PTK, Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan KWL Siswa Kelas V SDN 1 Bamulung
Penelitian Tindakan Kelas
Gambar : Kumpulan PTK
Peningkatan Hasil Belajar Materi Daur Hidup Hewan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa Kelas V SDN 1 Bambulung
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Daur Hidup Hewan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa Kelas V SDN 1 Bambulung”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Daur Hidup Hewan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa Kelas V SDN 1 Bambulung.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Daur Hidup Hewan Siswa Kelas V SDN 1 Bambulung.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL yang lebih menarik dan bervariasi.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Tipe KWL
BAB I PENDAHULUAN
-
- Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.
Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :
- Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan IPA masih rendah,
- Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
- Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja.
Dengan belajar secara menghapal membuat konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Daur Hidup Hewan adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Daur Hidup Hewan melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung“.
-
- Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung?”
-
- Tujuan Penelitian
Meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Daur Hidup Hewan.
- Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Daur Hidup Hewan sehingga pelajaran Materi Daur Hidup Hewan menjadi lebih sederhana.
- Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
-
- Kajian Teori
- Pengertian Hasil Belajar
- Kajian Teori
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :
- Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
- Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.
- Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:
- Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
- Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.
- Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
- Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
- Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
- Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
- Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai
dengan ciri-ciri tersebut di atas.
-
-
- Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
-
- Deskripsi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun penguasaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan pendekatan dan metode yang tepat agar pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Model pembelajaran STAD lebih tepat diterapkan melalui metode kooperatif yakni siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4-5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya sehingga anggota kelompok saling membantu.
Dengan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka untuk tiga cerpen yang tersebut. Dengan memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada anggota dan sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Begitu selesai kegiatan guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa saat menjawab kuis / pertanyaan siswa tidak boleh saling bantu sehingga kemudian guru memberi evaluasi dan membuat kesimpulan tentang hasil kemajuan belajar siswa.
- Keuntungan penggunaan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006). menyatakan bahwa strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk menemukan apa yang telala diketahui siswa Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat membantu siswa memonitor pemahaman mereka terhap bacaan. juga dimaksudkan sebagai latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing siswa membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa untuk bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang mereka baca.
- Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
- Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan reading comprehension siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti bagaimana menggunakan strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam proses memahami penggunaan STAD, siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD selangkah demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang berhubungan dengan topik yang disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan siswa dapat membuat pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang disajikan di dalam kolom. Selanjutnva siswa dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan, siswa-mencarinya dari sumber lain. Jawaban-jawaban tersebut diletakkan padat kolom.
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih perhatian saat diperkenalkan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD peneliti. Strategi ini membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari bacaan.
- Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa memerlukan lebih banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi
tersebut dengan tepat.
- Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di dalam kelas.
Ada 3 langkah dalam pengajaran reading, yaitu: pre-reading activity, while-reading activity, dan post-reading activity. Berikut peranan dari Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada tiap langkah:
- Pre-Reading Activity
Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah sebagai berikut:
- Memilih teks bacaan.
- Membuat tabel STAD.
- Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah, atau frase yang dapat dihubungkan dengan topik bacaan.
- Menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacan.
- Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan di dalam kolom K.
Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan melaksanakan penelitian ini sebagai berikut:
Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel STAD di papan tulis atau di selembar kertas. Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari teks bacaan.
Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka anggap berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom K pada tabel STAD yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa kehabisan gagasan.
- While-Rending Activity.
Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam kolom. Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa mengubah kalimat tersebut meniadi pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom.
- Post-Reading Activity
Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W selama atau setelah pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom. Setelah itu, peneliti mendiskusikan informasi yang tercatat pada kolom dan memotivasi siswa mencari pertanyaan di dalam kolom yang tidak terjawab atau jawabannya tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang tidak terjawab.
-
-
- Materi Daur Hidup Hewan
-
- Pendahuluan
Pernahkah kamu memperhatikan perkembangan hewan yang hidup di lingkunganmu? Jika kamu memelihara hewan, kamu pasti mengetahuinya. Coba kamu amati anak ayam yang baru menetas atau anak kucing yang baru lahir. Bagaimana rupa anak ayam dan anak kucing itu? Tentu saja lucu. Apakah anak-anak hewan itu mirip dengan induknya? Anak ayamdan anak kucing mirip dengan induknya. Jika ada perbedaan, mungkin hanya pada warna bulu atau rambutnya.
Tahukah kamu rupa anak katak yang baru menetas? Anak katak yang baru menetas amat berbeda dengan induknya. Bentuk anak katak itu seperti ikan teri. Anak katak yang baru menetas disebut kecebong. Kecebong tumbuh dan mengalami tahap perubahan bentuk menjadi katak dewasa. Tahap perubahan bentuk yang sangat berbeda yang dialami hewan sejak menetas sampai menjadi hewan dewasa disebut metamorfosis.
Seluruh tahap perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya disebut daur hidup. Pada bagian ini, kita akan belajar tentang daur hidup hewan, Misalnya, perubahan yang dialami ayam dan katak mulai dari telur sampai dewasa dan dapat menghasilkan telur lagi. Katak mengalami metamorfosis (perubahan bentuk) dalam daur hidupnya, sedangkan ayam tidak.
- Daur Hidup Tanpa Metamorfosis
Sebagian besar hewan mengalami daur hidup tanpa metamorfosis. Seperti diterangkan di atas bahwa ayam dalam daur hidupnya tidak mengalami metamorfosis. Begitu juga dengan kucing, kambing, ikan, burung, dan banyak hewan lain.
- Daur Hidup Ayam
Ayam menghasilkan anak dengan cara bertelur. Telur ayam perlu dierami kira-kira 21 hari agar dapat menetas. Setelah pertumbuhan bakal anak ayam di dalam telur sempurna, telur menetas menjadi anak ayam. Anak ayam ini tampak lucu dengan bulu-bulu halus. Semakin lama, anak ayam tumbuh semakin besar. Bulu-bulu halus berubah menjadil bulu-bulu seperti induknya. Bulu ayam dewasa lebih besar dan memiliki semacam poros di tengahnya. Akhirnya, semua bulu halus anak ayamberganti menjadi seperti bulu indukknya. Ayam betina menjadi seperti induk betina. Ayam jantan menjadi seperti ayam jago dewasa. Setelah dewasa, ayam berkembang biak dan menghasilkan telur. Dari telur ini, daur hidup ayam yang baru dimulai kembali.
- Daur Hidup Kucing
Kucing menghasilkan anakdengan cara beranak (melahirkan). Sebelum anaknya lahir,kucing dewasa mengalami masa mengandung selama kira-kira tiga bulan. Setelah itu, lahirlah anak kucing yang belum dapat bergerak dengan lincah. Anak kucing ini belum dapat makan sendiri. Dia menyusu ke induknya. Setelah umurnya lebih dari sebulan, anak kucing baru dapat memakan makanan lain.Sejak lahir sampai dewasa, tubuh kucing tidak berubah bentuk. Hanya ukuran tubuhnya saja yang bertambah. Gerakannya pun semakin lincah. Kucing dewasa dapat memanjat dan melompat dari tempat yang tinggi.
- Daur Hidup Kanguru
Kanguru banyak hidup di benua Australia, Beberapa jenis kanguru juga hidup di Papua (Irian Jaya).
Kanguru menghasilkan anak dengan cara beranak (melahirkan). Berbeda dengan kucing, kanguru mengandung kira-kira hanya sebulan.Anak kanguru yang lahir pun masih sangat kecil dan lemah. Begitu keluar dari tubuh induknya, anak kanguru merambat perlahan ke kantong induknya yang ada di depan perut. Di kantong itu, anak kanguru menyusu sampai berbulan-bulan. Setelah tubuhnya cukup besar, barulah anak kanguru keluar dari kantung induknya.
Daur hidup hewan tanpa metamorfosis tidak mengakibatkan perubahan bentuk yang sangat berbeda pada hewan.
- Daur Hidup Dengan Metamorfosis
Sekarang, kita akan mempelajari daur hidup hewan yang mengalami metamorfosis. Berdasarkan perubahan bentuk tubuh hewan, metamorfosis dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut.
- Motamorfosis sempurna (lengkap)
Metamorfosis sempurna dialami hewan yang saat lahir berbeda sekali bentuknya dengan hewan dewasa. Metamorfosis sempurna antara lain terjadi pada kupu-kupu, lalat, nyamuk, dan katak.
- Metamorfosis Tidak Sempurna (tidak lengkap)
Metamorfosis tidak sempurna dialami hewan yang saat lahir tidak terlalu berbeda bentuknya dengan hewan dewasa. Metamorfosis tidak sempurna terjadi pada kecoak (lipas) dan belalang.
- Daur Hidup Kupu-Kupu
Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur. Telur kupu-kupu biasanya berada pada permukaan daun. Telur menetas menjadi ulat, Ulat mempertahankan hidupnya dengan makan dedaunan. Selama berhari-hari, ulat makan. Akan tetapi, lama-kelamaan ulat makin sedikit makan. Demikian pula, gerakan ulat makin lama makin lambat. Akhirnya, ulat berhenti makan dan tampak tidak bergerak. Walaupun tidak makan dan tampak tidak bergerak, ulat itu tidak mati.
Ulat segera membuat sarang dari air liurnya. Air liurnya mengeras membentuk bahan semacam benang sutera. Benang-benang itu melekat pada daun atau batang. Akhirnya, benang-benang itu menutup seluruh tubuh ulat. Keadaan ulat yang terbungkus dalam sarang benang itu disebut kepompong (pupa).
Selama masa kepompong, ulat berubah menjadi kupu-kupu. Masa kepompong berlangsung selama berhari-hari. Jika telah berubah secara sempurna, kupu-kupu keluar dari kepompong.
Kupu-kupu hidup dengan memakan nektar (madu) yang ada di dasar bunga. Kupu-kupu dewasa berkembang biak dengan bertelur. Dari telur ini, daur hidup kupu-kupu yang baru dimulai lagi.
Daur hidup kupu-kupu: telur àulat à kepompong à kupu-kupu
- Daur Hidup Nyamuk
Daur hidup nyamuk dimulai dari telur. Telur nyamuk berada di air. Telur menetas menjadi jentik-jentik (tempayak).
Jentik-jentik hidup dengan cara berenang di air. Jentik-jentik juga mendapatkan makanan di air. Jentik-jentik terus bergerak-gerak di air.
Kemudian, jentik-jentik tumbuh dan berubah menjadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa dapat berpindah karena dorongan gerakan air.
Selanjutnya, pupa berubah menjadi nyamuk. Nyamuk terbang ke udara. Nyamuk dewasa akan kembali ke air untuk bertelur. Beberapa jenis nyamuk meletakkan telurnya di air kotor. Beberapa jenis nyamuk lain meletakkan telurnya di air jernih.
Daur hidup nyamuk: telur à jentik-jentik àpupa à nyamuk
- Daur Hidup Lalat
Daur hidup lalat dimulai dari telur. Telur lalat biasanya berada di tempat-tempat yang kotor, misalnya di atas timbunan sampah dan kotoran. Telur menetas menjadi belatung. Bentuk belatung seperti cacing kecil.Belatung bergerak dan merayap mencari makanannya. Belatung paling banyak beradadi tempat yang kotor dan bau.
Kemudian, belatung tumbuh dan berubah menliadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa menempel di tempat kotor.
Setelah beberapa hari, pupa berubah menjadi lalat. Lalat terbang dan mencari makan di tempat kotor. Lalat dewasa bertelur di tempat itu juga. Dari telur ini, daur hidup lalat yang baru dimulai lagi.
Daur hidup lalat: telur àbelatung à pupaà lalat
- Daur Hidup Kecoak
Daur hidup kecoak (lipas) dimulai dari telur. Telur kecoak menetas menjadi lipas muda. Bentuk kecoak muda mirip dengan kecoak dewasa. Bedanya, kecoak muda tidak bersayap.
Kecoak muda tumbuh dan berubah menjadi kecoak dewasa. Kecoak tidak melalui tahap pupa. Oleh karena itu, perubahan atau metamorfosis kecoak merupakan metamorfosis tidak sempurna (tidak lengkap).
Kecoak dewasa memiliki sayap. Kecoak dapat terbang. Kecoak dewasa bertelur di air kotor. Dan sini, daur hidup kecoak yang baru dimulai lagi.
Daur hidup kecoak: telur àkecoak mudaàkecoak
- Daur Hidup Katak
Katak adalah satu-satunya hewan bukan serangga yang mengalami metamorfosis. Kupu-kupu, nyamuk, lalat, dan kecoak termasuk golongan serangga. Katak merupakan hewan amfibi, yaitu hewan yang hidup di air dan di darat. Sepanjang hidupnya, katak hidup di dua alam. Katak tidak dapat bertahan hidup jika tinggal di air saja atau di darat saja.
Daur hidup katak dimulai dari telur. Telur katak berada di air. Telur menetas menjadi kecebong (berudu). Bentuk kecebong seperti ikan teri. Kecebong hidup dan tumbuh dalam air. Kecebong bernapas dengan insang. Kemudian, pada kecebong tumbuh sepasang kaki belakang dan disusul sepasang kaki depan. Kecebong berubah menjadi katak berekor.
Semakin lama, ekor katak semakin mengerut. Katak berekor tumbuh dan berubah menjadi katak muda. Akhirnya, ekor katak hilang.
Katak muda berubah menjadi katak dewasa yang tidak berekor. Katak dewasa bernapas dengan paru-paru dan kulit. Katak dewasa hidup di air dan di darat. Katak dewasa bertelur di dalam air. Dari sini, mulailah telur katak menjalani daur hidupnya.
Daur hidup katak: telur à kecebong à katak muda à katak dewasa
- Memelihara Hewan Peliharaan
Adakah di antaramu yang senang memelihara hewan di rumah? Wah, itu sangat menyenangkan. Kita juga dapat sekaligus berlatih menyayangi sesama makhIuk ciptaan Tuhan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak teriadi hal-hal yang merugikan. Kamu tentu tidak mau jika hewan peliharaanmu sakit. Kamu juga sangat tidak mau tertular penyakit hewan itu. Nah, mari kita pelajari berbagai cara memelihara hewan yang benar.
- Memberi Makananyang Sehat
Seperti manusia, hewan juga membutuhkan makanan yang cukup agar hidup sehat. Berilah makanan yang sesuai bagi hewan itu. Pada Bab 3, kamu telah belajar tentang hewan dan makanannya. Misalnya, kucing dan anjing memakan daging. Kambing dan kelinci memakan daun-daunan. Ayam dapat memakan berbagai jenis makanan. Burung memakan jagung, semut, ulat, atau buah-buahan.
Sebelum kamu memelihara hewan itu, tanyakan dulu jenis makanan yang cocok bagi hewan itu. Misalnya, kamu membeli kura-kura atau ikan, tanyakan ke penjualnya makanan yang cocok untuk hewan itu.
- Menjaga Kebersihan Tubuh Hewan
Hewan yang berambut dan berbulu mudah sekali dihinggapi kutu. Jangan lupa untuk memandikan hewan agar terbebas dari kutu. Ketahuilah bahwa kutu hewan juga dapat berpindah ke tubuhmu.
- Membuat Kandang Hewan
Berbagai hewan memerlukan tempat tinggal atau kandang. Memang ada beberapa hewan yang tidak perlu kandang khusus, misalnya kucing. Akan tetapi, kucing akan merasa nyaman jika kita sediakan tempat tidur khusus. Misalnya, tempat tidur yang dibuat dari keranjang yang diisi dengan kain bekas.
Hewan-hewan tertentu perlu tempat tinggal khusus, misalnya ikan dan kura-kura. Kolam atau akuarium yang menjadi tempat tinggalnya perlu sesekali dikuras.
Hal utama yang harus diperhatikan adalah kandang atau tempat tinggal hewan perlu sering dibersihkan. Hal itu juga untuk mencegah timbulnya penyakit yang dapat ditularkan ke manusia melalui kotoran hewan.
Dengan melakukan hal-hal di atas, kamu telah memelihara hewan dengan benar, Akan tetapi, tahukah kamu bahwa hewan pun sangat membutuhkan kasih sayang? Seperti kamu membutuhkan kasih sayang keluarga, hewan pun membutuhkan kasih sayang kita. Hewan dapat mengenal orang-orang yang menyayanginya. Oleh karena itu, misalnya, sambil memberinya makan, kamu bisa mengajaknya berbicara. Tentu saja hewan itu tidak dapat berbicara seperti bahasa kita. Akan tetapi, kamu akan melihat bahwa hewan-hewan itu terlihat bahagia. Kamu juga pasti bahagia karena mendapat teman yang menyenangkan dan lucu. Tahukah kamu, hewan apa yang dikenal orang sebagai sahabat paling setia bagi manusia?
Memelihara hewan juga mempunyai risiko yang tidak diharapkan. Sama seperti kita, hewan pun dapat terserang penyakit. Penyakit dari hewan itu dapat menular ke manusia. Hal ini tentu sangat berbahaya.
Penyakit hewan yang dapat menyerang manusia antara lain flu burung dan antraks. Flu burung menyerang berbagai jenis burung, ayam, dan bebek. Antraks menyerang hewan ternak seperti kambing, domba, dan sapi.
Untuk mencegah penularan penyakit ini, kita harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan hewan peliharaan. Alangkah baiknya jika kita selalu memperhatikan peringatan dari Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian. Misalnya, saat flu burung berjangkit di suatu daerah, mereka melarang rumah tangga memelihara ayam. Hal ini bertujuan untuk mencegah meluasnya wabah flu burung. Ayam dan bebek hanya boleh dipelihara dalam suatu peternakan yang terawat dengan benar. Bagaimana pun juga, kesehatan dan kesejahteraan manusia harus lebih diutamakan. Hewan peliharaan perlu dirawat agar dapat hidup sehat.
BAB III
METODE PENELITIAN
-
- Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Simpang Muru Duyung Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada dekat dengan kota sekitar 60 km dari kota Kabupaten. SDN Simpang Muru Duyung Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang memadahi. Dengan jumlah guru sebanyak 11 Pendidik dan Tenaga Kependidikan terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 6 Guru Kelas, 1 Guru Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Pendidikan Agama Kristen, 1 Guru Pejaskes, dan 1 tenaga Kependidikan.
-
- Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 14, yang terdiri dari 4 siswa laki – laki dan 10 siswa perempuan.
-
- Prosedur Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2014. Penelitian ini pada materi Materi Daur Hidup Hewan diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.
- Siklus I
Pada siklus ini membahas Materi Daur Hidup Hewan.
- Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.
- Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
- Guru menjelaskan materi Materi Daur Hidup Hewan secara klasikal.
- Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 6 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
- Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
- Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.
- Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :
- Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
- Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
- Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I.
-
- Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :
-
- Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang
kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.
b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari:
- Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
- Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
- Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
-
- Teknik Analisa Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :
1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan
Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Daur Hidup Hewan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:
P=FN x 100%
Dimana : P = Prosentase
F = frekuensi tiap aktifitas
N = Jumlah seluruh aktifitas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi kondisi Awal
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Daur Hidup Hewan. Disamping itu guru juga membuat Lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
2.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis 4 september 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap siswa kemudian membacakan hasil kerjanya. Siswa lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban yang sedang dipresentasikan. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
3.Observasi
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan ceramah dengan jumlah 14 terdapat 10 siswa atau 71,4 % yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 28,6% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 66,4. Data dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Ana |
70 |
Tuntas |
2 |
Doni |
50 |
Tidak Tuntas |
3 |
Hamidah |
70 |
Tuntas |
4 |
Irwansyah |
50 |
Tidak Tuntas |
5 |
Irwan Jaya |
70 |
Tuntas |
6 |
Jaini |
80 |
Tuntas |
7 |
Mahda |
70 |
Tuntas |
8 |
Marsha Olivia |
60 |
Tidak Tuntas |
9 |
Noniah |
70 |
Tuntas |
10 |
Nurhidayah |
60 |
Tidak Tuntas |
11 |
Nurjanah |
70 |
Tuntas |
12 |
Selvia |
70 |
Tuntas |
13 |
Reni |
70 |
Tuntas |
14 |
Rini |
70 |
Tuntas |
|
Jumlah |
930 |
|
|
Rata-rata |
66,4 |
|
|
Ketuntasan Klasikal |
71,4% |
|
4.Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Daur Hidup Hewan dengan menerapkan metode ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 66,4 dan secara klasikal sebesar 71,4%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Daur Hidup Hewan.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Daur Hidup Hewan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua siswa tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekurangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Materi Daur Hidup Hewan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
2.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 18 September 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
4.Observasi
- Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah siswa 14 orang dengan nilai rata-rata sebesar 72,5, terdapat 11 siswa atau 78,6% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 21,4% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Ana |
75 |
Tuntas |
2 |
Doni |
60 |
Tidak Tuntas |
3 |
Hamidah |
75 |
Tuntas |
4 |
Irwansyah |
60 |
Tidak Tuntas |
5 |
Irwan Jaya |
75 |
Tuntas |
6 |
Jaini |
85 |
Tuntas |
7 |
Mahda |
75 |
Tuntas |
8 |
Marsha Olivia |
70 |
Tuntas |
9 |
Noniah |
75 |
Tuntas |
10 |
Nurhidayah |
65 |
Tidak Tuntas |
11 |
Nurjanah |
75 |
Tuntas |
12 |
Selvia |
75 |
Tuntas |
13 |
Reni |
75 |
Tuntas |
14 |
Rini |
75 |
Tuntas |
|
Jumlah |
1015 |
|
|
Rata-rata |
72,5 |
|
|
Ketuntasan Klasikal |
78,6% |
|
- Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Daur Hidup Hewan pada siklus 1 adalah rata–rata 92,9% berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 14 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Daur Hidup Hewan, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Tabel 3 Respons siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
No. |
Uraian |
Tanggapan Siswa |
|||
Senang |
Tidak Senang |
||||
F |
% |
F |
% |
||
1. |
Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ? |
13 |
92,9 |
1 |
7,1 |
|
|
Senang |
Tidak Senang |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
2. |
Bagaimana perasaan kamu terhadap :
|
14 13 13 14 |
100 92,9 92,9 100 |
0 1 1 0 |
0 7,1 7,1 0 |
|
|
Mudah |
Sulit |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
3. |
Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini |
13 |
92,9 |
1 |
7,1 |
|
|
Bermanfaat |
Tidak Bermanfaat |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
4. |
Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ? |
14 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Baru |
Tidak Baru |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
5. |
Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? |
14 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Ya |
Tidak |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
6. |
Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD? |
13 |
92,9 |
1 |
7,1 |
Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
N=Jumlah: 14 orang
- Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada siklus I sebesar 2.75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
No. |
Aspek yang diamati |
Skor pengamatan |
|
Siklus I |
Keterangan |
||
1. 2. 3. 4. |
Pesiapan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Suasana Kelas |
3,0 2,5 2,5 3,0 |
Baik Baik Baik Baik |
Rata – Rata |
2,75 |
Baik |
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
- Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Daur Hidup Hewan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Daur Hidup Hewan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Daur Hidup Hewan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.1.3 Deskripsi siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Daur Hidup Hewan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 2 Oktober 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
3.Observasi
- Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan jumlah 14 siswa, terdapat 13 siswa atau 92,9% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 7,1% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 77,9. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Ana |
80 |
Tuntas |
2 |
Doni |
70 |
Tuntas |
3 |
Hamidah |
80 |
Tuntas |
4 |
Irwansyah |
65 |
Tidak Tuntas |
5 |
Irwan Jaya |
80 |
Tuntas |
6 |
Jaini |
90 |
Tuntas |
7 |
Mahda |
80 |
Tuntas |
8 |
Marsha Olivia |
75 |
Tuntas |
9 |
Noniah |
80 |
Tuntas |
10 |
Nurhidayah |
70 |
Tuntas |
11 |
Nurjanah |
80 |
Tuntas |
12 |
Selvia |
80 |
Tuntas |
13 |
Reni |
80 |
Tuntas |
14 |
Rini |
80 |
Tuntas |
|
Jumlah |
1090 |
|
|
Rata-rata |
77,9 |
|
|
Ketuntasan Klasikal |
92,9% |
|
Keterangan :
F =Frekuensi siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
N = Jumlah: 14 orang
- Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Daur Hidup Hewan pada siklus 1 adalah rata–rata 92,9% berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 14 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Daur Hidup Hewan, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Tabel 6 Respons siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
No. |
Uraian |
Tanggapan Siswa |
|||
Senang |
Tidak Senang |
||||
F |
% |
F |
% |
||
1. |
Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ? |
14 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Senang |
Tidak Senang |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
2. |
Bagaimana perasaan kamu terhadap :
|
14 14 14 14 |
100 100 100 100 |
0 0 0 0 |
0 0 0 0 |
|
|
Mudah |
Sulit |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
3. |
Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini |
13 |
92,9 |
1 |
7,1 |
|
|
Bermanfaat |
Tidak Bermanfaat |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
4. |
Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ? |
14 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Baru |
Tidak Baru |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
5. |
Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? |
14 |
100 |
0 |
0 |
|
|
Ya |
Tidak |
||
|
|
F |
% |
F |
% |
6. |
Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD? |
14 |
100 |
0 |
0 |
Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
N=Jumlah: 14 orang
- Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditunjukan pada tabel 6, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam materi pelajaran Daur Hidup Hewan pada siklus I sebesar 3,04 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 7. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No. |
Aspek yang diamati |
Skor pengamatan |
|
Siklus II |
Keterangan |
||
1. 2. 3. 4. |
Pesiapan Pendahuluan Kegiatan pokok Penutup |
3,33 2,75 2,75 3,33 |
Baik Baik Baik Baik |
Rata – Rata |
3,04 |
Baik |
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
- Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Daur Hidup Hewan dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Daur Hidup Hewan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Daur Hidup Hewan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Daur Hidup Hewan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.2 Pembahasan
1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung untuk Materi Daur Hidup Hewan dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 66,4 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 71,4% dan yang tidak tuntas 28,6%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung pada siklus 1 untuk Materi Daur Hidup Hewan dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 72,5 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 78,6% dan yang tidak tuntas 21,4%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Daur Hidup Hewan sub (3) Kerja Sama di Lingkungan Kelurahan/Desa diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 77,9 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 92,9% dan yang tidak tuntas 7,1%.
Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung tahun pelajaran 2014/2017 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Daur Hidup Hewan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada materi Daur Hidup Hewan menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.
3. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Daur Hidup Hewanl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.
4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.
Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bermanfaat bagi mereka.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Materi Daur Hidup Hewan Siswa Kelas IV SDN Simpang Muru Duyung.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:
- Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
- Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang lebih menarik dan bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran
Kontektual- cetakan ke-IV. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas
--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas
-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Jakarta: Depdiknas
-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.
Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Kemdiknas
-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas
Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT
Remaja Rosda Karya
Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung:PT Remaja Rosda Karya
Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Know, Want
To Know, Learner). Surakarta: Tiga Serangkai