PTK, Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Strategi KWL Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 21 Des 2021, 05:30:14 WIB contoh PTK
PTK, Peningkatan Hasil Belajar  Menggunakan Strategi KWL Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh

Gambar : dok.pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: Peningkatan Hasil Belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Menggunakan Strategi Know, Want To Know, Learner  Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Menggunakan Strategi Know, Want To Know, Learner Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Strategi Know, Want To Know, Learner (Know, Want to know, Learner) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Strategi Know, Want To Know, Learner (Know, Want to know, Learner) untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Strategi Know, Want To Know, Learner (Know, Want to know, Learner) yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Strategi KWL

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Sejarah masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Sejarah hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Sejarah yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Menghargai Peninggalan Sejarah adalah Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah melalui Strategi KWL Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh“.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Strategi Know, Want to know, Learner dapat meningkatkan hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah menggunakan Strategi Know, Want to know, Learner siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Menghargai Peninggalan Sejarah sehingga pelajaran Materi Menghargai Peninggalan Sejarah menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi  rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
  2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)
  1. Deskripsi Strategi KWL.

Menurut Ogle (2006) KWL Strategy merupakan strategi instruksional, reading yang digunakan untuk membimbing siswa membaca sebuah teks bacaan. Siswa mulai dengan Brainstrorming. Siswa diminta mengungkapkan

apa saja yang mereka ketahui mengenai sebualh topik. Informasi tersebut direkam dalam bentuk catatan kecil dalam kolom K pada tabel KWL. Siswa kemudian membuat sejumlah pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui tentang topik yang disajikan dalam teks bacaan. Pertanyaan-­pertanyaan tersebut di tuliskan dalam kolom W pada tabel. Selama atau setelah reading, siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom W. Informasi baru yang siswa pelajari dituliskan dalam kolom L pada tabel KWL. Fisk and Hurst (2003: 211), KIVL Strategy, for comprehending the reading, works so well, because it integrates all of modes of communication. When using this strategy, students will be reading, writing, livening, and ,speaking about the text. Menurut Michael Susan dalam jurnalnya (2008) Strategi KWL dapat digunakan pada tiap tingkatan kelas. Strategi tersebut bekerja dengan baik dengan tiap jenis teks. Dia juga menemukan bahwa strategi ini paling baik diterapkan pada wacana eksposisi. Berdasarkan teori yang ada, peneliti ingin membantu siswa memahami apa yang dibaca, guru akan mengajar siswa dengan strategi pengajaran reading comprehension yang disebut KWL. K merupakan kependekan dari Know, W merupakan kependekan dari Want to know, dan L merupakan kependekan dari Learned.

  1. Keuntungan penggunaan Strategi

Strategi KWL menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006). menyatakan bahwa strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk menemukan apa yang telala diketahui siswa Strategi KWL dapat membantu siswa memonitor pemahaman mereka terhap bacaan. KWL juga dimaksudkan sebagai latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing siswa membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa untuk bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik. Strategi KWL menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang mereka baca.

  1. Kelebihan dan Kekurangan Strategi KWL.
  1. Kelebihan Strategi KWL

Strategi KWL merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan reading comprehension siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti bagaimana menggunakan strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam proses memahami penggunaan KWL, siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Strategi KWL selangkah demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang berhubungan dengan topik yang disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan siswa dapat membuat pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang disajikan di dalam kolom W. Selanjutnva siswa dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan, siswa-mencarinya dari sumber lain. Jawaban-jawaban tersebut diletakkan padat kolom L.

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi KWL ini, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih perhatian saat diperkenalkan dengan strategi KWL peneliti. Strategi ini membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari bacaan.

  1. Kelemahan Strategi KWL

Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa memerlukan lebih banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi

tersebut dengan tepat.

  1. Pelaksanaan Strategi KWL di dalam kolas.

Ada 3 langkah dalam pengajaran reading, yaitu: pre-reading activity, while-reading activity, dan post-reading activity. Berikut peranan dari Strategi KWL pada tiap langkah:

  1. Pre-Reading Activity

Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan strategi KWL adalah sebagai berikut:

  • Memilih teks bacaan.
  • Membuat tabel KWL.
  • Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah, atau frase yang dapat dihubungkan dengan topik bacaan.
  • Menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacan.
  • Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan di dalam kolom K.

Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan melaksanakan penelitian ini sebagai berikut:

Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel KWL di papan tulis atau di selembar kertas. Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari teks bacaan. Berikut contoh tabel KWL:

Tabel. KWL Chart

K

W

L

 

 

 

 

Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka anggap berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom K pada tabel KWL yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa kehabisan gagasan.

Peneliti melibatkan siswa dalam diskusi tentang apa yang mereka tulis dalam kolom K. Untuk menstimulasi pengungkapan gagasan dari siswa, guru memberikan dorongan seperi, “Tell me what you know about...,”. Hal ini dilakukan juga untuk, memberikan siswa semangat untuk menjelaskan hubungan antra topik dan gagasan siswa.

  1. While-Rending Activity.

Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam kolom K. Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa mengubah kalimat tersebut meniadi pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom W.

  1. Post-Reading Activity

Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W selama atau setelah pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom L. Setelah itu, peneliti mendiskusikan informasi yang tercatat pada kolom L dan memotivasi siswa mencari pertanyaan di dalam kolom W yang tidak terjawab atau jawabannya tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang tidak terjawab.

                                            

      1. Materi Menghargai Peninggalan Sejarah
  1. Pendahuluan

Pernahkah kamu mengunjungi Candi Borobudur atau candi-candi yang lain? CandiBorobudur termasuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah sangat penting bagi kita sekarang. Melalui peninggalan-peninggalan sejarah kita tahu kejadian masa lampau. Bangsa kita memiliki banyak sekali peninggalan sejarah. Kita harus menjaga peninggalan-peninggalan sejarah itu. Dalam bab ini kamu akan belajar bentuk-bentuk peninggalan sejarah. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu memiliki kemampuan berikut ini.

  1. Memahami pengertian peninggalan sejarah.
  2. Menyebutkan contoh-contoh peninggalan sejarah yang ada di daerahmu masing-masing.
  1. Menceritakan secara singkat sejarah terjadinya atau sejarah nama lingkungan tempat tinggal berdasarkan contoh.
  2. Menampilkan sikap menghargai peninggalan-peninggalan seja­rah yang ada di lingkungan tempat tinggal.
  1. Bentuk-bentuk Peninggalan Sejarah

Apakah peninggalan seiarah itu? Mari kita ambil contoh dalam hidup sehari-hari. Apakah keluargamu mempunyai warisan? Biasanya kakek dan nenek atau orang tua meninggalkan warisan. Warisan itu bisa berupa rumah, tanah, sawah, uang, emas, pusaka, foto, buku, dan lain-lain. Semua barang warisan itu disebut peninggalan.

Peninggalan ada hubungannya dengan masa lalu. Misalnya, kakek atau nenekmu mewariskan rumah. Ketika kamu melihat rumah waris­an itu, kamu teringat kakek dan nenekmu. Kamu mungkin teringat akan wajah kakek dan nenekmu. Kamu mungkin juga teringat akan kebiasaan mereka. Pendeknya, peninggalan tersebut mengingatkan kita akan masa-masa yang lampau.Lalu apa artinya peninggalan sejarah? Peninggalan sejarah artinya warisan masa lampau yang mempunyai nilai sejarah. Jadi, bukan sembarang peninggalan. Peninggalan sejarah membantu kita mengetahui apa yang terjadi di masa lampau.

Apa saja bentuk peninggalan sejarah? Ada bermacam-macam bentuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah bisa berupa fosil, peralatan dari masa lampau, prasasti, patung, bangunan, naskah/ tulisan, dan cerita atau hikayat. Mari kita bahas lebih lanjut bentuk­bentuk peninggalan sejarah ini!

  1. Fosil

Fosil adalah sisa-sisa tulang-belulang manusia dan hewan atau tumbuhan yang membatu, tulang-­belulang dan sisa-sisa tumbuhan itu berasal dari masa purba. Mereka tertanam di lapisan tanah. Umumnya fosil-fosil ini sudah berumur jutaan tahun. Dari fosil-fosil itu kita bisa mengetahui kehidupan pada zaman purba.

Di beberapa tempat di Indone­sia ditemukan berbagai fosil. Salah satunya adalah fosil tengkorak ma­nusia purba dari Sangiran (Jawa Te­ngah). Fosil ini ditemukan pertama kali oleh E. Dubois. Dengan pene­muan ini, kita tahu bahwa di Jawa sudah ada manusia purba ribuan tahun yang lalu.

  1. Peralatan dari zaman dulu

Ada banyak peninggalan berupa peralatan yang dipakai pada zaman dahulu. Peralatan itu dipakai untuk berburu, menangkap ikan, dan ber­tani. Ada peralatan yang terbuat dari tulang, batu, dan logam. Dari pening­galan ini kita bisa tahu kehidupan dan jenis pekerjaan orang pada masa lampau.

  1. Prasasti

Prasasti adalah tulisan-tulisan dari masa lampau. Tulisan ini ditulis pada batu, emas, perak, perunggu, tembaga, tanah liat, alau tanduk binatang. Prasasti umumnya berisi cerita tentang suatu kerajaan. Dari prasasti kita bisa menemukan informasi tentang silsilah raja, perjanjian antar kerajaan, hukum suatu kerajaan, agama yang dianut raja dan sebagainya.

Di Indonesia, ditemukan banyak sekali prasasti. Misalnya, Prasasti Ci­areuteun, Prasasti Yupa, dan Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti-prasasti itu umumnya berasal dari kerajaan-­kerajaan yang pernah hidup dan berkembang di Indonesia. Keba­nyakan prasasti yang ditemukan di Indonesia menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Ada juga prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.

  1. Patung (Arca)

Banyak sekali peninggalan se­jarah berupa patung atau arca. Ke­banyakan patung atau arca ini berasal dari kerajaan Hindu dan Buddha. Ben­tuk patung itu bermacam-macam. Ada patung dewa-dewa, ada patung Buddha, ada patung raja dan ratu, dan ada juga patung yang berupa binatang. Patung-patung itu terbuat dari batu, perunggu, atau bahkan emas.

  1. Bangunan

Bangunan yang mempunyai nilai sejarah sendiri ada bermacam-­macam. Bangunan yang bernilai sejarah antara lain candi, gedung, tempat ibadat, benteng, istana, tugu/monumen, dan makam. Mari kita mempelajarinya satu per satu!

  1. Candi

Candi adalah bangunan kuno yang terbuat dari susunan batu. Candi didirikan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan. Di Indonesia, ditemukan banyak candi. Candi yang ada di In­donesia merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha. Contoh peninggalan sejarah berupa candi antara lain Candi Borobudur, Prambanan, Muaratakus, dan Mendut.

 

  1. Gedung

Gedung adalah suatu bangunan rumah. Banyak gedung yang mempunyai nilai sejarah. Misalnya, Gedung Stovia, Gedung Sumpah Pemuda, Gedung Proklamasi (Jakarta).

  1. Tempat Ibadah

Di Indonesia terdapat banyak sekali tempat ibadah,misalnya masjid, gereja, kuil, pura dan ke­lenteng. Ada tempat ibadah yang sudah dibangun ratusan tahun yang lalu. Contoh tempat ibadah yang bernilai sejarah antara lain adalah Masjid Demak (Jawa Te­ngah), Gereja Katedral Jakarta, dan Pura Besakih (Bali).

  1. Benteng

Benteng adalah bangunan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Benteng-benteng yang ada di Indonesia kebanyakan adalah peninggalan Belanda, Portugis, dan Spanyol. Misalnya, Benteng Duurstede di Maluku, Benteng Malbou­rough di Bengkulu, Benteng Vredeburg di Yogyakarta.

  1. Istana

Istana adalah tempat tinggal raja atau pemimpin negara. Di Indo­nesia ada banyak istana yang bernilai sejarah. Misalnya, Kraton Yogyakarta, Kraton Cirebon, Istana Negara, dan Istana Bogor.

  1. Tugu/ Monumen

Tugu atau monumen adalah suatu bentuk bangunan yang didi­rikan untuk memperingati suatu peristiwa, Peristiwa itu dianggap penting atau bersejarah. Misal­nya, Tugu Pahlawan di Surabaya,

Tugu Proklamator di Jakarta, Mo­numen Yogja Kembali, Monas, dan Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya.

  1. Makam

Makam yang mempunyai nilai sejarah adalah tempat dikubur­kannya tokoh-tokoh penting da­lam sejarah. MisaInya, makam Diponegoro di Manado, makam Bung Karno di Blitar, makam raja-raja Yogyakarta dan Surakarta di Imogiri.

  1. Naskah

Contoh peninggalan sejarah berbentuk naskah/tulisan antara lainbuku/kitab dan dokumen-dokumen penting. Contoh buku-buku pe­ninggalan sejarah antara lain Kitab Negara Kertagama, Kitab Maha­barata, dan Kitab Sutasoma. Contoh dokumen penting adalah Naskah Proklamasi, Naskah Supersemar, dan naskah-naskah perjanjian.

  1. Mengenal Sejarah Terjadinya Suatu Tempat dan Daerah

Kamu sudah mengenal peninggalan sejarah berupa benda-benda. Sekarang kita akan membahas peninggalan sejarah dalam bentuk cerita. Ada cerita lisan, ada juga cerita tertulis.

Setiap tempat memiliki sejarah. Coba tanyakan kepada orang tuamu tentang sejarah tempat tinggalmu. Apakah orang tuamu tahu sejarah terjadinya daerahmu? Mungkin mereka akan bercerita bahwa dulunya daerahmu adalah sawah, atau tanah kosong tempat orang menggembalakan ternak, atau rawa-rawa, hutan belantara yang angker, dan sebagainya.

Cerita tentang terjadinya suatu tempat atau daerah ada yang ber­sifat nyata. Maksudnya, kejadian yang diceritakan memang terjadi. Namun, ada juga yang berupa dongeng yang tidak nyata. Maksudnya, terjadinya suatu tempat atau daerah tidak seperti yang diceritakan. Dalam bagian ini kita akan mempelajari bentuk-bentuk cerita rakyat dan sejarah terjadinya suatu daerah.

  1. Macam-macam cerita rakyat

Ada beberapa macam cerita rakyat. Misalnya legenda,mitos, dongeng, fabel, dan sage. Bentuk-bentuk cerita ini mengisahkan terjadinya suatu tempat secara tidak nyata. Meskipun demikian, ada pesan yang ingin disampaikan. Pesan inilah yang seharusnya dipelajari. Mari kita bahas bentuk cerita rakyat di atas.

  1. Legenda

Legenda adalah cerita terjadinya suatu tempat. Banyak masyara­kat yang percaya cerita itu benar-benar terjadi. Legenda tidak dianggap suci karena tidak ada tokoh dewa. Contoh legenda antara lain:

  1. Cerita terjadinya gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
  2. Cerita asal-usul nama Banyuwangi di Jawa Timur.
  3. Cerita terjadinya Rawa Pening di Jawa Tengah.
  4. Cerita terjadinya Danau Toba di Sumatera Utara.

Apakah di daerahmu ada legenda tentang terjadinya suatu tem­pat? Kalau ada, coba ceritakan. Kalau kamu belum tahu, coba tanyakan kepada guru atau orang tuamu. Mintalah guru atau orang tuamu men­ceritakan legenda terjadinya Suatu tempat di lingkungan-mu. Kamu juga bisa saling bercerita mengenai legenda Suatu tempat dengan teman-­temanmu.

Sekarang, mari kita simak salah satu contoh legenda. Berikut ini adalah legenda terjadinya Gunung Tangkuban Prahu.

 

Terjadinya Gunung Tangkuban Prahu

Konon hiduplah seorang gadis cantik bernama Dayang Sumbi. Ia adalah putri Prabu Sungging Perbangkara.Karena sumpahnyasendiri, Dayang Sumbi harus menikah dengan seekor anjing. Namanya Si Tumang. Dari pernikahan itu, lahirlah Sangkuriang.

Sangkuriang tidak tahu kalau Si Tumang adalah ayahnya. Suatu hari karena jengkel Sangkuriang membunuh Si Tumang. Dayang Sumbi sangat marah. Sangkuriang pun diusir.

Ketika dewasa, Sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi. Ia jatuh cinta pada Dayang Sumbi, Akhirnya, Sangkuriang melamar Dayang Sumbi. Dayang Sumbi menolak lamaran itu. Ia tahu bahwa Sangkuriang adalah anaknya sendiri.

Untuk menutupi penolakannya, Dayang Sumbi mengajukan syaratyang sangat berat. Sangkuriang harus, membendung sungai Citarum dan membuat sebuah perahu dalam satu malam. Namun, ternyata Sangkuriang menyanggupi permintaan itu. Menjelang tengah malam, Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya.

Dayang Sumbi sangat terkejut. Ia pun melakukan tipu muslihat. Ia menyuruh penduduk memukul lesung dan membakar jerami. Maka segera terdengar kokok ayam jantan bersahutan.

Akhirnya, lamaran Sangkuriang tidak diterima. Sangkuriang sangat marah dan kecewa. Ia menendang perahu yang hampir selesai dibuatnya. Perahu itu pun terbalik. Kemudian perahu itu berubah menjadi gunung. Gunung itu diberi nama Tangkuban Perahu. Memang bentuk gunung itu seperti perahu yang terbalik.

Kira-kira apa pesan dari cerita di atas? Pesan yang dapat kita petik antara lain sebagai berikut.

  1. Jangan sembarangan mengucapkan Sumpah atau ujar.
  2. Tidak mungkin seorang anak menikah dengan ibunya sendiri.
  1. Mitos

Mitos adalah cerita yang dipercaya benar-benar terjadi, dianggap suci, dan memiliki tokoh dewa. Contohnya, asal-usul candi Pram­banan, asal-usul Selat Bali, dan Putri Buruti Siraso (Sumatera Utara). Perhatikan mitos mengenai asal-usul Candi Prambanan berikut.

 

Terjadinya Candi Prambanan

Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan di Pengging. Sang raja mempunyai seorang putera. Nama puteranya itu Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso adalah seorang pemuda yang gagah dan Sakti.

Di Prambanan juga berdiri sebuah kerajaan. Rajanya bernama Ratu Boko. Ratu Boko mempunyai seorang puteri yang sangat cantik. Nama puteri itu Roro Jonggrang,

Kerajaan Pengging dan Prambanan bermusuhan. Terjadi peperangan hebat antara kedua kerajaan itu. Awalnya Kerajaan Pengging kalah. Bandung Bondowoso maju ke medan perang. Pengging dapat mengalahkan Prambanan. Bandung Bondowoso berhasil membunuh Prabu Boko.

Saat masuk istana Prambanan, Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso langsung jatuh cinta. Bandung Bondowoso ingin memperistri Roro Jonggrang. Namun, Roro Jonggrang tidak mau diperistri. Ia tidak mau diperistri oleh pembunuh ayahnya.

Bandung Bondowoso terus memaksa. Akhirnya, Roro Jong­grang mau diperistri dengan satu syarat. Ia minta dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam satu Malam. Bandung Bondowoso menyanggupi syarat itu.

Bandung Bondowoso minta bantuan makhluk-makhluk halus untuk membangun seribu candi. Mereka segera bekerja keras setelah matahari terbenam. Dengan cepat berdirilah candi-candi yang megah.

Pada tengah malam, tinggal satu candi yang belum berdiri. Roro Jonggrang, terkejut melihat hal tersebut. Ia mencari akal untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang membangunkan gadis-gadis desa. Mereka disuruh menumbukpadi sambil memukul-mukul lesung. Maka ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar ayam jantan berkokok, makhluk-makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Mereka menyangka sebentar lagi matahari akan terbit. Gagallah Bandung Bondowoso mendirikan seribu candi.

Bandung Bondowoso sangat marah karma ditipu oleh Roro Jonggrang. Dikutuklah Roro Jonggrang menjadi arca batu. Jadilah Roro Jongrang arca besar di candi Prambanan. Candi Prambanan sering juga disebut candi Roro Jonggrang.

  1. Dongeng

Dongeng adalah cerita yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya berupa cerita tentang keajaiban atau kesaktian. Misal­nya, dongeng Jaka Tarub, Timun Emas, Bawang Putih dan Bawang Merah, dan sebagainya,

Sering kali peristiwa-peristiwa dalam dongeng tidak masuk akal. Dongeng Bawang Putih Bawang Merah misalnya. Dongeng ini men­ceritakan dua orang anak, Bawang Putih dan Bawang Merah. Sifat kedua anak itu bertolak belakang. Bawang Merah jahat dan Bawang Putih baik hati. Bawang Putih selalu disakiti oleh Bawang Merah, Suatu ketika datanglah seorang pangeran dari kerajaan. Pangeran itu mempersunting Bawang Putih menjadi istrinya. Dongeng ini ber­asal dari daerah Betawi (Jakarta).

  1. Fabel

Fabel termasuk cerita rakyat. Fabel berisi pendidikan moral, Biasanya bercerita tentang kehidupan hewan atau binatang. Dalam fabel, hewan-hewan bisa bicara seperti manusia. Kamu tentu mengetahui cerita Kancil dan Buaya serta Kancil dan Siput, bukan. Dua cerita itu adalah contoh fabel. Coba sebutkan contoh fabel-fabel lainnya.

  1. Sage

Sage adalah cerita tentang tokoh kepahlawanan. Cerita seperti ini banyak beredar di masyarakat. Tetapi sumbernya sulit ditemukan. Biasanya merupakan sumber lisan.

  1. Sejarah Terjadinya Suatu Daerah

Kamu sudah mengetahui macam-macam cerita rakyat. Banyak sekali cerita rakyat yang menceritakan terjadinya suatu daerah. Kamu juga sudah membaca contohnya. Harus kamu ingat, cerita-cerita itu tidak mengisahkan kejadian sebenarnya. Meskipun demikian, tempat yang diceritakan benar-benar ada.

Sekarang, kita akan membahas sejarah terjadinya suaut daerah. Sejarah berbeda dengan cerita rakyat. Sejarah adalah cerita yang benar-benar terjadi. Berikut ini contoh sejarah terjadinya dua kota atau tempat di Indonesia.

  1. Kisah terjadinya Jakarta

Pada zaman kerajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta bernama Sunda Kelapa. Sunda Kelapa adalah kota pelabuhan. Banyak kapal-­kapal dagang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa. Para pedagang datang dari Palembang, Makassar, Madura, dan Demak. Melalui pela­buhan ini banyak barang dikirim ke luar negeri. Barang-barang itu misalnya lada, beras, emas, sayur-sayuran, dan hewan potong.

Keramaian Sunda Kelapa menarik bangsa Portugis. Mereka mulai menduduki Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Para pe­dagang Portugis mulai membuat benteng. Kemudian mereka mau menguasai Sunda Kelapa.

Pada masa ini Bangsa Portugis diserang pasukan Kerajaan Demak. Penyerangan dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah berasal dari Kerajaan Samudra Pasai yang berdiri di Aceh. Ia baru kembali dari Mekkah. Ia memperdalam agama Islam di sana. Sesampai di tanah air ia sangat sedih. Tanah airnya diduduki bangsa asing. Bangsa asing itu adalah Bangsa Portugis.

Niatnya mengusir Bangsa Portugis semakin kuat. Namun, Fatahillah tidak langsung menyerbu Sunda Kelapa. Mula-mula, ia pergi ke Banten. Di Banten, Fatahillah menyebarkan ajaran Islam. Ia tidak lama di Banten. Kemudian ia pindah ke Demak (Jawa Tengah) dengan maksud sama. Makin lama, kedudukan Fatahillah makin kuat. Akhirnya, ia memimpin pasukan Demak menyerbu Portugis. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527

Pasukan Demak tidak gentar menghadapi musuh. Pertempuran hebat terjadi di pantai. Pasukan Demak berjuang dengan gagah berani. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan. Setiap jengkal tanah mereka pertahankan. Semangat untuk mengusir penja­jah dari tanah air membakar dada pasukan kerajaan Demak.

Akhirnya, pasukan Fatahillah menang. Portugis meninggalkan Sunda Kelapa. Kemudian Fatahillah berkuasa di Sunda Kelapa. Sejak itu, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama Jayakarta berarti kemenangan yang sempurna. Nama itu dipakai untuk menge­nang kemenangan tentara Demak atas bangsa Portugis. Kemudian, tanggal 22 Juni 1527 ditetapkan sebagai hari lahir kota Jakarta. Nama Fatahillah sendiri diabadikan menjadi nama museum di Jakarta.

Pada masa penjajahan Belanda Jayakarta berganti nama menjadi Batavia. Sejak awal abad ke-20, Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda. Batavia dikuasai Jepang pada tanggal 9 Maret 1942. Sejak itu, nama Batavia diganti menjadi Jakarta sampai sekarang ini.

  1. Kisah terjadinya Yogyakarta

Di Pulau Jawa bagian tengah terdapat Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Pada zaman dulu kedua kesultanan ini menjadi satu dengan nama Mataram. Waktu itu lbu Kota Mataram adalah Kertasura. Kertasura terletak sekitar 10 kilometer sebelah barat Surakarta (Solo). Tahun 1742 Kerajaan Mataram jatuh karena sebuah pemberontakan. Raja yang memerintah waktu itu adalah Susuhunan Pakubuwono II. Raja dan seluruh anggota keluarga kerajaan melarikan diri ke Surakarta (Solo).

Pusat pemerintahan pun beralih ke Surakarta. Waktu itu kerajaan Mataram belum pulih benar. Raden Mas Said melancarkan pembe­rontakan. Sebenarnya Raden Mas Said adalah kemenakan raja sendiri. Kerajaan Mataram menjadi kacau balau. Pangeran Mangkubumi mengajukan diri membantu mengatasi kekacauan. Pangeran Mangkubumi adalah adik raja sendiri.

Bantuan Pangeran Mangkubumi tidak disetujui seorang pejabat kerajaan. Pangeran Mangkubumi merasa kecewa. Dia bergabung dengan Raden Mas Said.

Di bawah pimpinan Raden Mas Said pasukan pemberontak menyerbu Surakarta. Raja Mataram merasa terdesak. Raja kemudian meminta bantuan kolonial Belanda untuk meredakan pemberontakan. Pemberontakan itu dapat digagalkan berkat bantuan tentara kolo­nial Belanda.

Pada tahun 1752 pemberontakan berkobar lagi. Pemberontakan berakhir dengan diadakannya sebuah perjanjian pada tanggal 15 Februari 1755. Namanya Perjanjian Giyanti. Berdasarkan perjanjian itu Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, Mataram Surakarta Ha­diningrat dan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Susuhunan Paku Buwono III menjadi raja Mataram Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi menjadi raja Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai raja ia bergelar Sultan Hamengkubuwono I.

Untuk sementara Sultan Hamengkubuwono I tinggal di Ambar Ke­tawang. Ia mencari tempat yang cocok untuk mendirikan pusat kerajaan. Para punggawa akhirnya menemukan sebuah hutan. NamanyaGarijitawati. Letaknyatidak jauh dari Desa Beringin. Di sinilah kemudian didirikan pusat kerajaan. Tapi, kerajaan yang baru ini belum memilikinama. Apa nama kerajaan baru ini?

Pangeran Mangkubumi dipercaya sebagai jelmaan Dewa Wisnu dalam wujud Khrisna. Sebelumnya, Dewa Wisnu pernah menjelma menjadi Sri Rahma. Raja Sri Rahma tinggal di kerajaan Ayodya. Karena itu, cocok jika kerajaan yang baru ini diberi nama Ayodya.  Atau sering disingkat sebagai Yodya

Para pengikut Pangeran Mangkubumi berharap kerjaan baru ini aman, tenteram, damai, dan sejahtera. Inilah sebabnya nama Yodya kemudian ditambah dengan kala karta, artinya serba baik. Demikianlah, kerajaan yang baru ini diberi nama Yodyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, orang lebih mudah menyebut kerajaan ini dengan nama Yogyakarta.

  1. Menghargai Peninggalan Sejarah

Negara kita memiliki banyak sekali benda-benda peninggalan sejarah. Benda-benda itu merupakan warisan masa lampau yang sangat berharga. Benda-benda itu menjadi milik negara. Benda-benda itu menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.

Benda-benda peninggalan sejarah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Misalnya, kita bangga mempunyai Candi Borobudur. Ba­yangkan, pada abad ke-9 bangsa kita sudah mampu membuat ba­ngunan semegah dan seindah itu!

Sudah sepatutnya kita bersikap menghargai benda-benda pening­galan sejarah. Apa saja bentuk penghargaan kita itu? Mari kita mulai dengan kegiatan mendiskusikan berikut ini!

Kasus di atas menunjukkan peninggalan sejarah kurang dihargai. Benda-benda purbakala tidak boleh diperjualbelikan. Apalagi untuk mencari keuntungan pribadi. Seharusnya benda-benda peninggalan sejarah dihargai. Bagaimana caranya? Mari kita beberapa bentuk penghargaan terhadap benda-benda peninggalan sejarah.

  1. Merawat dan menjaga benda-benda peninggalan sejarah

Banyak benda peninggalan sejarah berusia ratusan atau bah­kan ribuan tahun. Tak heran benda-benda tersebut rapuh. Bila tidak dirawat dengan baik bisa rusak dan hancur.

Merawat benda-benda peninggalan sejarah merupakan tugas kita semua. Tapi penanggungjawab utamanya adalah negara.

Bagaimana cara merawatnya? Cara menjaga danmerawat antara lain sebagai berikut:

  1. Membangun museum-museum untuk menyimpan benda-bendapeninggalan sejarah.
  2. Menjaga dan merawat daerah-daerah cagar budaya. Di daerah cagar budaya biasanya terdapat banyak benda-benda peninggalan sejarah.
  3. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil.
  1. Mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah

Pernahkah kamu mengunjungi sebuah museum? Kalaubelum cobalah melakukannya. Amati benda-benda apasaja yang disimpan di sana.Mengunjungi museum termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah.

Kamu juga bisa mengunjungi peninggalan sejarah lainnya, misalnya:

  1. candi,
  2. makam pahlawan,
  3. monumen, dan
  4. istana.      
  1. Menggunakan benda-benda peninggalan sejarah secara benar

Kamu sudah tahu bahwa benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian.

Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah.

                                                               BAB III

METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Tewah Pupuh Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  jauh dengan kota sekitar 25 km dari kota Kabupaten. SDN 2 Tewah Pupuh Kecamatan Dusun Tengah Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang Kurang memadahi, Tidak ada Laboratorium IPA, Tidak ada Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 10 orang Guru Tetap terdiri dari 4 guru laki-laki dan 6 guru perempuan dan 1 Tenaga Kependidikan.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 3, yang terdiri dari 2 siswa laki – laki dan 1 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan Juli 2017. Penelitian ini pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 3 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 1 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 3 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa 25 Juli 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan ceramah.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh dalam kegiatan belajar mengajar Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Strategi ceramah dengan jumlah 3 terdapat 1 siswa atau 33,3 % yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 66,7% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 60. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

                                    Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aprilia Lestari

70

Tuntas

2

Felixhard

50

Tidak Tuntas

3

Zakharia Agustinus

60

Tidak Tuntas

 

Jumlah

180

 

 

Rata-rata

60

 

 

Ketuntasan Klasikal

33,3%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan menerapkan ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 60 dan secara klasikal sebesar 33,3%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

         2.Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 8 Agustus 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner).

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

         3.Observasi

      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan jumlah siswa 3 orang, terdapat 2 siswa atau 66,7% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 33,3% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 70. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

                                    Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aprilia Lestari

80

Tuntas

2

Felixhard

60

Tidak Tuntas

3

Zakharia Agustinus

70

Tuntas

 

Jumlah

210

 

 

Rata-rata

70

 

 

Ketuntasan Klasikal

66,7%

 

 

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah pada siklus 1 adalah rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 3 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner).

 

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe  

             Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

3

100

0

0

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

3

2

2

3

 

100

66,7

66,7

100

 

0

1

1

0

 

0

33,3

33,3

0

 

 

Mudah

Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

2

66,7

1

33,3

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

3

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

3

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)?

3

100

0

0

 

Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran 

     Menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know,

     Learner)

                                    N=Jumlah: 3 orang

 

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dalam materi pelajaran Menghargai Peninggalan Sejarah pada siklus I sebesar 2,75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Strategi KWL (Know,

                Want to know, Learner)

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

 

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Menghargai Peninggalan Sejarah khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 29 Agustus 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner),

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

           4.Observasi

  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dengan jumlah 3 siswa, terdapat 3 siswa atau  100% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 0 Siswa atau 0% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 80. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Aprilia Lestari

90

Tuntas

2

Felixhard

70

Tuntas

3

Zakharia Agustinus

80

Tuntas

 

Jumlah

240

 

 

Rata-rata

80

 

 

Ketuntasan Klasikal

100

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe 

                   Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

              N = Jumlah: 3 orang

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) ditunjukan pada tabel 6, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dalam materi pelajaran Menghargai Peninggalan Sejarah pada siklus I sebesar 3,0 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

 

 

 

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

3,0

3,0

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,0

Baik

 

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarah. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Menghargai Peninggalan Sejarah khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh untuk Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan model pembelajaran mengunakan ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 60 dengan nilai tertinggi adalah 70 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 33,3% dan yang tidak tuntas 66,7%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh pada siklus 1 untuk Materi Menghargai Peninggalan Sejarah dengan model pembelajaran, Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 70 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 66,7% dan yang tidak tuntas 33,3%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Menghargai Peninggalan Sejarah diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 80 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 100% dan yang tidak tuntas 0%.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SDN 2 Tewah Pupuh tahun pelajaran 2017/2018 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menghargai Peninggalan Sejarah. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menghargai Peninggalan Sejarah. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner).

 

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) pada materi Menghargai Peninggalan Sejarah menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran Strategi KWL (Know, Want to know, Learner)

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) pada Materi Menghargai Peninggalan Sejarahl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Strategi KWL (Know,

    Want to know, Learner)

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner). Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Strategi KWL (Know, Want to know, Learner), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) dapat meningkatkan hasil belajar Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Siswa Kelas V  SDN 2 Tewah Pupuh.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) disarankan untuk membikin Strategi KWL (Know, Want to know, Learner) yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

 

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

 

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

 

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

 

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

 

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

 

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang 

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

 

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

 

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

 

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif  

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

 

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

 

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

 

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

 

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Strategi Kwl (Know, Want

             To Know, Learner). Surakarta: Tiga Serangkai

 

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment