kegiatan siklus , Data tersebut terdiri atas empat aspek pengamatan, yaitu (1) aktivitas siswa, (2) aktivitas pengajar, (3) pengelolaan kelas, dan (4) pengamatan suasana kelas.

Hasil observasi dari pengamat pada siklus I untuk keempat aspek di atas adalah skor rata-rata 3 (kualifikasi cukup) untuk aktivitas siswa, skor rata-rata 3 (kualifikasi cukup) untuk aktivitas pengajar, skor rata-rata 3,5 (kualifikasi cukup) untuk pengelolaan waktu, dan skor rata-rata 3 (kualifikasi cukup) untuk pengamatan suasana kelas. Dengan demikian, rata-rata keseluruhan aspek pengamatan tersebut hanya mencapai kualifikasi cukup. (3,1).

Berdasarkan hasil observasi  di atas, maka dapat diketahui bahwa situasi belajar pada siklus I belum maksimal. keempat aspek yang diobservasi hanya mencapai kualifikasi cukup. Masing-masing aspek pengamatan tersebut belum mencapai kualifikasi baik sesuai dengan indikator penelitian ini.

 

        1. Perubahan yang Terjadi di Kelas pada Siklus I

Perubahan yang terjadi di kelas pada siklus I diperoleh dari data rubrik penilaian hasil penilaian hasil pembelajaran dan rubrik penilaian proses pembelajaran yang dibuat guru. Hasil dari kedua rubrik tersebut adalah sebagai berikut.

          1. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama kelompok siswa dalam melakukan diskusi / mengerjakan tugas dari guru dalam kegiatan pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya melalui penerapan pendekatan kontekstual. 

Sesuai dengan hasil kerja masing-masing kelompok di atas, maka diperoleh nilai rata-rata kelas 64,4. Nilai rata-rata kelas ini berarti berkualifikasi rendah di bawah KKM.

          1. Penilaian Proses Pembelajaran

Penilaian proses pembelajaran menggunakan kriteria (tercantum dalam RPP) sebagai berikut.

1. Skor rata-rata 5 = Sangat Baik

2. Skor rata-rata 4 = Baik

3. Skor rata-rata 3 = Cukup

4. Skor rata-rata 2 = Kurang

5. Skor rata-rata 1 = Sangat Kurang

Hasil dari penilaian proses terhadap enam kelompok siswa dalam pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi dan Perubahannya pada siklus I adalah sebagai berikut.

    1. Kelompok I memperoleh skor rata-rata 3,8 atau berkualifikasi cukup

b. Kelompok II memperoleh skor rata-rata 3,3 atau berkualifikasi cukup

c. Kelompok III memperoleh skor rata-rata 3,8 atau berkualifikasi cukup

Hasil dari penilaian proses pembelajaran terhadap enam kelompok siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat di atas menunjukan bahwa pada siklus I belum ada kelompok siswa memperoleh kualifikasi baik. Semua kelompok siswa memperoleh kualifikasi cukup.

        1. Hasil Refleksi pada Siklus I

Diskusi yang dilakukan antara peneliti dan pengamat menghasilkan simpulkan bahwa model pembelajaran STAD yang diterapkan dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum maksimal. Simpulan ini berkaitan dengan hasil observasi yang sudah dilakukan yang menunjukan bahwa tidak ada aspek pengamatan yang mencapai kualifikasi baik. Semua aspek yang diambil hanya mencapai kualifikasi cukup. Oleh karena itu, pada siklus II Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat diterapkan lebih maksimal sehingga hasil yang diharapkan meningkat.

Hasil refleksi tersebut dijadikan peneliti untuk melakukan langkah-langkah perbaikan kegiatan pembelajaran yang terfokus pada usaha untuk memaksimalkan komponen-komponen pendekatan kontekstual yang selanjutnya dilaksanakan pada siklus II.

        1. Hasil Belajar pada Siklus I

Sesuai dengan data yang diperoleh, hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator penelitian atau kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, yaitu skor 70. Hasil jawaban dari 35 orang siswa yang telah mengerjakan soal tes siklus I mencapai skor rata-rata 70,6.

Dengan demikian, hasil yang diperoleh di atas belum mencapai indikator keberhasilan penelitian atau kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan (rata-rata > 70). Hasil tes siklus I yang telah dikerjakan siswa ini memang ada yang mencapai kualifikasi sedang, tetapi belum semuanya mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dari 35 siswa yang mengerjakan soal tes hanya 18 orang yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Jadi, pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada siklus I ini belum berhasil. 

      1. Hasil Penelitian Siklus II

Tidak berbeda dengan siklus I, hasil penelitian tindakan kelas siklus II juga terdiri dari lima aspek. Kelima aspek tersebut adalah (1) situasi belajar mengajar, (2) perubahan yang terjadi dikelas, (3) refleksi, (4) hasil belajar, dan (5) angket. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

        1. Situasi Belajar Mengajar pada Siklus II

Sama halnya dengan siklus I, hasil belajar mengajar siklus II didapatkan dari data observasi yang dilakukan pada kegiatan siklus II. Data tersebut terdiri atas empat aspek pengamatan, yaitu : (1) aktivitas siswa, (2) aktivitas pengajar, (3) pengelolaan kelas, dan (4) pengamatan suasana kelas.

Hasil observasi yang diperoleh dari kedua orang pengamat pada siklus II untuk keempat aspek di atas adalah rata-rata 4,2 (kualifikasi baik) untuk aktivitas siswa, rata-rata 4 (kualifikasi baik) untuk aktivitas pengajar, rata-rata 4,5 (kualifikasi baik) untuk pengelolaan waktu, dan rata-rata 4 (kualifikasi baik) untuk pengamatan suasana kelas. Dengan demikian, rata-rata keseluruhan aspek pengamatan tersebut telah mencapai kualifikasi baik (4,2).

Berdasarkan hasil observasi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa situasi belajar pada siklus II telah mencapai hasil yang diharapkan. Masing-masing aspek pengamatan telah mencapai angka rata-rata 4,2. Dengan demikian, keempat aspek tersebut berkualifikasi baik sesuai dengan indikator penelitian yang ditetapkan.

        1. Perubahan yang Terjadi di Kelas pada Siklus II

Perubahan yang terjadi di kelas pada siklus II diperoleh dari data pabrik penilaian hasil pembelajaran dan rubrik penilaian proses pembelajaran yang dibuat guru. Hasil dari kedua rubrik tersebut adalah sebagai berikut.

 

 

 

          1. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja enam kelompok siswa dalam melakukan diskusi/mengerjakan tugas dari guru dalam kegiatan pembelajaran melakukan latar cerpen melalui model pembelajaran STAD.

Berdasarkan hasil kerja masing-masing kelompok di atas, maka diperoleh nilai rata-rata kelas 74,0. Nilai rata-rata kelas ini berarti berkualifikasi tinggi atau melampaui kriteria ketuntasan minimal. Hal ini sesuai dengan rentang nilai yang telah ditetapkan yaitu 70.

          1. Penilaian Proses Pembelajaran

Penilaian proses pembelajaran menggunakan kriteria (tercantum dalam RPP) sebagai berikut.

1. Skor rata-rata 5 = Sangat Baik

2. Skor rata-rata 4 = Baik

3. Skor rata-rata 3 = Cukup

4. Skor rata-rata 2 = Kurang

5. Skor rata-rata 1 = Sangat Kurang

Hasil dari penilaian proses terhadap enam kelompok siswa dalam pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada siklus II adalah sebagai berikut.

a. Kelompok I memperoleh skor rata-rata 4,5 atau berkualifikasi baik

b. Kelompok II memperoleh skor rata-rata 4 atau berkualifikasi baik

c. Kelompok III memperoleh skor rata-rata 4,8 atau berkualifikasi baik

Hasil dari penilaian proses pembelajaran terhadap tiga kelompok siswa kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat di atas menunjukan bahwa pada siklus II semua kelompok siswa telah mencapai kualifikasi baik atau telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, dan tidak ada kelompok yang mencapai kualifikasi kurang.

        1. Hasil Refleksi pada Siklus II

Refleksi siklus II melalui diskusi yang dilakukan pengamat dan peneliti menghasilkan simpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi dan Perubahannya melalui penerapan model pembelajaran STAD telah terlaksana dengan baik karena indikator keberhasilan penelitian ini telah tercapai. Namun demikian, kedua pengamat menyarankan agar penerapan model pembelajaran tersebut tidak hanya digunakan pada pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya akan tetapi, pendekatan ini juga diharapkan dapat diterapkan pada aspek pembelajaran yang dianggap tepat.

        1. Hasil Belajar pada Siklus II

Sesuai dengan data yang diperoleh, hasil belajar pada siklus II telah mencapai indikator penelitian atau kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, yaitu skor 70 (kualifikasi sedang). Hasil jawaban dari 35 orang siswa yang telah mengerjakan soal tes siklus II mencapai skor rata-rata 74,0 atau kualifikasi sedang Demikian pula hasil yang diperoleh siswa untuk masing-masing aspek yang menjadi fokus pembelajaran menentukan Klasifikasi Materi Dan Perubahannya.

Berdasarkan data yang didapatkan, hasil yang diperoleh dari 35 (Tujuh Belas) siswa terdapat 30 (tiga puluh) atau 86% yang Tuntas. Dan ada 5 orang Siswa atau sebesar 24% yang tidak Tuntas.

 

 

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Student Team-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Materi Dan Perubahannya pada siswa Kelas VII SMPN Satap 3 Paju Epat.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD), maka peneliti dapat memberikan saran – saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Model Pembelajaran Student Team-Achievement Divisions (STAD) sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru – guru yang ingin menerapkan Model Pembelajaran Student Team-Achievement Divisions (STAD) disarankan untuk membentuk kelompok – kelompok baru jika banyak siswa yang bermain pada saat belajar.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ardiano, Leo Indra. 2013. Apresiasi Prosa Fiksi, Jakarta: Depdiknas.

Badrun, Ahmad. 1993. Pengantar llmu IPA. Surabaya:

Usaha Nasional.

Depdiknas, 2004. Kurikulum 2006 SMA : Pedoman Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMA Mata Pelajaran Bahasa dan IPA Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

 

Mantik, Maria Josephine Kumaat. 2006. Cerpen-Cerpen Pujangga                                                                                                            

               Baru. Jakarta: Wedatama Widya IPA.

 

Navis, A.A. 2005. Robohnya Surau Kami. Jakarta: PT.Gramedia

            Utama.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi.

Y ogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi. 2006. IPA untuk SMP Kelas IX.

Jakarta: Erlangga.

Purwadi, Petrus. 2006. "Pembelajaran Kontekstual" Palangkaraya:

Universitas Palangkaraya.

Pradopo, Raehmat Djoko. 2013. Beberapa Teori IPA. Metode Kritik dan Penerapannya. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmanto. 1988. Metode Pangajaran IPA. Y ogyakarta: Kanisius

Sayuti, Suminto.A. 1997. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud.

Subiyantoro, dkk. 2014. Pengembangan Kemampuan Menyimak IPA.

Jakarta: Depdiknas,

Trianto Agus, 2006. Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi IPA Untuk SMP dan MTs Kelas VII, Jakarta: Esis.

 

Zaidan, Abdul Razak. 2014. Kamus Istilah IPA . Jakarta: Balai

               Pustaka.

 

 

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

Write a comment

Ada 1 Komentar untuk Berita Ini

View all comments

Write a comment