PTK, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Scramble Siswa Kelas I SDN Lampeong
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 31 Mei 2021, 16:27:58 WIB contoh PTK
PTK, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Scramble Siswa Kelas I SDN Lampeong

Gambar : Kumpulan PTK


Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Lingkungan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Siswa Kelas I SDN Lampeong

ABSTRAK

 

Penelitian ini berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Lingkungan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Siswa Kelas I SDN Lampeong”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Lingkungan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Siswa Kelas I SDN Lampeong.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Lingkungan Siswa Kelas I SDN Lampeong.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Lingkungan, Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

 

BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

 

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas I SDN Lampeong, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Lingkungan siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 60.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Kelas I masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Kelas I hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Bahsa Inggris yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Lingkungan adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Lingkungan Siswa Kelas I SDN Lampeong “.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan siswa Kelas I SDN Lampeong?

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Lingkungan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble siswa Kelas I SDN Lampeong.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Lingkungan.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Lingkungan sehingga pelajaran Materi Lingkungan menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Worsham, pembelajaraan kooperatif adalah “model pembelajaraan yang sistematis dengan mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan pembelajaraan yang efektif dan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis”sedangkan menurut Johns  pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar mengajar secara kelompok – kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajar Kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa untuk bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

                  2. Ciri – ciri dan Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif

                      a.  Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaraan kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaraan kooperatif,dua atau lebih individu saling tergantung satu sma lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil dalam kelompok.

Ciri – ciri pembelajaraan yang mengguanakan model kooperatif adalah

  1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang, dan rendah
  3. Anggota kelompok hendaknya berasal dari ras, budaya,suku, jenis kelamin berbeda – beda.
  4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.

   

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang mengelompokan siswa yang memiliki kemmpuan yang beragam dan tidak membedakan ras,suku, budaya maupun jenis kelamin.

b.  Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif

Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif adalah sebagai berikut :

  1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
  2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
  3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalamkelompoknya memiliki tujuan yang sama.
  4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
  5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang akan dikenakan utnuk semua anggota kelompok.
  6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.8

 

 Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik dan optimal  hendaknya guru tidak meninggalkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif seperti yang telah diuraikan di atas.

c. Tujuan pembelajaran kooperatif

Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencapai aetidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,dan pengembangan keterampilan sosial.

  1. Hasil belajar Akademik

 Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.9 Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif dapat merubah norma budaya anak muda dan membuat budaya lebih dalam tugas – tugas pembelajaraan.

        Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif diharapkan mendapatkan hasil belajar akademik yang maksimal yaitu mampu memahami konsep-konsep yang sulit serta dapat mengubah norma budaya anak muda menjadi budaya lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

  1. Penerimaan terhadap keragaman

      Efek samping yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untk menghargai satu sama lain.

        Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan efek yang positif terhadap nilai keragaman dimana peserta didik mampu menerima perbedaan baik ras, suku, budaya, kelas social maupun kemampuan.

 

  2. Pembelajaran Scramble

Dengan cara menyususn jawaban secara  acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar. Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Menurut Suyatno, Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu. tahapannya adalah sebagai berikut.

  1. Membuat kartu soal sesuai materi ajar.

Guru membuat soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa.

  1. Membuat kartu jawaban dengan diacak.

Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai  jawaban soal-soal pada kartu soal.

  1. Sajikan materi.

                          Guru menyajikan materi ajar kepada siswa.

  1. Bagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok.

Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban         sebagai  pilihan jawaban soal-soal pada kartu soal.

  1. Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal.

Siswa berkelompok dan saling membantu  mengerjakan soal-soal yang ada pada kartu soal.

  1. Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal.

Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka     kerjakan dan memasangkannya pada kartu soal.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble mempunyai    kelebihan.

Kelebihannya tipe ini antara lain:

a.  Memudahkan siswa untuk menemukan jawaban;

b.  Mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia;

c.  Semua siswa terlibat;

d.  Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

           

            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif  Tipe Scramble yang mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat mendorong siswa untuk menemukan jawaban dan mendorong pemahaman materi pelajaran serta dapat melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat diterapkan pada materi Nama-nama Kitab Allah .

 

Dengan  menggunakan   model   pembelajaran   tipe Scramble pada materi   Nama Kitab-Kitab  Allah  diharapkan  dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada SDN Kandris  pembelajaran  seperti ini belum pernah diterapkan sehingga dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble sangat dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran ini banyak kelebihan dibanding dengan model pembelajaran tipe lain.

 

      1. Materi Lingkungan

Hari ini murid-murid kerja bakti

Semua murid bergotong royong membersihkan ruangan kelas

Leo, Dimas, Nina dan Siti ikut membersihkan kelas

Pernahkah kamu membersihkan kelasmu

Mengapa lingkungan harus bersih

  1. Lingkungan Sehat dan Tidak sehat
    1. Lingkungan Sehat

Bagaimana lingkungan sehat itu

Lingkungan sehat selalu bersih dan terawatt

Lingkungan bersih tidak ada sampah di mana mana

Lingkungan yang bersih tidak ada debu di jendela

Tanaman dipelihara semuanya indah dilihat

Tubuhmu akan sehat jika lingkunganmu sehat

 

Ayo menyimak cerita berikut:

Dimas dan keluarga selalu menjaga kebersihan

Mereka menjaga kebersihan lingkungan rumah

Dimas menyapu halaman pada hari Minggu

Dimas juaga menyapu halaman pada hari libur

Kakaknya menyirami tanaman

Kemudian Dimas membersihkan kamar mandi

Bagaimana dengan lingkungan rumahmu?

Apakah lingkungan rumahmu sehat?

Rumah yang sehat memiliki jendela

Udara bersih masuk ke ruangan melalui jendela

            b.Lingkungan tidak sehat

Lingkungan tidak sehat karena adanya barang-barang seperti sampah. Sampah dapat menyebabkan lingkungan tidak sehat, sampah dapat menyebabkan lingkungan tidak sehat, sampah dapat menimbulkan bau tak sedap, sampah yang menumpuk tidak indah dipandang mata.

  1. Cara memelihara Lingkungan

Lingkungan dapat dipelihara dengan membuang sampah pada tempatnya. Mengepel lantai, kaca jendela dibersihkan, kamar mandi dibersihkan.

          Jika ada tanaman di halaman rumah maka harus dirawat setiap hari, tanaman harus disirami agar tumbuh dengan subur, tanaman harus diberi pupuk agar subur.

          Jika ada hewan peiaraan maka hewan atau binatang piaraan perlu dirawat, binatang piaraan harus diberi makan dan minum, binatang piaraan harus dibersihkan tempatnya, binatang piaraan harus diperiksa dokter hewan jika sakit.

BAB III METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Lampeong Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015,  yang berada 60 km dari kota Kabupaten Barito Timur. SDN Lampeong Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Sekolah dan 10 (Sepuluh) orang guru. Terdiri dari 6 (enam) robongan belajar.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas I SDN Lampeong, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 14 (empat belas), yang terdiri dari 9 (sembilan) siswa laki – laki dan 5 (lima) siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2014. Penelitian ini pada materi Materi Lingkungan diajarkan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Lingkungan.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Lingkungan secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 60.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

 

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Lingkungan dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 60.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 60 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

 

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada Materi Lingkungan sub (1) Lingkungan Sehat. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa 9 september 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong dalam kegiatan belajar mengajar Kelas I. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan jumlah 14 terdapat 8 siswa atau 57 % yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 6 Siswa atau 43% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 58,6. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Fajli

60

Tuntas

2

Ahnaf Dzakki Efendi

50

Tidak Tuntas

3

Anwar Wahyudi

60

Tuntas

4

Eve Carlotta

55

Tidak Tuntas

5

Jumiati

70

Tuntas

6

M. Nazil Mubarrak

50

Tidak Tuntas

7

M. Nor Alamsyah

65

Tuntas

8

M. Padli Candra Wardana

70

Tuntas

9

Mega Putri

55

Tidak Tuntas

10

M. Sholihin

65

Tuntas

11

Rara Anjani

60

Tuntas

12

Regina Feby Yola

50

Tidak Tuntas

13

Rijal Rahmadani

60

Tuntas

14

Samudra

50

Tidak Tuntas

 

Jumlah

820

 

 

Rata-rata

58,6

 

 

Ketuntasan Klasikal

57%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Lingkungan Multikultural dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 58,6 dan secara klasikal sebesar 57%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Lingkungan.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Lingkungan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Lingkungan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan Materi Lingkungan Sub (2) Lingkungan tidak sehat. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin 22 September 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kelas I. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan jumlah siswa 14 orang, terdapat 10 siswa atau 71,4% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 28,6% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata 66,8 . Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Fajli

70

Tuntas

2

Ahnaf Dzakki Efendi

55

Tidak Tuntas

3

Anwar Wahyudi

70

Tuntas

4

Eve Carlotta

60

Tuntas

5

Jumiati

80

Tuntas

6

M. Nazil Mubarrak

55

Tidak Tuntas

7

M. Nor Alamsyah

75

Tuntas

8

M. Padli Candra Wardana

80

Tuntas

9

Mega Putri

60

Tuntas

10

M. Sholihin

75

Tuntas

11

Rara Anjani

75

Tuntas

12

Regina Feby Yola

55

Tidak Tuntas

13

Rijal Rahmadani

70

Tuntas

14

Samudra

55

Tidak Tuntas

 

Jumlah

935

 

 

Rata-rata

66,8

 

 

Ketuntasan Klasikal

71,4%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada Materi Lingkungan pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 10 siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Lingkungan, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

13

92,9

1

7,1

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

14

13

13

14

 

100

92,9

92,9

100

 

0

1

1

0

 

0

7,1

7,1

0

 

 

Sulit

Tidak Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

13

92,9

1

7,1

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

14

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

14

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble?

13

92,9

1

7,1

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

     Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

                                    N=Jumlah: 14 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam materi pelajaran Lingkungan pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

RPP I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Lingkungan dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Lingkungan.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Lingkungan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Lingkungan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Lingkungan sub (3) Cara Memelihara Lingkungan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin 13 Oktober 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas I SDN Lampeong dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kelas I. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dengan jumlah 14 siswa, terdapat 13 siswa atau  92,9% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 7,1% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 75,4. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Fajli

80

Tuntas

2

Ahnaf Dzakki Efendi

60

Tuntas

3

Anwar Wahyudi

80

Tuntas

4

Eve Carlotta

70

Tuntas

5

Jumiati

100

Tuntas

6

M. Nazil Mubarrak

60

Tuntas

7

M. Nor Alamsyah

80

Tuntas

8

M. Padli Candra Wardana

100

Tuntas

9

Mega Putri

60

Tuntas

10

M. Sholihin

90

Tuntas

11

Rara Anjani

80

Tuntas

12

Regina Feby Yola

55

Tidak Tuntas

13

Rijal Rahmadani

80

Tuntas

14

Samudra

60

Tuntas

 

Jumlah

1055

 

 

Rata-rata

75,4

 

 

Ketuntasan Klasikal

92,9%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe  

                   Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

              N = Jumlah: 14 orang

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam materi pelajaran Lingkungan pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,25

2,75

2,75

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,125

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Lingkungan  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Lingkungan.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Lingkungan. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Lingkungan khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas I SDN Lampeong untuk Materi Lingkungan sub (1) Lingkungan Sehat dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 58,6 dengan nilai tertinggi adalah 70 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 57% dan yang tidak tuntas 43%.     

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas I SDN Lampeong pada siklus 1 untuk Materi Lingkungan sub (2) Lingkungan Tidak Sehat dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 66,8 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 71,4% dan yang tidak tuntas 28,6%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Lingkungan sub (3) Cara Memelihara Lingkungan diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 75,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 92,9% dan yang tidak tuntas 7,1%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas I SDN Lampeong tahun pelajaran 2014/2015 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Lingkungan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Lingkungan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada materi Lingkungan menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble pada Materi Lingkunganl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dapat meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan Siswa Kelas I  SDN Lampeong.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2012. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. Surakarta: Tiga

              Serangkai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment