PTK, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui SAL Siswa Kelas I SDN Lampeong
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 01 Jun 2021, 06:32:05 WIB contoh PTK
PTK, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui SAL Siswa Kelas I SDN Lampeong

Gambar : Kumpulan PTK


 

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Mengenal Diri Sendiri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas I SDN Lampeong

ABSTRAK

 

Penelitian ini berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Mengenal Diri Sendiri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas I SDN Lampeong”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Mengenal Diri Sendiri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas I SDN Lampeong.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Mengenal Diri Sendiri Siswa Kelas I SDN Lampeong.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Mengenal Diri Sendiri, Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

 

BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas I SDN Lampeong, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Geometri siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 60.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Kelas I masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Kelas I hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Geometri adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Geometri siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Geometri Siswa Kelas I SDN Lampeong “.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat meningkatkan hasil belajar Materi Geometri siswa Kelas I SDN Lampeong?

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Geometri menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble siswa Kelas I SDN Lampeong.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Geometri, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Geometri.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Geometri sehingga pelajaran Materi Geometri menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

BAB II KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Media Pembelajaran  

              1. Pengertian Media Pembelajaran

 

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.

Menurut Briggs (dalam Ruston, 2007) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti: buku, film, video, gambar dan sebagainya. National Education Associaton (dalam Sonjaya, 2011) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

       2. Jenis Media Pembelajaran

Dalam www.belajarpsikologi.com (2015) disebutkan ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya:

  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, gambar, poster, kartun, komik
  2. Media Audio : radio, tape recorder, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide, over head projektor (OHP), dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD), komputer dan sejenisnya.

Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar tetapi ternyata keberhasilan dalam menggunakan media pada proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran maka tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

3. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran

Ada beberapa tujuan dalam menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :

  1. mempermudah proses belajar-mengajar
  2. meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
  3. membantu konsentrasi siswa
  4. membangkitkan semangat siswa untuk belajar

Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Menurut Marso (dalam Ruston, 2007), apabila sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

4.    Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Sebagai Pendukung Proses Pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Kedudukan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam proses belajar mengajar tidak berdiri sendiri. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran agar materi dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Menurut Sadiman dalam www.sekolahdasar.net (2015) mengemukakan ada tiga tahap yang harus diikuti dalam pemanfaatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yaitu:

  1. Tahap persiapan tahap awal sebelum Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
  2. Tahap pelaksanaan yaitu tahap pemanfaatan gambar di dalam kelas yang meliputi cara memperhatikan gambar bagaimana agar seluruh siswa dapat melihat gambit tersebut dengan maksimal merata. Setiap gambar harus rnempunyai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Jumlah gambar yang akan diperlihatkan kepada siswa harus dibatasi yaitu dengan memperhatikan satu persatu sesuai dengan materi yang dijelaskan.
  3. Tahap tindak lanjut untuk mengetahui keberihasilan proses pembelajaran, yaitu dengan mengadakan evaluasi dan pemberian tugas-tugas rumah.

Selain tiga tahap pemanfaatan penggunaan media seperti yang dijelaskan tersebut, Sadiman juga mengungkapkan syarat pemanfaatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Syarat tersebut antara lain:

  1. Gambar harus autentik. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya.
  2. Ukuran gambar relative.
  3. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis. Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar.
  4. Perbuatan. Gambar hendaknya sedang melakukan perbuatan. Siswa akan lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang bergerak.
  5. Gambar hendaklah Artistik. Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu gambar haruslah jujur disesuaikan keadaan sebenarnya, sehingga tidak membingungkan siswa dalam mengubah pandangan yang abstrak kedalam pandangan yang konkrit.
  1.  Menggunakan Gambar Dalam Kelas

Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detail, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan. Akan tetapi gambar juga bisa menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering digunakan. Gambar sebaiknya disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan materi pembelajaran yang sesuai.

Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan dengan cara, menyusun cerita berdasarkan gambar, mencari gambar-gambar yang lama, atau menggunakan gambar untuk mendemonstrasikan suatu obyek.

Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa.

  1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Beberapa kelebihan dari penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble antara lain:

  1. Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistic menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.
  2. Gambar dapat mengatasi masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjtdi di masa lampau, kemarin atau bahkan menit yang lalu kadang kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.
  3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.
  4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan ke salahpahaman.
  5. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus.

 

      1. Materi Geometri
  1. Menghitung Luas Daerah Segi Banyak.

Segi banyak adalah bangun datar yang merupakan gabungan dari dua bangun datar atau lebih.

Contoh

Hitunglah luas daerah segi banyak pada gambar di bawah ini!

 

28 cm

5 cm

5 cm

17 cm

 

 

 

 

 

Jawab:

Kita bagi segi banyak di atas menjadi dua bangun datar seperti gambar  di samping ini.

 

23 cm

5 cm

5 cm

17 cm

5 cm

I

II

Bangun I :

 

Bangun datar I adalah persegi panjang.

Panjang =  28 cm – 5 cm

               =  23 cm

Lebar      =  17 cm

Luas I     =  panjang  x  lebar

               =  23 cm  x  17 cm

               =  (23  x  17)  x  (cm  x  cm)

               =  391  x  cm2

               =  391 cm2

 

Bangun II :

Bangun datar II merupakan sebuah persegi, dengan panjang sisi = 5 cm.

Luas II    =  sisi  x  sisi

               =  5 cm  x  5 cm

               =  (5  x  5)  x  (cm  x  cm)

               =  25  x  cm2

               =  25cm2

 

Luas segi banyak  =  Luas I  +  Luas II

                                =  391 cm2  +  25 cm2

                                =  416 cm2

 

Jadi, luas daerah segi banyak tersebut adalah 416 cm2

  1. C

    B

    P

    A

    Menghitung Luas Lingkaran

Unsur-unsur lingkaran:

P   =  pusat lingkaran

AB =  garis tengah atau diameter (d)

PC =  PB  =  jari-jari atau radius (r)

 

Diameter   =  2  x  jari-jari

             d   =  2  x  r

             r    =  12   x  d

π  =  227   atau   3,14

  1. Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Jari-jari

Untuk menghitung luas lingkaran, gunakan rumus berikut.

Luas lingkaran     =   π  x  jari-jari  x  jari-jari

                            =   π  x  r  x  r

                            =   π r2

 

Keterangan:

Agar lebih mudah dalam menghitung luas lingkaran gunakan π  =  227   jika jari-jari lingkaran dapat dibagi 7. Gunakan π  =  3,14  jika jari-jari lingkaran tidak habis dibagi 7.

Contoh

  1. Tentukan luas lingkaran di samping !

Jawab :

Diketahui :     r = 5 cm

                      π = 3,14

ditanyakan : luas lingkaran = ......

Penyelesaian :

L = π x r2

   = 3,14 x (5 cm)2 = 3,14 x 25 cm2 = 78,5 cm2

Jadi, luas lingkaran adalah 78,5 cm2

Hitunglah luas lingkaran di samping !

Jawab :

Diketahui :     r = 14 cm

                      π =  227  

Ditanyakan : luas lingkaran = ......

Penyelesaian :

L = π x r2

   = 227  x 14 cm x 14 cm

   = 616 cm2

Jadi, luas lingkaran adalah 616 cm2

 

Latihan 4

Hitunglah luas lingkaran dengan panjang jari-jari sebagai berikut!

  1. 14 cm                      6. 42 cm
  2. 15 cm                      7. 50 cm
  3. 21 cm                      8. 77 cm
  4. 25 cm                      9. 95 cm
  5. 28 cm                      10. 105 cm

 

  1. Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Diameter

Panjang jari-jari lingkaran = 12  panjang diameter lingkaran atau r = 12  d.

Dari rumus luas lingkaran L = π r2, jika r diganti 12 d diperoleh :

L  =  π  x  r  x  r

    π  x   d2    x   d2

    =  π4    π  x  d  x  d

    =  14    πd2

Jadi, rumus luas lingkaran jika diketahui diameternya adalah :

 =  14    πd2

 

Contoh

  1. Hitunglah luas lingkaran berikut!

A

B

10 cm

O

 

 

 

 

 

Jawab:

Diketahui:   d = 10 cm

                   π = 3,14

Ditanyakan: luas lingkaran = ...

Penyelesaian:

L   14    πd2

    =  14   x  3,14  x  10 cm  x  10 cm

    = 78,5 cm2

Jadi, luas lingkaran adalah 78,5 cm2

 

  1. C

    D

    7 cm

    O

    Hitunglah luas lingkaran berikut!

 

 

 

Jawab:

Diketahui:     d = 7 cm

                     π = 227    

Ditanyakan : luas lingkaran = ...

Penyelesaian:

L   14    πd2

     =  14   227    x  7 cm  x  7 cm

     = 38,5 cm2

Jadi, luas lingkaran adalah 88,5 cm2

 

 

 

  1. Bangun Ruang

Perhatikan gambar berikut ini!

 

 

 

 

 

 

Tentunya kalian masih ingat nama dan bagaimana menentukan volume bangun ruang di atas. Bangun ruang tersebut adalah balok. Volume balok ditentukan oleh luas alas dan tingginya.

Volume balok = luas alas x tinggi

Dengan menggunakan volume balok, kita dapat menurunkan rumus volume bangun ruang prisma tegak segitiga dan tabung.

  1. Menemukan dan Menggunakan Rumus Volume Prisma Tegak Segitiga
  1. Menemukan Rumus Volume Prisma Tegak Segitiga

Untuk menemukan rumus volume prisma tegak segitiga lakukan kegiatan berikut ini!

KEGIATAN

Diskusikanlah uraian berikut ini bersama teman sebangkumu, kemudian isilah titik-titik dengan tepat.

  • Perhatikan gambar di samping!

 

 

 

 

  • Gambar (i) adalah dua buah prisma tegak segitiga dengan ukuran yang sama.
  • Kedua prisma tegak segitiga tersebut disatukan sehingga membentuk sebuah ballok seperti gambar (ii).

Jadi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Volume 2 buah prisma tegak segitiga = volume ....

Volume prisma tegak segitiga

= ½  x  volume balok

= ½  x  luas segi empat alas  x  ....

= luas segitiga alas  x  ....

Sehingga, volume prisma tegak segitiga dapat dinyatakan sebagai berikut.

 

Volume prisma tegak segitiga  =  luas segitiga alas  x  tinggi

  1. Menggunakan Rumus Volume Prisma Tegak Segitiga

Contoh:

Hitunglah volume prisma tegak segitiga pada gambar di bawah ini!

Jawab:

Diketahui:     

Tinggi segitiga  = 8 cm

Alas segitiga  = 6 cm

Tinggi prisma  = 12 dm

Ditanyakan: Volume prisma= ...

Penyelesaian:

Luas Alas      12    6 dm  x  8 dm

                     = 24 dm2

Volume          = Luas segitiga alas  x  tinggi

                      =  24 dm2  x  12 dm

                     = 288 dm3

Jadi, Volume prisma tegak segitiga di atas adalah 288 dm3.

 

  1. Menemukan dan Menggunakan Rumus Volume Tabung
  1. Menemukan Rumus Volume Tabung

Untuk menemukan rumus volume tabung lakukan kegiatan berikut ini!

 

KEGIATAN

Diskusikan uraian berikut ini dengan teman sebangkumu kemudian isilah titik-titik dengan tepat.

 

 

 

 

  • Perhatikan gambar prisma tegak segitiga pada gambar a.
  • Jika 6 buah prisma tegak segitiga tersebut disusun sehingga membentuk sebuah prisma tegak segi enam (lihat gambar b), maka:

Volume prisma tegak segi enam = luas alas  x  tinggi

  • Bila n buah prisma tegak segitiga digabung (n sebanyak-banyaknya) akan terbentuk sebuah tabung seperti gambar c.
  • Maka dapat diambil kesimpulan:

Volume tabung berbentuk lingkaran, sedangkan luas lingkaran = π  x r2, maka:

Volume tabung  =  luas alas  x  tinggi

                            =  ....  x  tinggi

Volume tabung = π  x  r2  x  tinggi

 

  1. Menggunakan Rumus Volume Tabung

Perhatikan contoh berikut ini.

Contoh

Hitunglah volume tabung pada gambar di bawah ini!

 

20 cm

7 cm

Jawab:

 

Diketahui :    r = 7 cm

                     t = 20 cm

                     π = 227

ditanyakan : volume tabung = ......

Penyelesaian :

Luas alas      = π x r2

                     = 227 x (7 cm)2

                     = 227  x 49 cm2 = 154 cm2

Volume tabung    = luas alas x tinggi

                            = 154 cm2 x 20 cm

                            = 3.080 cm3

Jadi, volume tabung itu adalah 3.080 cm3

BAB III METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Lampeong Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016,  yang berada 60 km dari kota Kabupaten Barito Timur. SDN Lampeong Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Sekolah dan 10 (Sepuluh) orang guru. Terdiri dari 6 (enam) robongan belajar.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas I SDN Lampeong, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 14 (empat belas), yang terdiri dari 9 (sembilan) siswa laki – laki dan 5 (lima) siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2015. Penelitian ini pada materi Materi Geometri diajarkan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Geometri.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Geometri secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 60.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

 

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

 

    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Geometri dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 60.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 60 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

 

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Mengenal diri sendiri sub (1) Ayo Berkenalan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa 8 september 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa tentang materi yang telah dibahas sebelumnya dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong dalam kegiatan belajar mengajar Kelas I. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan jumlah 14 terdapat 8 siswa atau 57 % yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 6 Siswa atau 43% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 58,6. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Fajli

60

Tuntas

2

Ahnaf Dzakki Efendi

50

Tidak Tuntas

3

Anwar Wahyudi

60

Tuntas

4

Eve Carlotta

55

Tidak Tuntas

5

Jumiati

70

Tuntas

6

M. Nazil Mubarrak

50

Tidak Tuntas

7

M. Nor Alamsyah

65

Tuntas

8

M. Padli Candra Wardana

70

Tuntas

9

Mega Putri

55

Tidak Tuntas

10

M. Sholihin

65

Tuntas

11

Rara Anjani

60

Tuntas

12

Regina Feby Yola

50

Tidak Tuntas

13

Rijal Rahmadani

60

Tuntas

14

Samudra

50

Tidak Tuntas

 

Jumlah

820

 

 

Rata-rata

58,6

 

 

Ketuntasan Klasikal

57%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Geometri Multikultural dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 58,6 dan secara klasikal sebesar 57%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Geometri.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Geometri. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Mengenal Diri Sendiri khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Student Active Learning (SAL) dengan Materi Materi Mengenal diri sendiri sub (2) Mengenal Anggota tubuh. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 22 September 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kelas I. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan jumlah siswa 14 orang, terdapat 10 siswa atau 71,4% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 28,6% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata 66,8 . Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Fajli

70

Tuntas

2

Ahnaf Dzakki Efendi

55

Tidak Tuntas

3

Anwar Wahyudi

70

Tuntas

4

Eve Carlotta

60

Tuntas

5

Jumiati

80

Tuntas

6

M. Nazil Mubarrak

55

Tidak Tuntas

7

M. Nor Alamsyah

75

Tuntas

8

M. Padli Candra Wardana

80

Tuntas

9

Mega Putri

60

Tuntas

10

M. Sholihin

75

Tuntas

11

Rara Anjani

75

Tuntas

12

Regina Feby Yola

55

Tidak Tuntas

13

Rijal Rahmadani

70

Tuntas

14

Samudra

55

Tidak Tuntas

 

Jumlah

935

 

 

Rata-rata

66,8

 

 

Ketuntasan Klasikal

71,4%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada Materi Geometri pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 10 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Geometri, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

13

92,9

1

7,1

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

14

13

13

14

 

100

92,9

92,9

100

 

0

1

1

0

 

0

7,1

7,1

0

 

 

Sulit

Tidak Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

13

92,9

1

7,1

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

14

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

14

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble?

13

92,9

1

7,1

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

     Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

                                    N=Jumlah: 14 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam materi pelajaran Geometri pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

RPP I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Geometri dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Geometri.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Geometri. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Mengenal Diri sendiri sub (1) Mengenal Anggota Tubuh khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Student Active Learning (SAL) dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Mengenal Diri sendiri sub (1) Mengenal Anggota Tubuh. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 13 Oktober 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kelas I. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan jumlah 14 siswa, terdapat 13 siswa atau  92,9% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 7,1% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 75,4. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Fajli

80

Tuntas

2

Ahnaf Dzakki Efendi

60

Tuntas

3

Anwar Wahyudi

80

Tuntas

4

Eve Carlotta

70

Tuntas

5

Jumiati

100

Tuntas

6

M. Nazil Mubarrak

60

Tuntas

7

M. Nor Alamsyah

80

Tuntas

8

M. Padli Candra Wardana

100

Tuntas

9

Mega Putri

60

Tuntas

10

M. Sholihin

90

Tuntas

11

Rara Anjani

80

Tuntas

12

Regina Feby Yola

55

Tidak Tuntas

13

Rijal Rahmadani

80

Tuntas

14

Samudra

60

Tuntas

 

Jumlah

1055

 

 

Rata-rata

75,4

 

 

Ketuntasan Klasikal

92,9%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  

                   Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

              N = Jumlah: 14 orang

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam materi pelajaran Geometri pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,25

2,75

2,75

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,125

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Geometri  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Geometri.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Geometri. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Geometri khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas I SDN Lampeong untuk Materi Geometri sub (1) Menghitung Luas Daerah Segi Banyak dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 58,6 dengan nilai tertinggi adalah 70 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 57% dan yang tidak tuntas 43%.     

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas I SDN Lampeong pada siklus 1 untuk Materi Geometri sub (2) Menghitung Luang Lingkaran dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 66,8 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 71,4% dan yang tidak tuntas 28,6%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Geometri sub (3) Bangun Ruang diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 75,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 92,9% dan yang tidak tuntas 7,1%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas I SDN Lampeong tahun pelajaran 2015/2016 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Geometri. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Geometri. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada materi Geometri menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada Materi Geometril. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat meningkatkan hasil belajar Materi Geometri Siswa Kelas I  SDN Lampeong.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Surakarta: Tiga

              Serangkai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment