PTK, Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan STAD Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 22 Jun 2021, 06:12:33 WIB contoh PTK
PTK, Peningkatan Hasil Belajar  Menggunakan  STAD  Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang

Gambar : Kumpulan PTK


Peningkatan Hasil Belajar Materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang

 

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Tipe STAD

BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 75.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan IPA masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Sistem Koordinasi Dan Alat Indra adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang“.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Sistem Koordinasi Dan Alat Indra.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Sistem Koordinasi Dan Alat Indra sehingga pelajaran Sistem Koordinasi Dan Alat Indra menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi  rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
  2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
  1. Deskripsi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun penguasaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan pendekatan dan metode yang tepat agar pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Model pembelajaran STAD lebih tepat diterapkan melalui metode kooperatif yakni siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4-5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya sehingga anggota kelompok saling membantu.

Dengan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka untuk tiga cerpen yang tersebut. Dengan memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada anggota dan sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Begitu selesai kegiatan guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa saat menjawab kuis / pertanyaan siswa tidak boleh saling bantu sehingga kemudian guru memberi evaluasi dan membuat kesimpulan tentang hasil kemajuan belajar siswa.

  1. Keuntungan penggunaan Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006). menyatakan bahwa strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk menemukan apa yang telala diketahui siswa Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat membantu siswa memonitor pemahaman mereka terhap bacaan.  juga dimaksudkan sebagai latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing siswa membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa untuk bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang mereka baca.

 

  1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
  1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan reading comprehension siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti bagaimana menggunakan strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam proses memahami penggunaan STAD, siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD selangkah demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang berhubungan dengan topik yang disajikan guru atau peneliti. Kemudaan siswa dapat membuat pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang disajikan di dalam kolom. Selanjutnva siswa dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan, siswa-mencarinya dari sumber lain. Jawaban-jawaban tersebut diletakkan padat kolom.

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih perhatian saat diperkenalkan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD peneliti. Strategi ini membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari bacaan.

  1. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa memerlukan lebih banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi

tersebut dengan tepat.

  1. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di dalam kelas.

Ada 3 langkah dalam pengajaran reading, yaitu: pre-reading activity, while-reading activity, dan post-reading activity. Berikut peranan dari Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada tiap langkah:

  1. Pre-Reading Activity

Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah sebagai berikut:

  • Memilih teks bacaan.
  • Membuat tabel STAD.
  • Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah, atau frase yang dapat dihubungkan dengan topik bacaan.
  • Menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacan.
  • Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan.

Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan melaksanakan penelitian ini sebagai berikut:

Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel STAD di papan tulis atau di selembar kertas. Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari teks bacaan.

Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka anggap berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa kehabisan gagasan.

  1. While-Rending Activity.

Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam kolom. Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa mengubah kalimat tersebut meniadi pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom.

  1. Post-Reading Activity

Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan selama atau setelah pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom. Setelah itu, peneliti mendiskusikan informasi yang tercatat pada kolom dan memotivasi siswa mencari pertanyaan di dalam kolom yang tidak terjawab atau jawabannya tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang tidak terjawab.

                                            

      1. Sistem Koordinasi Dan Alat Indra

 

Rangkuman Materi

            Penari dapat bergerak dengan gemulai karena adanya sistem koordinasi dalam tubuhnya. Sistem koordinasi melibatkan otak yang kemudian mengirim perintah kepada tubuh untuk melakukan gerakan, misalnya gerakan tangan saat menari. Otak merupakan organ utama dalam sistem saraf. Sistem regulasi dalam tubuh manusia tidak hanya sistem saraf saja, melainkan meliputi hormon dan panca indra. Dalam bab ini, kamu akan mempelajari sistem regulasi manusia, yaitu saraf, endokrin, dan pengindraan.

  1. Sistem Koordinasi pada Manusia

Sistem koordinasi merupakan sistem organ yang berfungsi untuk menanggapi rangsang (iritabilitas). Agar fungsi koordinasi dapat berlangsung dengan baik, diperlukan tiga komponen dalam sistem koordinasi.

  1. Reseptor, adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan, yaitu alat indra.
  2. Konduktor, adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan, berupa sel-sel saraf (neuron) yang membentuk sistem saraf.
  3. Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar.

Keterkaitan ketiga komponen tersebut dapat kita tuliskan dalam skema sederhana seperti berikut.

 

Rangsangan à Reseptor à Konduktor à Saraf Pusat à Konduktor à Efektor à Tanggapan

 

 

 

Dari skema di atas tampak jelas bahwa antara sistem saraf dan indra sangat erat kaitannya dalam sistem koordinasi.

  1. Sistem Saraf pada Manusia

Sistem saraf memiliki tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk stimulus (rangsangan), memproses informasi yang diterima, dan memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan.

  1. Sel Saraf

Komponen terkecil penyusun sistem saraf, yaitu sel-sel saraf atau neuron. Neuron berperan dalam menghantarkan rangsangan dalambentuk impuls. Sel saraf terdiri atas tiga bagian utama, yaitu badan sel, dendrit, dan neurit (akson).

  1. Badan sel saraf, mengandung inti sel dan sitoplasm
  2. Dendrit, yaitu serabut-serabut saraf yang berfungsi untuk membawa rangsangan ke badan sel.
  3. Neurit (akson), yaitu serabut-serabut saraf yang berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain.

Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut mielin. Neurit yang dibungkus oleh mielin disebut Schwann, sedangkan bagian neurit yang tidak diselubungi mielin disebut nodus ranvier.

Berdasarkan bentuk dan fungsinya, neuron dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

  1. Neuron sensorik, adalah neoron yang membawa impuls dari reseptor (indra) ke pusat susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang).
  2. Neuron motorik, adalah neuron yang membawa impuls dari pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).
  3. Neuron konektor, adalah neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik ke neuron motorik.

Pertemuan antara neuron yang satu dengan neuron yang lainnya disebut sinapsis. Pada bagian sinapsis inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter menyeberang untuk membawa impuls dari neuron satu ke neuron berikutnya.

  1. Jalannya Impuls pada Sistem Saraf

Gerak yang ditimbulkan oleh sistem koordinasi tubuh kita dibedakan menjadi gerak sadar dan tidak sadar.

  1. Gerak Sadar

Gerak sadar dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) disampaikan ke otak melalui neuron sensorik. Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot (efektor) bergerak melaksanakan perintah otak.

 

Rangsangan à neuron sensorik à otak à neuron motorik à gerak refleks

 

 

 

  1. Gerak Tak Sadar

Gerak tak sadar disebut juga gerak refleks, dikoordinasikan oleh sumsum tulang belakang.

 

 

Rangsangan à neuron sensorik à sumsum tulang belakang à neuron motorik à gerak refleks

 

 

 

 

 

  1. Susunan Saraf Manusia

Sistem saraf manusia terdiri dari susunan saraf sadar dan susunan saraf tak sadar.

  1. Susunan Saraf  Sadar

Susunan saraf sadar dibedakan menjadi susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan susunan saraf tepi tersusun atas serabut-serabut saraf.

  1. Otak

Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput meninges, yaitu durameter, arachinoid, piameter. Di antara ketiga selapur tersebut terdapat cairan serebrospinal uang berfungsi untuk mengurangi benturan atau goncangan. Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak.

  1. Otak Besar (Cerebrum)

Otak besar manusia terletak di dalam tulang tengkorak. Otak besar memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna putih berisi serabut-serabut saraf. Otak besar berfungsi sebagai saraf pusat kegiatan-kegiatan yang disadari, seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.

  1. Otak Kecil (Cerebellum)

Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Otak kecil terdiri atas belahan kanan dan kiri serta terbagi menjadi dua lapis. Lapisan luar berwarna kelabu dan bagian dalam berwarna putih. Belahan kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh jembatan varoli. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasik kerja otot-otot ketika kita bergerak.

  1. Sumsum Lanjutan (Medulla oblongata)

Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan jembatan varoli dengan sumsum tulang belakang. Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernafasan, menyempitkan pembuluh darah, mengatur denyut jantung, dan mengatur suhu tubuh.

  1. Sumsum Tulang Belakang (Medulla spinalis)

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tuang belakang juga dibungkus oleh selaput maninges. Sumsum tulang belakang terdiri atas bagian luar yang tampak berwarna putih (substansi alba) dan bagian dalam yang berwarna kelabu (substansi grisseus). Sumsum tulang belakang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari dan ke otak serta sebagai pusat gerak refleks.

  1. Susunan Saraf Tepi

Susunan saraf tepi tersusun atas serabut-serabut dari dan ke pusat susunan saraf. Susunan saraf tepi berupa 12 pasang serabut saraf dari otak dan 31 pasang serabut saraf dari sumsum tulang belakang.

  1. Susunan Saraf Tak Sadar

Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam, seperti otot perut, pembuuh darah, jantung, dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam, yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Misalnya, pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

  1. Alat Indra pada Manusia

Ada lima alat indra pada manusia, yaitu mata (indra penglihatan), telinga (indra pendengaran), hidung (indra pembau), lidah (indra perasa) dan kulit (indra peraba).

  1. Mata

Mata berfungsi untuk menerima rangsang berupa cahaya. Di dalamnya terdapat reseptor penerima cahaya yang disebut fotoreseptor. Mata terletak di dalam rongga mata yang dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak. Mata terdiri atas tiga lapisan jaringan sebagai berikut.

  1. Lapisan Sklera

Merupakan lapisan paling luar yang berwarna putih. Pada bagian depan lapisan ini, terdapat bagian bening yang disebut kornea, fungsinya untuk menerima cahaya masuk ke dalam mata.

  1. Lapisan Koroid

Merupakan lapisan tengah bola mata. Pada lapisan ini terdapat:

  1. Iris, yaitu bagian depan koroid yang mengandung pigmen sehingga menentukan warna mata.
  2. Pupul, yaitu celah (bukaan) di bagian tengah iris, fungsinya untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata.
  3. Lensa mata, yaitu bagian yang berbentuk cembung di belakang pupil, fungsinya untuk memfokuskan cahaya agar jatuh tepat di retina. Untuk melakukan fungsinya tersebut, lensa mata memiliki kemampuan untuk mencembung atau memipih, yang disebut daya akomodasi.

Selayang Pandang

Rasakan dengan saksama, betulkah kamu memerlukan waktu lebih kurang 20 detik untuk dapt melihat benda-benda di tempat yang kurang cahaya setelah kamu berada di tempat yang cukup terang? Keadaan ini terjadi karena untuk membentuk zat warna jingga memerlukan waktu beberapa detik sehingga kamu mampu melihat di tempat redup.

  1. Retina

Retina atau selaput pelangi adalah lapisan mata paling dalam. Pada lapisan ini terdapat bagian yang paling peka terhadap cahaya yaitu bintik kuning (Fovea). Selain itu, pada retina juga terdapat bintik buta, yaitu tempat keluarnya saraf mata. Retina tersusun atas dua macam sel fotoreseptor sebagai berikut.

  1. Sel batang (sel basilus), yang mampu menerima rangsang cahaya tidak berwarna dan untuk melihat pada keadaan cahaya redup.
  2. Sel kerucut (sel konus), yang berfungsi menerima rangsang cahaya kuat dan berwarna.

Suatu benda dapat dilihat oleh mata, bila benda tersebut memantulkan cahaya. Cahaya yang dipantulkan oleh benda masuk ke mata melalui kornea dan diteruskan ke lensa melalui pupil. Oleh lensa, cahaya tersebut dibiaskan dan difokuskan di retina sehingga membentuk bayangan terbalik dan diperkecil pada retina. Oleh otak, bayangan tersebut kemudian diolah dn diartikan seperti gambar yang kita lihat.

  1. Telinga

Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran dan juga pengatur keseimbangan. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

  1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas daun telinga, liang telinga, dan gendang telinga (membaran timpani) yang membatasi telinga bagian luar dan tengah.

  1. Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri atas tulang-tulang pendengaran (osikel) dan saluran Eustachius.

  1. Tulang-tulang pendengaran (osikel), yaitu tulang martil (malleus), tulang landasan (inkus), dan tulang sanggurdi (stapes).
  2. Saluran Eustachius, yaitu saluran sempit yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang tenggorokan. Fungsi saluran ini untuk menyamakan tekanan udara pada bagian dalam telinga dengan tekanan udara di luar tubuh.
  1. Telinga Dalam

Telinga bagian dalam terdiri atas tingkap jorong, rumah siput (kokhlea), dan telinga saluran setengah lingkaran (kanalis semi sirkularis).

Bunyi yang didengar oleh manusia adalah bunyi dengan frekuensi 20-20.000 Hz. Gelombang bunyi akan diterima daun telinga lalu disalurkan masuk ke liang telinga sehingga menggetarkan gendang telinga. Getaran tersebut diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran ke tingkap jorong, kemudian dilanjutkan ke kokhlea sehingga menggetarkan cairan limfe di dalam kokhlea. Getaran tersebut akan menggetarkan sel reseptor yang menghasilkan impuls untuk dihantarkan oleh saraf pendengaran ke otak untuk diartikan.

  1. Hidung

Hidung manusia merupakan organ tempat beradanya reseptor pembau. Sel-sel reseptor tersebut terletak di rongga hidung bagian atas. Kita dapat membau suatu zat karena zat yang berupa uap tersebut masuk ke rongga hidung sewaktu kita menarik napas. Zat tersebut akan dilarutkan pada selaput lendir dan merangsang sel-sel reseptor. Dari sel-sel reseptor ini, rangsang dibawa oleh serabut saraf menuju pusat pembau di otak sehingga kita dapat mengetahui bau tersebut.

 

 

  1. Lidah

Lidah merupakan tempat beradanya indra pengecap. Lidah terbentuk oleh jaringan otot yang ditutupi oleh selaput lendir yang selalu basah dan berwarna merah jambu. Terdapat tonjolan-tonjolan kecil di permukaan lidah yang disebut papila. Pada papila-papila inilah terdapat kuncup pengecap yang merupakan kumpulan ujung-ujung saraf pengecap. Berikut tiga jenis papila yang ada di permukaan lidah.

  1. Papila sirkumvalata, yang berbentuk cincin.
  2. Papila fungiformis, yang berbentuk seperti jamur.
  3. Papila filiformis, yang berbentuk seperti rambut.

Kuncup-kuncup pengecap dapat membedakan empat rasa pokok, yaitu asam, pahit, manis, dan asin. Keempat rasa tersebut di atas, dirasakan oleh kuncup-kuncup pengecap yang berbeda yang berkumpul pada bagian tertentu di permukaan lidah.

Suatu zat dapat dirasakan oleh lidah bila zat tersebut berupa larutan. Larutan tersebut kemudian memenuhi parit-parit di sekitar papila-papila, kemudian merangsang kuncup pengecap. Rangsangan ini diteruskan oleh serabut saraf menuju ke otak untuk diartikan.

  1. Kulit

Selain sebagai alat ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai indra perasa dan peraba. Reseptor-reseptor yang terdapat pada kulit sebagai berikut.

  1. Korpus meissner, berfungsi untuk menerima rangsang sentuhan/ rabaan.
  2. Korpus pacini, berfungsi menerima rangsang tekanan.
  3. Korpus ruffini, berfungsi untuk menerima rangsang panas.
  4. Korpus krause, berfungsi untuk menerima rangsang dingin.
  5. Ujung saraf tanpa selaput, yang peka terhadap rasa sakit/ nyeri.

  1. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Saraf dan Indra

Berikut ini adalah beberapa gangguan pada sistem saraf dan sistem indra manusia.

  1. Meningitis, yaitu peradangan pada selaput otak (meninges) akibat inveksi virus.
  2. Penyakit parkinson, yaitu penyakit yang menyerang otak dan menyebabkan penderitanya mengalami gemetar (tremor) yang tidak terkendali atau kekakuan otot.
  3. Penyakit alzheimer, yaitu penyakit akibat kerusakan sel-sel otak. Gejalanya berupa kesulitan mengingat sesuatu dan bisa terjadi pada anak usia lanjut.
  4. Miopi (rabun jauh), yaitu kelainan pada mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh di depan retina sehingga penderitanya sulit melihat benda yang letaknya jauh. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa negatif.
  5. Hipermetropi (rabun dekat), yaitu kelainan mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh dibelakang retina sehingga penderitanya sulit melihat benda yang letaknya dekat. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa positif.
  6. Presbiopi, yaitu kelainan pada mata karena tidak elastisnya lensa mata untuk berakomodasi. Penderita kelainan ini dapat ditolong dengan lensa ganda.
  7. Rabun senja (hemerolopi), yaitu kelainan dimana penderitanya kesulitan melihat benda saat terjadi perubahan dari terang ke gelap atau saat senja pada mata. Penyakit ini disebabkan karena defisiensi vitamin A.
  8. Katarak, yaitu mengeruhnya lensa mata.
  9. Anosmia, yaitu kehilangan daya penciuman akibat kecelakaan atau terbentur.

Istilah Penting

Ampula                  :    bagian yang mengembung pada saluran setengah lingkaran di telinga bagian dalam.

Astigmatisma        :    gangguan pada mata karena permukaan kornea mata tidak rata sehingga pandangan menjadi kabur.

Fovea                     :    bagian yang paling peka terhadap cahaya pada retina yang disebut bintik kuning.

Impuls                    :    rangsang yang dapat menjalar di dalam tubuh melalui sel-sel saraf.

Nodus ranvier        :    cekungan pada akson dan merupakan bagian yang tidak terbungkus oleh selubung mielin.

Selubung mielin    :    pembungkus akson yang tersusun atas sel Schawnn.

                                

BAB III METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  di luar kota sekitar 9 km dari kota Kabupaten. SMPN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang cukup memadahi, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 25 orang Guru PNS dan PHL terdiri dari 9 guru laki-laki dan 16 guru perempuan serta 5 Tenaga Kependidikan.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 18 yang terdiri dari 8 siswa laki – laki dan 10 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2016. Penelitian ini pada materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Sistem Koordinasi Dan Alat Indra.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 75.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 75 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis 8 september 2016 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

 

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 18 terdapat 13 siswa atau 72,2 % yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 5 Siswa atau 27,8% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 70,3. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aldo

75

Tuntas

2

Anila

80

Tuntas

3

Bintang Pratama Bhakti

75

Tuntas

4

Denis Medel Dayaahinu

75

Tuntas

5

Dumanis

80

Tuntas

6

Elvin

75

Tuntas

7

Grasela Riayanti

60

Tidak Tuntas

8

Ipit Triyani

50

Tidak Tuntas

9

Mony Sritani

75

Tuntas

10

Nande Rohni

60

Tidak Tuntas

11

Peno Pembriano

50

Tidak Tuntas

12

Pipin Mardiani

75

Tuntas

13

Ricky Renaldo

80

Tuntas

14

Rinto Agustino

75

Tuntas

15

Rivaldi Jaya Tama

75

Tuntas

16

Tabita Vinesia Damai

80

Tuntas

17

Tika Lapea

50

Tidak Tuntas

18

Yera Friska

75

Tuntas

 

Jumlah

1265

 

 

Rata-rata

70,3

 

 

Ketuntasan Klasikal

72,2%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra Multikultural dengan ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 70,3 dan secara klasikal sebesar 72,2%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Sistem Koordinasi Dan Alat Indra. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak focus pada materi pelajaran. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Sistem Koordinasi Dan Alat Indra. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 22 September 2016 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pertama-tama guru membagi siswa dalam  5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah siswa 18 orang, terdapat 15 siswa atau 83,3% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 16,7% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 78,6. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aldo

80

Tuntas

2

Anila

90

Tuntas

3

Bintang Pratama Bhakti

80

Tuntas

4

Denis Medel Dayaahinu

80

Tuntas

5

Dumanis

90

Tuntas

6

Elvin

80

Tuntas

7

Grasela Riayanti

75

Tuntas

8

Ipit Triyani

65

Tuntas

9

Mony Sritani

80

Tuntas

10

Nande Rohni

75

Tuntas

11

Peno Pembriano

65

Tuntas

12

Pipin Mardiani

80

Tuntas

13

Ricky Renaldo

85

Tidak Tuntas

14

Rinto Agustino

80

Tuntas

15

Rivaldi Jaya Tama

80

Tidak Tuntas

16

Tabita Vinesia Damai

85

Tuntas

17

Tika Lapea

65

Tuntas

18

Yera Friska

80

Tuntas

 

Jumlah

1415

 

 

Rata-rata

78,6

 

 

Ketuntasan Klasikal

83,3%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 18 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe   

             Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

17

94,4

1

5,6

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

18

16

17

18

 

100

88,8

94,4

100

 

0

2

1

0

 

0

11,2

5,6

0

 

 

Sulit

Tidak Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

17

94,4

1

5,6

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

18

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

18

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?

17

94,4

1

5,6

 

Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

    Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  

   N=Jumlah: 18 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Pembelajaran

                Kooperatif Tipe STAD

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

RPP I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Sistem Koordinasi Dan Alat Indra khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

 

 

3. Deskripsi siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 13 Oktober 2016 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

  1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 18 siswa, terdapat 17 siswa atau  94,4% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 5,6% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 84,4. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aldo

85

Tuntas

2

Anila

100

Tuntas

3

Bintang Pratama Bhakti

85

Tuntas

4

Denis Medel Dayaahinu

85

Tuntas

5

Dumanis

100

Tuntas

6

Elvin

85

Tuntas

7

Grasela Riayanti

80

Tuntas

8

Ipit Triyani

75

Tuntas

9

Mony Sritani

85

Tuntas

10

Nande Rohni

80

Tuntas

11

Peno Pembriano

70

Tidak Tuntas

12

Pipin Mardiani

85

Tuntas

13

Ricky Renaldo

85

Tuntas

14

Rinto Agustino

85

Tuntas

15

Rivaldi Jaya Tama

85

Tuntas

16

Tabita Vinesia Damai

90

Tuntas

17

Tika Lapea

75

Tuntas

18

Yera Friska

85

Tuntas

 

Jumlah

1520

 

 

Rata-rata

84,4

 

 

Ketuntasan Klasikal

94,4%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  

                   Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

              N = Jumlah: 18 orang

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,15

2,75

2,75

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,115

Baik

 

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Sistem Koordinasi Dan Alat Indra khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang untuk Sistem Koordinasi Dan Alat Indra dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 70,3 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 3 orang dengan ketentusan belajar 72,2% dan yang tidak tuntas 27,8%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang pada siklus 1 untuk Sistem Koordinasi Dan Alat Indra dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 78,6 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 3 orang dengan ketentusan belajar 83,3% dan yang tidak tuntas 16,7%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Sistem Koordinasi Dan Alat Indra sub (3) Kerja Sama di Lingkungan Kelurahan/Desa diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 84,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 94,4% dan yang tidak tuntas 5,6%.

Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas IXa SMPN 4 Tamiang Layang tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indra menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelompok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sistem Koordinasi Dan Alat Indral. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

 

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran  

   Kooperatif Tipe STAD

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Sistem Koordinasi Dan Alat Indra Siswa Kelas IXa  SMPN 4 Tamiang Layang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

 

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

 

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

 

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

 

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

 

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

 

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

 

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

 

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

 

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

 

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

 

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

 

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

 

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe  STAD. Surakarta: Tiga Serangkai

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment