PTK, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Hidup Rukun Melalui SAL Siswa Kelas II SDN Kandris
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 12 Des 2021, 06:29:43 WIB contoh PTK
PTK, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Hidup Rukun Melalui SAL Siswa Kelas II SDN Kandris

Gambar : dok.pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Hidup Rukun Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas II SDN Kandris”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Hidup Rukun Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas II SDN Kandris.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Hidup Rukun Siswa Kelas II SDN Kandris.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, SAL

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

 

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas II SDN Kandris, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Hidup Rukun siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Kelas II masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Kelas II hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Hidup Rukun adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Hidup Rukun siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Hidup Rukun Siswa Kelas II SDN Kandris “.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat meningkatkan hasil belajar Materi Hidup Rukun siswa Kelas II SDN Kandris?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Hidup Rukun menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL siswa Kelas II SDN Kandris.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Hidup Rukun, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Hidup Rukun.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Hidup Rukun sehingga pelajaran Materi Hidup Rukun menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Media Pembelajaran 

              Pembelajaran atau Student Active Learning adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs dalam Suyatno, 2011:10).

Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan sesuatu dan berfikir mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan demikian esensi pembelajaran aktif sesungguhnya adalah belajar bagaimana belajar (lear how to learn). Bruce Lee menegeskan bahwa “learning is definitely not more imitation, nor is it the ability to accumulate and regurgitate fixed knowledge. Learning is constant process of discovery, a process without end”. (Beattie, 2005)

Definisi ini memberikan pengertian bahwa pembelajaran bukan hanya sekedar menirukan, mmengakumulasikan dan mengulang informasi dan pengetahuan yang telah diterima, akan tetapi belajar itu lebih kepada proses yang berkelanjutan untuk menemukan sesuatu informasi. Belajar adalah sebuah proses tiada henti. Pengertian ini memberikan arti bahwa belajar adalah aktifitas yang dilakukan siswa bukan apa yang dilakukan oleh guru.

Lebih detail, Ujang dkk mendefinisikan active learning atau pembelajaran aktif sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi (peristiwa, fakta, persepsi, pendapat, perspektif, sikap, perilaku, data, proposisi, kaidah, norma, nilai, paradigma) yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar. Kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar si pembelajar, sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal baru (Sukandi, 2002).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kesimpulan ini memberikan pemahaman bahwa:

  1. Aktifitas belajar dilakukan siswa.
  2. Belajar lebih pada proses menemukan.
  3. Tugas guru adalah menciptakan suasana belajar bagi siswa.

Penerapan active learning di kelas didasarkan pada prinsip bahwa belajar terbaik bagi siswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat, dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata (pembelajaran konstektual). Selain itu melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi siswa (Stanford, 2007).

 

2.1.1    Indikator Student Active Learning

Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:

  1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain. Setiap siswa mempunyai beberapa kemampuan dan kecerdasan yang banyak dan setiap kecerdasan tersebut harus dikaitkan antara satu domain yang lain seperti ketika siswa berdiskusi, maka disamping mereka ada beberapa kemampuan yang dikembangkan yang saling terkait diantaranya kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan logika, menganalisa, kemampuan bahasa dan lain-lain.
  2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Pembelajaran akan menarik siswa jika sesuai dengan dunia siswa. Untuk itu proses pembelajaran hendaknya didekati dari kegemaran dan kesenangan.
  3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan lebih optimal jika prosesnya disajikan dengan memberikan tantangan bagi siswa, dengan tantangan itu siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses tersebut hingga akhir pelajaran.
  4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Aktifitas belajar aktif hendaknya melibatkan setiap individu di kelas. Sehingga tidak ada siswa yang mendominasi proses pembelajaran di kelas, dengan demikian setiap siswa akan bekerja untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing baik secara fisik maupun pikiran.
  5. Mendorong peserta didik berfikir secara aktif dan kreatif. Dengan pembelajaran aktif siswa akan berperan aktif dalam mencari informasi secara mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.
  6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa, siswa patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan hasilnya.
  7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus merangsangkan siswa untuk selalu bertanya sehingga otak siswa akan terus bekerja. Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam merespon informasi.
  8. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas siswa dalam pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan terhadap suatu kasus atau teknik yang lain.
  9. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian dan atau permainan.
  10. Mendorong siswa agar tidak takut berbuat salah.
  11. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
  12. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pemasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas. Pembelajaran aktif hendaknya memberikan pengalaman belajar kepada siswa secara individual, kompetisi dan kerjasama.

 

 

2.1.2 Suasana Pembelajaran Student Active Learning

Suasana yang diharapkan dalam SAL adalah Suasana yang membuat siswa melakukan:

  1. Pengalaman

Anak belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung/nyata mengaktifkan lebih banyak indera. Ada interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh guru agar siswa mendapat pengalaman belajar.

Siswa

  • Melakukan pengamatan
  • Melakukan percobaan
  • Membaca
  • Melakukan wawancara
  • Membuat sesuatu

Guru

  • Menciptakan kegiatan yang beragam.
  • Mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan menantang.

 

  1. Interaksi

Ada suasana diskusi, saling bertanya dan saling mempertanyakan pendapat, ide dan gagasan, agar dapat membangun hubugan?hubungan baru dan  berani mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut.

Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita akan terpacu untuk menjelaskan lebihh lanjut sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Berikut adalah hal-­hal yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat melakukan interaksi:

 

Siswa

  • Berdiskusi

Guru

  • Mendengarkan dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang
  • Mengajukan pertanyaan
  • Mendengarkan, tidak menertawakan dan memberi kesempatan lebih dahulu kepada siswa lain untuk menjawab.
  • Meminta pendapat orang lain
  • Mendengarkan
  • Meminta pendapat siswa lain
  • Memberi komentar
  • Mendengarkan, sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi pendapat tentang komentar tersebut
  • Bekerja dalam kelompok
  • Berkeliling ke kelompok, sesekali duduk bersama, mendengarkan perbincangan kelompok dan sesekali memberi komentar atau mengajukan pertanyaan yang menantang

 

 

 

2.2 Strategi SAL: Modelling the Way

Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan student active learning dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (dalam Hartono, 2001: 3) mengemukakan 101 bentuk strategi yarg dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuannya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat di capai oleh anak. Berdasarkan tujuan dan karakteristiknya, strategi SAL digolongkan menjadi 5 kelompok, sebagai berikut:

  1. Based on Card
  1. Question student have
  2. Index card match
  3. Card sort
  4. Everyone is teacher here
  5. Billboard ranking
  1. Based on Discussing
  1. Active debate
  2. Point counter point
  3. Jigsaw learning
  4. The power of two
  5. Active knowledge sharing
  1. Based on Text
  1. Scrabble text
  2. Crossword puzzle
  3. Reading guide
  4. Guide note taking
  1. Based on Demonstration
  1. Modelling the way
  2. Silent demonstration
  1. Based on Question
  1. Giving question and getting answer
  2. Information search
  3. Planted question
  4. Learning. start with question

 

Based on Demontration (Berbasis Demonstrasi)

Nama Strategi         :  Modelling The Way (Membuat Contoh Praktik)

Tujuan                     :  Untuk mempraktikkan keterampilan spesifik untuk dipelajari di kelas melalui dernonstrasi, dengan memberikan kebebasan kepada siswa menentukan skenarionya sendiri.

Letak Kegiatan        :  Kegiatan inti

Aplikasi                    :  Seluruh bidang studi

Langkah-langkah     :

  1. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menurut siswa untuk mencoba/mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan.
  2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.
  3. Beri siswa waktu 10 - 15 menit untuk menciptakan skenario kerja.
  4. Beri waktu 5 - 7 menit untuk berlatih.
  5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja masing­masing. Setelah demonstrasi selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan kepada setiap demonstrasi yang dilakukan.
  6. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi

Variasi:

  1. Jumlah anggota bisa lebih banyak dengan menambah peran sebagai pengarang skenario, sutradara dan penasehat.
  2. Ciptakan skenario spesifik dan tujuan tertentu (Suyatno, 2011 : 45).

 

2.3 Hasil Belajar Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam juprimalino.blogspot.com, 2011), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran,

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan efektif.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa Setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:

  1. Keterampilan dan kebiasaan
  2. Pengetahuan dan pengertian
  3. Sikap dan cita-cita
      1. Materi Hidup Rukun

Bacaan!

Ini keluarga saya

Kami saling membantu

Saling menyayangi

Kami hidup rukun

1.Manfaat hidup rukun dalam kemajemukaan keluarga. Contoh kemajemukan dalam keluarga.

Bacaan!

Ini pak widodo

Pak widodo beragama islam

Berasal dari suku jawa

Pak widodo bekerja di kantor

Bacaan!

Ini nina

Nina memakai rok

Rok nina warna merah

Nina murid kelas tiga

Nina kakanya arman

Nina rajin belajar

Nina rajin beribadah

Nina suka membantu ibu

Nina anak yang pintar

Ayo ikuti sikap nina

Supaya jadi anak pintar

Bacaan!

Ini arman

Araman memakai celana

Celana arman warna merah

Arman murid kelas satu

Arman adiknya nina

Arman rajin belajar

Rajin membantu orang tua

Rajin pula beribadah

Sikap arman harus kita tiru

Bacaan!

Pada hari libur

Keluarga pak widodo

Lebih suka di rumah

Melakukan kebiasaan masing masing

Pak widodo membaca Koran

Ibu menjahit pakaian

Nina suka menggambar

Arman bermain mobil mobilan

Mereka saling menghargai

Mereka tampak rukun dan bahagia

Bacaan!

Pak widodo dan arman

Pergi kemasjid

Untuk melaksanakan salat jumat

Mereka beragama islam

Mereka tekun beribadah

Arman lancer membaca alquran

Alquran kitab suci umat islam

2.Manfaat hidup rukun dalam keluarga

Bacaan!

Ini keluarga pak ali

Isteri pak ali bernama tuti

Mereka mempunyai dua anak

Yang perempuan bernama tia

Yang laki laki bernama budi

Mereka selalu saling membantu

Mereka hidup bahagia

Keluarga pak ali hidup rukun

 

Bacaan!

Tia murid kelas tiga

Tia rajin membantu ibunya

Mencuci piring menyapu

Menyiapkan makanan

Dan minuman

Bacaan!

Budi murid kelas satu

Budi rajin membantu ayah

Misalnya menyapu halaman rumah

Dan membantu mencuci motor

Semua pekerjaan

Dilakukan bersama

Mereka saling menyayangi

Mereka juga rajin beribadah

Keluarga pak ali sangat rukun

Keluarga pa kali tampak bahagia

Kita patut mencontohnya

3.Hidup Rukun dan Tidak rukun

1).Hidup Rukun

Bacaan!

Ahmad beragama islam

Petrus beragama katolik

Martin beragama protestan

Wisnu beragama hindu

Wiriya beragama Buddha

Mereka kelas satu

Tempat sekolah mereka berbeda

Rumah mereka berdekatan

Mereka sering belajar bersama

Mereka selalu rukun

          Kita harus hidup rukun

          Meskipun berbeda suku bangsa

          Dan berbeda agama

          Supaya hidup kita damai

          Kita harus rukun dengan siapa saja

Ini keluarga pak siregar

Pak siregar tetangga kami

Pak siregar berasal dari suku batak

Pak siregar beragama Kristen

Natal nama hari besarnya

          Pada hari minggu

          Ayah dan ibunya pergi ke gereja

          Dani ikut pula

Mereka membawa kitab injil

Injil kitab suci mereka

            Made beragama hindu

            Putu juga beragama hindu

            Mereka rajin ke pura

            Pura tempat ibadah mereka

            Weda nama kitab  sucinya

                        Candra beragama Buddha

                        Wira juga beragama Buddha

                        Candra dan wira bertetangga

                        Mereka rajin ke kuil

                        Kuil tempat ibadah mereka

Tripitaka nama kitab sucinya

Waisak nama hari besarnya

            2).Hidup tidak rukun

            Ini keluarga pak heri

            Keluarga mereka kurang bahagia

            Pak heri memarahi isterinya

            Isterinya merasa tidak bersalah

            Mereka jadi sering rebut

                        Apalagi kedua anaknya

                        Sering bertengkar

                        Sambil menangis keras keras

                        Tetangga merasa terganggu

                        Mereka tidak saling menyayangi

            Pak umar ketua rt 08 rw 04

            Warganya cukup padat

            Tetapi mereka tidak bersatu

            Apabila ada kegiatan

            Misalnya kerja bakti

            Jarang yang mau ikut bekerja

            Mereka hanya mementingkan diri sendiri

            Lingkungan menjadi kotor

                        Amin dimas eko murid kelas 1

                        Mereka satu sekolah

                        Tinggalnya pun berdekatan

                        Tetapi mereka tidak rukun

                        Tak pernah belajar bersama

                        Tak pernah bermain bersama

                        Ke sekolah pun demikian

3.Akibat jika tidak menjaga kerukunan

Tini dan ani kaka beradik

Tini kakaknya ani

Tini mengambil boneka ani

Ani menangis karena kesal

4.Sikap saling menghargai perbedaan dalam keluarga

Ini keluarga pak azis

Mereka sedang makan malam

Besok hari minggu

Kemana kita akan berlibur

Tanya ayah

Ayo anak anak

Kalian mau pergi kemana

Kata ibu

Sayamau  main sepeda saja

Bersama teman teman

Kata adik

Saya juga mau dirumah saja

Memberi makan ikan dikolam

Kata kakak

Kalau begitu kita sepakat

Libur minggu ini dirumah saja

Kapan kapan kita rekreasi

Tempatynakita tentukan bersama

Jawab ayah sambil terseynum

Sekarang hari minggu

Saat keluarga beristirahat

Ayah dan ibutidak bekerja

Kakak dan adik

Tidak pergi kesekolah

Lihat ayah membersihkan mobil

Ibu memeriksa tanaman

Bunga kesayangannya

Kakak memberi makan

Ikan peliharaandikolam

Adik bersepeda dilapangan

Letakyna dekat rumah

Tigor dan iman bertetengga

Mereka murit kelas Saturday sekolah merekaberbeda

Tetapi selalu bermain

Bersama

Sekarang hari jumat

Ibu mengingatkaniman

Untuk kemesjid

Maav saya harus salat

Kamu boleh pulang dulu

Kata iman

Bolehlah saya ikut

Tanya tigor

Silakan saja kalau mzu

Masjid letaknya dekat rumah

Kedua anak itu berjalan kaki

Ketika iman salat

Tigor menanti dengan sabar

Ya mereka berbeda agama

Tetapi saling menghargai

Mereka tetap bersahabat

Sikap tidak membedakan perlakuan

Dalam keluarga

Ini keluarga pak hendro

Pak hendro berasal dari jawa

Mereka mempunyai dua orang anak

Yang pertama perempuan

Namanyanabila uta mi

Anak kedua laki laki

Namanya lukman fatoni

Pak hendro sangat baik

Ke,luarganya diperlakukan sama

Penuh dengan kasih sayang

Pak hendro pergi kekota pakaian

Mengajak anak dan isterinya

Mereka memilih pakaian

Pak hendro yang membelikan

Anak dan isterinya  merasa senang

Sikap pak hendro bijaksana

Disaat liburan tiba

Pak hendro mengajak keluarga

Menghirup udara segar kepegunungan

Atau tempat wisata lainnya

Udara pegunungan sejuk

Pemandangannya sangat indah

Setelah berjalan jalan

Mereka makan siang

Semua merasa bahagia

                                         BAB III

METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Kandris Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  jauh dengan kota sekitar 17 km dari kota Kabupaten. SDN Kandris Kecamatan Dusun Tengah Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang Kurang memadahi, Tidak ada Laboratorium IPA, Tidak ada Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 11 orang Guru Tetap terdiri dari 2 guru laki-laki dan 9 guru perempuan dan 1 Tenaga Kependidikan.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas II SDN Kandris, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 7, yang terdiri dari 2 siswa laki – laki dan 5 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas IIni dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli  sampai dengan April 2017. Penelitian ini pada materi Materi Hidup Rukun diajarkan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Hidup Rukun.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Hidup Rukun secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas IIni terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Hidup Rukun dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe SAL. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Hidup Rukun. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Rabu 19 Juli  2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa tentang materi yang telah dibahas sebelumnya dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas II SDN Kandris ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas II SDN Kandris dalam kegiatan belajar mengajar Kelas II. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan jumlah 7 terdapat 5 siswa atau 71,4% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 28,6% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 67,1. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

                                    Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Bahrian

70

Tuntas

2

Eldo

50

Tidak Tuntas

3

Zaitun Mimah

70

Tuntas

4

Maulida Rahmah

60

Tidak Tuntas

5

Miranti

80

Tuntas

6

Sinta

70

Tuntas

7

Safira

70

Tuntas

 

Jumlah

470

 

 

Rata-rata

67,1

 

 

Ketuntasan Klasikal

71,4%

 

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Hidup Rukun Multikultural dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 67,1 dan secara klasikal sebesar 71,4%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Hidup Rukun.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Hidup Rukun. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Hidup Rukun khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Student Active Learning (SAL) dengan Materi Materi Hidup Rukun. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 26 Juli  2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas II SDN Kandris ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas II SDN Kandris dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kelas II. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan jumlah siswa 7 orang, terdapat 6 siswa atau 85,7% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 14,3% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata 77,1 . Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

                                    Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Bahrian

80

Tuntas

2

Eldo

60

Tidak Tuntas

3

Zaitun Mimah

80

Tuntas

4

Maulida Rahmah

70

Tuntas

5

Miranti

90

Tuntas

6

Sinta

80

Tuntas

7

Safira

80

Tuntas

 

Jumlah

540

 

 

Rata-rata

77,1

 

 

Ketuntasan Klasikal

85,7%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL pada Materi Hidup Rukun pada siklus 1 adalah rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 7 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Hidup Rukun, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran tipe SAL

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

7

100

0

0

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

7

6

6

7

 

100

85,7

85,7

100

 

0

1

1

0

 

0

14,3

14,3

0

 

 

Sulit

Tidak Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

7

100

0

0

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

7

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

7

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL?

6

85,7

1

14,3

 

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran 

     Kooperatif Tipe SAL

                                    N=Jumlah: 7 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dalam materi pelajaran Hidup Rukun pada siklus I sebesar 2.75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Pembelajaran

                Kooperatif Tipe SAL

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

siklus I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Hidup Rukun dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Hidup Rukun.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Hidup Rukun. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya.

Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Hidup Rukun khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Student Active Learning (SAL) dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Hidup Rukun. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 9 Agustus 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas II SDN Kandris ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas II SDN Kandris dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kelas II. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan jumlah 7 siswa, terdapat 7 siswa atau  100% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 0 Siswa atau 0% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 87,1. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Bahrian

90

Tuntas

2

Eldo

70

Tidak Tuntas

3

Zaitun Mimah

90

Tuntas

4

Maulida Rahmah

80

Tidak Tuntas

5

Miranti

100

Tuntas

6

Sinta

90

Tidak Tuntas

7

Safira

90

Tuntas

 

Jumlah

610

 

 

Rata-rata

87,1

 

 

Ketuntasan Klasikal

100%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  SAL

              N = Jumlah: 7 orang

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dalam materi pelajaran Hidup Rukun pada siklus I sebesar 3,125 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,25

2,75

2,75

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,125

Baik

 

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Hidup Rukun  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Hidup Rukun.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Hidup Rukun. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Hidup Rukun khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas II SDN Kandris untuk Materi Hidup Rukun dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 67,1 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 71,4% dan yang tidak tuntas 28,6%.    

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas II SDN Kandris pada siklus 1 untuk Materi Hidup Rukun dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 66,8 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 85,7% dan yang tidak tuntas 14,3%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Hidup Rukun diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 87,1 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 100% dan yang tidak tuntas 0%.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas II SDN Kandris tahun pelajaran 2017/2018 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Hidup Rukun. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Hidup Rukun. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL pada materi Hidup Rukun menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL pada Materi Hidup Rukunl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL bermanfaat bagi mereka.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SAL, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat meningkatkan hasil belajar Materi Hidup Rukun Siswa Kelas II  SDN Kandris.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang lebih menarik dan bervariasi.

                                            DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

 

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

 

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

 

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

 

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

 

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

 

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang 

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

 

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

 

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

 

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif  

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

 

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

 

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

 

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

 

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Surakarta: Tiga

              Serangkai

 

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook